dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a Guru menjelaskan materi pelajaran matematika yang telah direncanakan. b Guru memberikan beberapa contoh soal sesuai dengan materi yang telah
disampaikan pada langkah a, dan mendiskusikan jawabannya bersama- sama siswa.
c Guru memberikan beberapa soal yang harus dikerjakan siswa dan siswa diminta mengerjakan soal yang diberikan guru. Setelah siswa selesai
mengerjakan soal, guru bersama-sama siswa mendiskusikan jawaban siswa. d Siswa diminta mengajukan soal baru dengan cara mengubah apa yang
diketahui atau mengubah apa yang ditanyakan ataupun mengubah pembatasan dari soal yang diberikan guru pada langkah c.
e Guru memberikan umpan balik pada siswa terhadap hasil kerja siswa guna menyempurnakan soal yang diajukan siswa pada langkah d
f Dipilih beberapa soal buatan siswa untuk dikerjakan oleh teman-teman sekelasnya
B. Penelitian yang Relevan
Sudah ada beberapa hasil penelitian tentang problem posing dalam rangka peningkatan pembelajaran matematika. Beberapa hasil penelitian
tersebut antara lain sebagai berikut: Pertama, penelitian tentang problem posing dilakukan oleh Ellerton
dalam Suryanto 1998: 9 untuk meyelidiki cara siswa yang berumur 11-13 tahun dalam mengajukan soal yang menurut pertimbangan mereka termasuk
soal yang sulit dikerjakan temannya. Sampel terdiri atas 8 siswa berkemampuan tinggi dan 8 siswa berkemampuan rendah dalam matematika, yang dipilih dari
154 siswa yang diberi tes awal. Tiap kelompok terdiri atas 5 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Siswa yang dianggap berkemampuan tinggi ialah siswa
yang menjawab benar kelima soal tes awal, sedangkan yang dianggap berkemampuan rendah adalah siswa yang menjawab salah ke lima soal itu.
Setiap siswa yang terdiri 16 orang itu ditugasi membuat satu soal. Setelah membuat soal, siswa diminta membuat kunci atau jawaban soal yang dibuatnya.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa yang berkemampuan tinggi membuat soal yang lebih rumit daripada siswa yang berkemampuan rendah.
Selain itu, setiap siswa yang berkemampuan tinggi mampu memecahkan soal yang dibuatnya, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah tidak semuanya
mampu memecahkan soal yang dibuatnya hanya seorang yang mampu. Kedua, penelitian tentang problem posing yang dilakukan oleh English
dalam Suryanto 1998: 12 untuk menyelidiki kemampuan siswa setingkat kelas 3 Sekolah Dasar untuk membuat soal. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa
tampak lebih mudah atau lebih produktif membentuk soal dalam konteks informal dengan bahasa non simbolik, berdasarkan gambar atau cerita, tetap
menggunakan angka tetapi tidak menggunakan symbol-simbol operasi dari pada membentuk soal dalam konteks formal.
Ketiga, penelitian tentang pembelajaran matematika dengan problem posing yang dilakukan kepada siswa kelas 2 SMTP 18 Malang oleh Abdur
Rahman As’ari 1999: 42 menyatakan bahwa bahwa model pembelajaran problem posing ternyata di samping mampu membuat siswa aktif dalam belajar
ternyata juga mampu meningkatkan prestasi siswa dan menimbulkan sikap positip.
Keempat, penelitian tentang problem posing yang dilakukan oleh Hasimoto dalam Yuhasriati 2002: 63 menyatakan bahwa pembelajaran dengan
problem posing menimbulkan dampak positip terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.
Dari keempat penelitian yang dikemukakan di atas ternyata kesemuanya merupakan penelitian yang dilakukan kepada siswa yang pendidikan dasar.
Mereka dalam usia 15 tahun ke bawah. Pada penelitian yang pertama menyelidiki bagaimana perbedaan cara berfikir anak dalam berbagai tingkatan
kemampuan siswa dalam hal pengajuan soal. Sedang pada penelitian yang kedua menyelidiki tentang bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam hal
mengajukan soal. Adapun pada penelitian yang ketiga dan keempat menyelidiki bagaimana dampak dari pembelajaran dengan problem posing.
Adapun dalam penelitian ini dilakukan kepada siswa sekolah menengah atas yang usianya sekitar 16 – 17 tahun. Sedang yang ingin diketahui dalam
penelitian ini adalah mengenai apakah ada kelebihan dari suatu strategi pembelajaran yang dilengkapi dengan model pembelajaran prolem posing bila
dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang tidak dilengkapi dengan model pembelajaran prolem posing. Sehingga dalam penelitian ini akan
membandingkan dua strategi mengajar. Sesuai dengan apa yang diselidiki di sini akan menggunakan bentuk penelitian kuantitatif.
C. Kerangka Pemikiran 1. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika