model pembelajaran problem posing sama prestasi belajarnya dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran tanpa dilengkapi model pembelajaran
problem posing. Hal ini mempunyai alasan yang sama dengan yang terjadi pada kesimpulan pertama di atas. Jadi hal ini tidak lebih dari merupakan efek domino
atas tidak berbedanya prestasi belajar bagi siswa yang diajar dengan kedua strategi pembelajaran.
Keempat, menurut teori yang dikemukakan, prestasi belajar matematika siswa pada kelompok motivasi sedang yang diajar dengan strategi pembelajaran
yang dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran tanpa dilengkapi model
pembelajaran problem posing. Tetapi dari hasil eksperimen ternyata menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran yang dilengkapi dengan
model pembelajaran problem posing sama prestasi belajarnya dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran tanpa dilengkapi model pembelajaran
problem posing. Hal ini juga mempunyai alasan yang sama dengan yang terjadi pada kesimpulan pertama di atas. Jadi hal ini tidak lebih dari merupakan efek
domino atas tidak berbedanya prestasi belajar bagi siswa yang diajar dengan kedua strategi pembelajaran.
Kelima, baik menurut teori yang dikemukakan maupun menurut hasil eksperimen, prestasi belajar matematika siswa pada kelompok motivasi rendah
yang diajar dengan strategi pembelajaran yang dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing sama kemampuannya dengan yang diajar dengan
strategi pembelajaran yang tanpa dilengkapi model pembelajaran problem posing.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Dari kesimpulan yang menyatakan bahwa secara teoritis strategi pembelajaran yang dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing lebih
baik dari pada strategi pembelajaran yang tanpa dilengkapi model pembelajaran problem posing berbeda dengan hasil eksperimen yaitu dinyatakan bahwa siswa
yang diajar dengan strategi pembelajaran yang dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing sama saja prestasi belajarnya dengan siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran tanpa dilengkapi model pembelajaran problem posing, memberikan implikasi bahwa hasil penelitian ini tidak
memperkuat kebenaran teori yang ada. Oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian sejenis yang lebih banyak lagi dengan memperhatikan kekurangan yang
terjadi pada pelaksanaan penelitian ini. Dari kesimpulan yang menyatakan bahwa prestasi belajar matematika
siswa dalam kelompok motivasi tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa dalam kelompok motivasi rendah memberikan implikasi bahwa
motivasi merupakan suatu faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu tingkatan motivasi dapat
menjadi acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dengan mengingat pentingnya motivasi dalam pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika
siswa, pemberian motivasi merupakan kewajiban guru dan orang tua yang tidak boleh terlupakan.
Dalam penelitian ini siswa dibagi dalam tiga kelompok tingkatan motivasi yaitu kelompok motivasi tinggi, kelompok motivasi sedang dan
kelompok motivasi rendah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dalam kelompok motivasi tinggi lebih baik prestasinya dari siswa dalam kelompok
motivasi sedang dan siswa dalam kelompok motivasi sedang prestasinya lebih baik dari siswa pada kelompok motivasi rendah. Ini menunjukkan bahwa
tingkatan motivasi juga menentukan tingkatan prestasi belajar siswa, yang implikasinya tingkatan motivasi juga dapat dipakai sebagai acuan dalam
menentukan penempatan siswa dalam penjurusan di sekolah.
C. Saran