Dari uji komparasi ganda antar kolom dengan metode Scheffe untuk µ
. 2
vs µ
. .3
, H ditolak, artinya rataan dari kelompok motivasi sedang berbeda dengan
rataan kelompok motivasi rendah. Ditinjau dari besarnya nilai rataan prestasi belajar siswa, siswa dalam kelompok motivasi sedang mempunyai nilai rataan
prestasi belajar matematika 6,126829,
sedang siswa dalam kelompok motivasi rendah mempunyai nilai rataan prestasi belajar matematika 5,458065.
Jadi dapat dikatakan bahwa siswa dalam kelompok motivasi sedang lebih baik prestasi
belajar matematikanya dari pada siswa dalam kelompok motivasi rendah. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika
siswa dalam kelompok motivasi tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa dalam kelompok motivasi sedang, prestasi belajar matematika
siswa dalam kelompok motivasi tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa dalam kelompok motivasi rendah, dan prestasi belajar
matematika siswa dalam kelompok motivasi sedang lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa dalam kelompok motivasi rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dinyatakan bahwa H
0AB
diterima. Jadi tidak terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar siswa. Dalam kasus ini tidak diperlukan uji lanjut. Dengan tidak
terdapatnya interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar siswa artinya keputusan sejalan dengan keputusan pada hipotesis pertama. Jadi dapat
dikatakan bahwa pada kelompok motivasi tinggi, prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran yang dilengkapi dengan model
pembelajaran problem posing sama dengan prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran tanpa dilengkapi dengan model
pembelajaran problem posing.
4. Hipotesis Keempat
Seperti pada pembahasan hipotesis ketiga, dengan tidak terdapatnya interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar siswa, dapat dikatakan
bahwa, pada kelompok motivasi sedang, prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran yang dilengkapi dengan model pembelajaran
problem posing sama dengan prestasi belajar matematika siswa yang diajar
dengan strategi pembelajaran tanpa dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing.
5. Hipotesis Kelima
Seperti pada pembahasan hipotesis ketiga dan keempat, dengan tidak terdapatnya interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar siswa,
dapat dikatakan bahwa, pada kelompok motivasi rendah, prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran yang dilengkapi
dengan model pembelajaran problem posing sama dengan prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran tanpa dilengkapi
dengan model pembelajaran problem posing.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bagian terpenting dari penelitian ini dituangkan dalam kesimpulan hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat
dikemukakan bahwa kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, menurut teori yang dikemukakan sebenarnya strategi
pembelajaran yang dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing lebih baik dari pada strategi pembelajaran yang tanpa dilengkapi dengan model
pembelajaran problem posing. Namun kenyataannya, dari hasil eksperimen menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran yang dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing sama efektifnya dengan prestasi belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
tanpa dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing. Hal ini dapat terjadi dikarenakan model pembelajaran problem posing merupakan hal yang
belum pernah dilaksanakan di sekolah yang diteliti. Barangkali memang perlu penyesuaian.
Kedua, baik menurut teori yang dikemukakan maupun menurut hasil eksperimen, prestasi belajar matematika siswa dalam kelompok motivasi tinggi
lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa dalam kelompok motivasi sedang, prestasi belajar matematika siswa dalam kelompok motivasi tinggi lebih
baik dari pada prestasi belajar matematika siswa dalam kelompok motivasi rendah, dan prestasi belajar matematika siswa dalam kelompok motivasi sedang
lebih baik dari prestasi belajar matematika siswa pada kelompok motivasi rendah. Ketiga, menurut teori yang dikemukakan, prestasi belajar matematika
siswa pada kelompok motivasi tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran yang dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing lebih baik dari pada
siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran tanpa dilengkapi model pembelajaran problem posing. Tetapi dari hasil eksperimen ternyata menunjukkan
bahwa siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran yang dilengkapi dengan