Laju Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Cianjur
lahannya kepada investor atau pengembang, maka kepemilikan atas lahan berganti dan lahan tersebut beralih fungsi menjadi industri atau pemukiman. Faktor ini
dianalisis untuk mengetahui apa penyebab petani menjual lahan kepada investor. Studi kasus mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
di tingkat petani di Kabupaten Cianjur ini dilakukan di Kecamatan Sukaluyu. Sebanyak 41 responden dalam penelitian ini merupakan petani pemilik penggarap
yang terdiri dari 25 responden merupakan petani yang menjual lahannya, sedangkan 16 responden merupakan petani yang tidak menjual lahannya.
Keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahan dipengaruhi oleh jumlah tanggungan, pengalaman bertani, luas sawah, biaya produksi, dan proporsi
pendapatan dari usaha tani. Dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani
untuk melakukan alih fungsi lahan digunakan metode analisis regresi logistik dengan memasukkan variabel independen ke dalam variabel dependen. Adapun
variabel independen yang mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan yaitu jumlah tanggungan, pengalaman bertani, luas sawah, biaya produksi, dan proporsi
pendapatan dari usaha tani, sedangkan variabel dependen yang digunakan terdapat dua kemungkinan. Bagi responden yang melakukan alih fungsi lahan diberi nilai 1
Y=1 dan bagi responden yang tidak melakukan alih fungsi lahan diberi nilai 0 Y=0. Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode enter disajikan pada
Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Hasil Estimasi Faktor - Faktor Mikro yang Mempengaruhi Petani dalam Mengalihfungsikan Lahan Sawah
Variable Coefficient
Sig. Exp β
Keterangan
Jumlah Tanggungan X
1
-1,991 0,028
0,137 Berpengaruh Nyata Pengalaman Bertani X
2
0,033 0,623
1,033 Tidak Berpengaruh
Nyata Luas Sawah X
3
-0,031 0,826
0,969 Tidak Berpengaruh
Nyata Biaya Produksi X
4
1,514 0,052
4,544 Berpengaruh Nyata Proporsi Pendapatan X
5
-0,073 0,026
0,929 Berpengaruh Nyata Constant
8,319 0,053
4.100
Sumber : Data Primer diolah Keterangan : nyata pada taraf 5
nyata pada taraf 10
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik yang dapat dilihat pada Lampiran 5, diperoleh nilai Sig pada Omnimbus test sebesar 0,000. Nilai tersebut
lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen 0,000 0,100, artinya variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap
keputusan petani untuk menjual lahan. Dari hasil analisis juga didapat nilai Cox Snell R Square sebesar 0,528 dan Nagelkerke R Square sebesar 0,716. Nilai
Nagelkerke R Square yang lebih besar dari Cox Snell R Square menunjukan kemampuan kelima variabel dependen dalam menjelaskan varian alih fungsi lahan
sebesar 71,6 persen dan terdapat 28,4 persen faktor lain di luar model yang menjelaskan variabel dependen. Nilai Sig pada Hosmer and Lemeshow Test yang
diperoleh adalah sebesar 0,866. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen 0,866 0,10, artinya model yang dibuat dapat
diterima dan pengujian hipotesis dapat dilakukan. Selanjutnya nilai overall percentage pada classification table yang diperoleh sebesar 82,9 persen. Nilai
tersebut menunjukan bahwa dari 41 data yang ada terdapat 34 data yang tepat pengklasifikasiannya. Hal ini menunjukan bahwa model yang dihasilkan baik.
Model yang diperoleh dari hasil analisis regresi logistik adalah sebagai berikut : Y = 8,319 – 1,991X
1
+ 0,033X
2
- 0,031X
3
+ 1,514X
4
– 0,073X
5
+
Ɛ
...............5.2 Berdasarkan model yang diperoleh, dari kelima variabel independen yang
diduga mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahan pertanian hanya terdapat tiga variabel yang signifikan. Variabel yang berpengaruh
nyata terhadap terjadinya alih fungsi lahan sawah di tingkat petani adalah jumlah tanggungan, biaya produksi dan pendapatan usaha tani. Signifikan atau tidaknya
variabel dilihat dari Sig α taraf nyata yang digunakan.
Variabel jumlah tanggungan petani dilokasi tersebut memiliki nilai Sig sebesar 0,028. Hal ini berarti bahwa jumlah tanggungan petani berpengaruh nyata
terhadap peluang terjadinya alih fungsi lahan sawah pada taraf 5 persen 0,028 0,05. Koefisien hasil yang diperoleh bertanda negatif - sebesar 1,991 dan nilai
Exp β atau odds ratio yang diperoleh sebesar 0,137. Hal ini berarti bahwa jika jumlah tanggungan petani bertambah satu orang, maka peluang petani untuk
melakukan alih fungsi lahan lebih kecil 0,137 kali dibandingkan untuk tidak melakukan alih fungsi. Semakin banyak jumlah tanggungan petani, maka semakin
banyak pula biaya yang harus ditanggung petani untuk memenuhi kebutuhan.
Petani dengan jumlah tanggungan yang lebih besar cenderung akan mempertahankan lahan sawahnya untuk mendapatkan penghasilan dibandingkan
menjual lahan dan mencari pekerjaan yang belum tentu dapat. Variabel biaya produksi usaha tani di lokasi tersebut memiliki nilai Sig
sebesar 0,052. Hal ini berarti bahwa biaya produksi berpengaruh nyata terhadap peluang terjadinya alih fungsi lahan sawah pada taraf 10 persen 0,052 0,10.
Koefisien hasil yang diperoleh bertanda positif + sebesar 1,514 dan nilai Exp β
atau odds ratio yang diperoleh sebesar 4,544. Hal ini berarti bahwa jika biaya produksi meningkat satu juta rupiah, maka peluang petani untuk melakukan alih
fungsi lahan lebih besar 4,544 kali dibandingkan untuk tidak melakukan alih fungsi. Semakin besar biaya produksi usaha tani, petani cenderung menjual
lahannya. Variabel persentase pendapatan usaha tani memiliki nilai Sig sebesar
0,026. Nilai tersebut berarti bahwa persentase pendapatan usaha tani berpengaruh nyata terhadap peluang terjadinya penjualan lahan oleh petani pada taraf nyata 5
persen 0,026 0,05. Koefisien hasil yang diperoleh bertanda negatif - sebesar 0,073 dan nilai Exp
β atau odds ratio yang diperoleh sebesar 0,929. Hal ini berarti bahwa jika persentase pendapatan usaha tani bertambah satu persen, maka
peluang petani untuk melakukan alih fungsi lahan lebih kecil 0,929 kali dibandingkan untuk tidak menjual lahan. Semakin besar persentase pendapatan
usaha tani petani maka semakin rendah peluang petani tersebut untuk menjual lahan. Persentase pendapatan usaha tani merupakan proporsi pendapatan usaha
tani seorang petani dari pendapatan totalnya. Semakin besar persentase tersebut berarti semakin besar ketergantungan petani pada usaha tani yang dimiliki. Petani
yang sangat bergantung pada usaha taninya akan berpeluang lebih kecil untuk menjual lahannya. Petani yang persentase pendapatan usaha taninya besar akan
lebih memilih melakukan pekerjaan yang sudah berhasil dan sangat berpengaruh dibandingkan harus menjual lahan dan melakukan pekerjaan lain yang belum
tentu berhasil.