Jumlah Tanggungan Tidak Alih Fungsi Lahan

lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Hal tersebut memiliki arti bahwa dari hasil estimasi regresi minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. Hasil estimasi faktor- faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Hasil Estimasi Faktor - Faktor Makro yang Mempengaruhi Perubahan Luas Lahan Sawah Kabupaten Cianjur Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. VIF Jumlah Industri -0,136 0.065 -2,076 0,083 2,506 Panjang Aspal 0,022 0.035 0,644 0,543 3,162 PDRB non pertanian -0,167 0.076 -2,213 0,069 1,565 Produktivitas Padi Sawah 0,074 0.092 0,801 0,454 1,096 Intersep 13,863 1.038 13,360 0,000 R Square 0,703 F-statistic 3,545 Adjusted R Square 0,504 ProbF- statistic 0,082 Log likelihood 21,57 Durbin- Watson 1,863 Sumber : Badan Pusat Statistika diolah Keterangan : nyata pada taraf 10 Probabilitas setiap variabel independen dapat digunakan untuk melihat signifikan atau tidaknya pengaruh setiap variabel independen tersebut terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel variabel-variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah yaitu jumlah industri dan PDRB non pertanian. Variabel-variabel tersebut berpengaruh nyata pada taraf α = 10 persen, sedangkan variabel perubahan panjang aspal dan produktivitas padi sawah tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan luas sawah. Model yang dihasilkan dari regresi linear tersebut cukup baik, karena memenuhi kriteria BLUE Best Linear Unbiased Estimator. BLUE dapat dicapai bila memenuhi asumsi klasik, yaitu model tidak memiliki sifat multikolinearitas, normalitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Pembuktian multikolinearitas dalam model menggunakan VIF dengan kriteria apabila nilai VIF yang dihasilkan dibawah 10 maka dapat disimpulkan bahwa didalam model tersebut tidak mengalami multikolinearitas. Untuk membuktikan asumsi normalitas maka digunakan nilai probabilitas pada histogram of normality test. Dalam model ini nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf α = 10 persen, yaitu sebesar 0,61027 atau 61,02 persen. Dapat disimpulkan bahwa pada model ini residual menyebar secara normal atau tidak terjadi permasalahan normalitas. Pemeriksaan asumsi autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh nilai Prob. chi-square sebesar 0,8048 atau sebesar 80,48 persen. Nilai tersebut lebih besar dari taraf α = 10 persen, sehingga model ini tidak memiliki permasalahan autokorelasi. Pada model ini juga tidak terdapat permasalahan heterokedastisitas, karena dari hasil uji Glejser diperoleh nilai Prob. chi-square sebesar 0.4578 atau 45,78 persen. Nilai tersebut juga lebih besar dari taraf α = 10 persen. Berikut adalah model hasil estimasi regresi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian tingkat wilayah : LnY = 13,863 – 0,136LnX 1 + 0,022LnX 2 – 0,167LnX 3 + 0,074LnX 4 + Ɛ ..........5.1 Berdasarkan hasil estimasi dari model regresi dapat dilihat bahwa koefisien jumlah industri berpengaruh negatif - terhadap penurunan luas sawah nilai probabilitas jumlah industri 0,083 lebih kecil dari taraf nyata 10 persen 0,083 0,10. Hal ini berarti bahwa jumlah industri berpengaruh nyata terhadap perubahan luas lahan sawah. Koefisien variabel yang bernilai -0,136 pada tabel menjelaskan bahwa, setiap kenaikan jumlah industri 1 persen akan diikuti dengan penurunan luas lahan sawah sebesar 0,136 persen ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah industri berkorelasi negatif dengan luas lahan sawah.Jumlah industri berbanding lurus dengan peningkatan permintaan kebutuhan akan luas lahan. Adanya penambahan jumlah industri menyebabkan kebutuhan lahan meningkat. Harga sewa yang diberikan oleh sektor industri lebih besar dibandingkan harga sewa dari lahan sawah itu sendiri. Variabel panjang aspal memiliki hubungan yang positif + namun tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan luas lahan sawah dimana nilai probabilitasnya sebesar 0,543 lebih besar dari taraf nyata yaitu 10 persen 0,543 0,10. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa perubahan panjang aspal memiliki kolerasi negatif terhadap penurunan luas lahan sawah dan tidak berpengaruh nyata. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa perubahan panjang jalan aspal di Kabupaten Cianjur belum tentu membutuhkan lahan yang luas sampai harus mengalihfungsikan lahan sawah. Perubahan luasan jalan aspal setiap

Dokumen yang terkait

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DAN KEBUTUHAN PANGAN DI KABUPATEN JEMBER

3 183 12

Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi Jawa Barat (Studi Kasus Desa Sriamur Kecamatan Tambun Utara).

8 37 112

Analisis Dampak Ekonomi dari Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bogor.

1 45 109

Analisis sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap benih kedelai di Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur

0 4 89

Pendapatan Usahatani Kedelai di Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur

1 12 75

Analisis Ekonomi Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Karawang Jawa Barat (Studi Kasus Desa Tanjungpura Kecamatan Karawang Barat)

3 34 92

PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI DESA SUKASIRNA KECAMATAN SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR

1 5 26

Perubahan Sosial Masyarakat Pertanian Akibat Pertumbuhan Kawasan Industri : studi kasus di Desa Sukasirna dan Desa Selajambe Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur.

0 1 30

BAB II LANDASAN TEORI A. ALIH FUNGSI LAHAN 1. Pengertian Alih Fungsi Lahan Pertanian - ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Lahan sawah Kecamatan Pagelaran Kabupaten peringsew

0 0 46

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Kesejahteraan Petani - ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Lahan sawah Kecamatan Pagelaran

0 0 18