BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak ribuan tahun yang lampau matematika telah merasuk dan berperan dalam segala aspek kehidupan manusia. Di jaman modern sekarang ini
perhadapan manusia berjalan begitu cepat dan semakin kompleks. Matematika tidak saja mempunyai peran penting dalam pertumbuhan tersebut, tetapi
matematika juga mempunyai peran yang sangat penting pada bidang industri dan perdagangan. Hal ini terlihat dari makin banyaknya perusahaan yang
memakai metode pemodelan matematika dan simulasi komputer untuk mengurangi biaya produksi yang cukup signifikan sekaligus memberikan
fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan bila memakai eksperimen coba dan salah. Lebih dari itu pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan prasarat utama dapat tercapainya segala kemudahan yang dapat dicapai manusia dalam kehidupannya. Matematika merupakan alat bantu bagi
pengembangan pengetahuan pada umumnya dan pengembengan teknologi pada khususnya. Oleh karena itu matematika menjadi sangat penting kedudukannya.
Namun demikian pada setiap pendidikan formal cukup banyak siswa yang tidak menyukai pengajaran matematika, bahkan sering mereka membenci
matematika. Dalam benak mereka mata pelajaran matematika itu merupakan mata pelajaran yang sangat sukar, menakutkan dan akhirnya dianggap sebagai
momok. Lebih dari itu dalam kompetisi internasional pada bidang matematika bagi siswa sekolah menengah yang dinamakan International Mathematics
Olympiad IMO atau di Indonesia dikenal dengan nama Olimpiade Matematika Internasional kenyataanya prestasi siswa Indonesia pada umumnya masih
tergolong rendah. Adapun sebagai indikatornya adalah, prestasi olimpiade internasional matematika siswa Indonesia beberapa tahun terakhir tercatat
sebagai berikut. Pada tahun 2000 Indonesia menduduki rangking ke 51 dari peserta olimpiade internasional matematika yang banyaknya 81 negara. Pada
tahun 2001 prestasi Indonesia turun menduduki rangking ke 59 dari peserta olimpiade internasional matematika yang banyaknya 83 negara. Pada tahun
2002 prestasi Indonesia turun lagi menduduki rangking ke 64 dari peserta olimpiade internasional matematika yang banyaknya 84 negara. Tetapi pada
tahun 2003 prestasi Indonesia naik menduduki rangking ke 37 dari peserta olimpiade internasional matematika yang banyaknya 82 negara. Namun
demikian pada tahun 2004 prestasi Indonesia turun lagi menduduki rangking ke 54 dari peserta olimpiade internasional matematika yang banyaknya 85 negara.
Kemudian pada tahun 2005 prestasi Indonesia naik lagi menduduki rangking ke 42 dari peserta olimpiade internasional matematika yang banyaknya 90 negara.
Pada tahun 2006 Indonesia tidak mengikuti karena keterlambatan dalam pengurusan Visa dan pada tahun 2007 prestasi Indonesia turun lagi menduduki
rangking ke 52 dari peserta olimpiade internasional matematika yang banyaknya 90 negara http:imo.math.ca.
Banyak kemungkinan yang dapat dilakukan untuk megupayakan peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah antara lain adalah: perbaikan
sarana dan prasarana untuk belajar, melengkapi buku pelajaran, meningkatkan kondisi kesehatan guru dan siswa, peninjauan kurikulum, perbaikan proses
belajar mengajar dan sebagainya. Sebagian besar upaya perbaikan prestasi belajar siswa tersebut hanya dapat dilakukan kalau ada keterlibatan dari unsur-
unsur pemerintah. Namun demikian di antara beberapa kemungkinan tersebut juga masih ada usaha yang cukup murah dan dapat dilakukan oleh kalangan
pendidik tanpa adanya campur tangan pemerintah. Usaha tersebut antara lain adalah perbaikan proses belajar mengajar di sekolah.
Berbicara mengenai perbaikan proses belajar mengajar di sekolah sebenarnya telah banyak usaha yang telah dilakukan oleh berbagai pihak.
khususnya dalam hal perbaikan strategi mengajar yang digunakan. Strategi mengajar yang dianggap baik oleh para pakar pendidikan pada saat ini adalah
strategi belajar yang mengacu pada terlaksanya suasana belajar bagi siswa atau yang sering disebut dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan bukan
suasana mengajar atau pembelajaran yang berpusat pada guru.
Dalam rangka melengkapi berbagai macam strategi mengajar yang telah ada nampaknya masih ada alternatif yang belum banyak dilakukan orang yaitu
strategi mengajar yang dilengkapi dengan problem posing pengajuan soal oleh siswa. Pengajuan soal oleh siswa jelas dapat digolongkan dalam kegiatan
belajar yang menyokong terjadinya kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa karena dengan pengajuan soal oleh siswa pasti akan mendorong keaktifan
siswa dalam belajar. Selanjutnya, salah satu saran mutahir dari para pakar pendidikan matematika, untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika
ialah agar menekankan pengembangan kemampuan siswa dalam membentuk soal problem posing, karena membentuk soal merupakan inti kegiatan
matematis English, dalam Suryanto, 1998: 2. Lebih dari itu problem posing dapat melibatkan siswa lebih mendalam atas perkembangan topik yang ingin
kita cakup Brown, 1993: 204. Dari sudut lain untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil
belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi Sardiman, 1992: 84. Secara umum semakin tinggi motivasi siswa akan semakin baik pula prestasi
belajarnya. Namun demikian sudah barang tentu semua model pembelajaran tidak selalu tepat pada tingkat motivasi anak yang berbeda. Demikian pula untuk
pengajuan soal oleh siswa tidak selamanya cocok untuk semua siswa. Berkaitan dengan uraian di atas perlu dicobakan suatu strategi
pembelajaran yang mengacu pada terjadinya pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Strategi pembelajaran
tersebut kita namakan strategi pembelajaran matematika yang dilengkapi dengan model pembelajaran problem posing.
B. Perumusan Masalah