BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan hampir di semua aspek kehidupan, dimana berbagai permasalahan tersebut hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan
ilmu pengetahuan dan teknologi.Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era
persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus
dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era
globalisasi tersebut. Berkenaan dengan hal itu, Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat
Al Ankabut ayat 43 yang berbunyi:
☺
Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”
Berdasarkan ayat ini jelas bahwa orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan adalah orang-orang yang mampu memahami apa yang sudah
diberikan-Nya, baik dari segi ilmu pengetahuan umum maupun ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan agama. Dalam perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi dan
penguasaanya, Matematika mempunyai peranan yang sangat penting. Semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin banyak menuntut
matematika untuk menemukan bentuk-bentuk baru sebagai pembantunya. Kenyataan tersebut mungkin menjadi dasar mengapa Matematika dijadikan
bidang studi yang dipelajari oleh siswa dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Mempelajari matematika sebenarnya adalah mempelajari
ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak yang tersusun secara hierarkis. Menanamkan ide atau konsep yang abstrak ini merupakan persoalan yang
tidak mudah dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar jika tidak diimbangi dengan metode dan pendekatan mengajar yang tepat dan
disesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa. R.Soedjadi merumuskan tujuan umum pembelajaran matematika,
yaitu: 1.
Mempersipkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang selalu berkembang melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
1
Keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat dinilai dari sejauh mana perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Hal ini dapat
dicapai melalui proses belajar mengajar yang efektif, efisien, dan bermakna. Salah satu cara untuk menciptakan kondisi tersebut adalah dengan pemilihan
model pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran matematika yang memerlukan keaktifan siswa baik secara fisik,
intelektual, maupun emosional. Disinilah dituntut kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan model, strategi, pendekatan, dan metode
1
R.soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan,
Jakarta: Depdijknas, 2000, h. 43.
pembelajaran yang ada dalam upaya peningkatan penguasaan konsep-konsep matematika. Untuk itu, model dan pendekatan pembelajaran matematika di
kelas pun seharusnya dimodifikasi agar siswa sebagai generasi penerus memiliki kemampuan matematika yang lebih tinggi, baik dalam pemahaman
maupun kemampuan komunikasi matematikanya. Dalam hal ini tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi, namun guru harus mampu
mendorong siswa belajar mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah dan komunikasi matematika.
Disamping perubahan pada model pembelajaran di kelas, guru atau tenaga pendidik juga diharapkan mampu berpikir kreatif dalam pembelajaran
matematika. Al Ghazali dalam Asrorun Ni’am Sholeh memberikan batasan yang
ketat bagi profesi pendidik sebagai prasyarat yang harus dipenuhi: 1 Pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap anak didik serta mampu
memperlakukan mereka sebagaimana anak sendiri; 2 Pendidik meakukan aktivitas karena Allah SWT; 3Pendidik harus mampu memberikan nasehat
yang baik kepada anak didik; 4 Pendidik harus mampu mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas
yang destruktif; 5 Mengetahui tingkat nalar dan intelektualitas anak didik; 6 Pendidik harus mampu menumbuhkan kegairahan murid terhadap ilmu yang
dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadap disiplin ilmu yna lain; dan 7 Pendidik harus mampu mengidentifikasi kelompok anak didik usia dini
dan secara khusus memberikan materi ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya.
Berkenaan dengan hal itu, Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat An Nahl ayat 125 yang berbunyi:
☺ ☺
☺
☺
Artinya: ” Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.” Ayat ini jelas bahwa guru harus mengajarkan yang benar kepada
siswanya, salah satunya adalah menerapkan strategi yang tepat yang disesuaikan dengan kemampuan siswa, baik dari segi kognitif maupun dari
segi kejiwaannya. Sehingga hasilnya akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia. namun demikian, pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran matematika di Indonesia masih mengalami banyak
kendala, diantaranya kualitas pembelajaran matematika yang masih rendah. Hal ini ditandai dengan rendahnya penguasaan siswa dalam pelajaran
matematika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Wahyudin mengungkapkan bahwa tingkat penguasaan atau hasil belajar terhadap
matematika cenderung rendah.
2
Salah satu penyebab rendahnya penguasaan atau hasil belajar siswa dalam matematika adalah siswa tidak memahami
konsep-konsep atau persoalan-persoalan yang diberikan dalam pembelajaran matematika. Pemahaman terhadap suatu konsep matematika berpengaruh
terhadap pemahaman konsep matematika yang lain. Masalah lain dalam pembelajaran matematika adalah banyaknya
keluhan yang muncul baik dari siswa maupun orang tua tentang pelajaran matematika. Sebagian besar orang menganggap hal yang berkaitan dengan
matematika adalah hal yang sukar untuk dimengerti. Begitu pula pandangan
2
Wahyudin Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika,
bandung, disertasi, 1999, h. 271.
siswa terhadap pelajaran matematika di sekolah, mereka menganggap pelajaran matematika sulit untuk dipelajari. Selain itu siswa merasa cepat
bosan dengan pembelajaran matematika yang monoton, akibatnya siswa cenderung tidak menyukai matematika. Wahyudin mengungkapkan bahwa
matematika merupakan mata pelajaran yang cukup sukar untuk dipahami, karena menurut mereka rumus-rumus atau persoalan dalam matematika terlalu
banyak dan sukar dipahami.
3
Model pembelajaran yang umumnya dipakai seolah-olah adalah model pembelajaran klasikal. Erman mengemukakan bahwa pada model pembelajarn
klasikal guru mengajar sejumlah siswa, biasanya sampai 30 sampai dengan 40 orang siswa dalam sebuah ruangan.
4
Para siswa memiliki kemampuan minimum dan diasumsikan memiliki kecepatan belajar yang relative sama.
Dengan kondisi ini, kondisi belajar siswa yang sacara individual baik menyangkut kecepatan belajar, kesulitan belajar sukar diperhatikan oleh guru.
Pada umumnya cara guru dalam menentukan kecepatan menyajikan materi dan tingkat kesukaran materi kepada siswanya berdasarkan informasi
kemampuan siswa secara umum. Guru nampaknya sangat mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang diajarkan,
urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar, dan lain-lain sepenuhnya ada di tangan guru. Model pembelajaran klasikal membuat guru menjadi pusat
utama kegiatan belajar di kelas, yang akhirnya siswa sukar untuk diperhatikan mengenai kondisi individualnya. Siswa terkesan pasif dan menerima apa kata
guru. Kondisi ni umumnya membuat kejenuhan bagi siswa yang kurang teroptmalkan potensinya dan berujung pada rendahnya efektifitas belajar
siswa. Pembelajaran yang diharapkan pada saat ini adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana peran aktif siswa sangat ditekankan di dalamnya.
Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi transfer of knowledge
, tetapi sebagai pendorong siswa belajar stimulation of learning
3
Wahyudin Kemampuan Guru Matematika… h. 253.
4
Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA UPI, 2003, h.255.
agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktifitas seperti komunikasi matematika.
Menurut teori belajar konstruksivisme, fokus utama dalam belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengkonstruksi
pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Cobb mendefinisikan bahwa belajar matematika merupakan proses di mana
siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.
5
Dengan demikian guru berperan sebagai fasilitator yakni menyediakan kondisi belajar
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan matematikanya.
Banyak model atau pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai dengan prinsip dasar konstruksivisme, salah satunya adalah pembelajaran
matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write TTW. Strategi pembelajaran TTW yang diperkenalkan oleh Huinker dan
Laughin 1996: 82 menyebutkan bahwa penerapan TTW memungkinkan seluruh siswa mengeluarkan ide-ide di belakang pemikirannya, membangun
secara tepat untuk berpikir dan refleksi, mengorganisasikan ide-ide, serta mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis.
6
Strategi TTW lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok kecil yang heterogen dengan 3-5
siswa, dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama teman kemudian
mengungkapkan melalui tulisan. Berdasarkan paparan di atas diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai “PENGARUH STRATEGI THINK-TALK-WRITE TTW
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA”.
5
Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika…h. 76.
6
Hera Sri Mudzakir, Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama
Jurnal Matematika dan pendidikan matematika, UIN, 02 Desember 2006, Vol.1, h. 197
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Apakah penggunakan strategi TTW dapat membuat siswa lebih siap dan aktif dalam proses pembelajaran?
2. Apakah pembelajaran dengan strategi think-talk-write mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa? 3.
Apakah pembelajaran dengan strategi TTW lebih efektif dari pada pembelajaran yang tidak menggunakan strategi TTW?
4. bagaimanakah respon siswa terhadap strategi TTW?
Pembatasan Masalah Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda maka
diberikan batasan masalah dari penelitian ini yaitu: Penelitian ini diilakukan pada siswa kelas VII MTsN 19 Pondok Labu Jakarta
Selatan semester genap tahun ajaran 20072008 dengan pokok bahasan bangun datar.
Strategi pembelajaran think-talk-write adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami permasalahan terlebih
dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang
diperolehnya. Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah nilai tes formatif pada
pokok bahasan bangun datar.
Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti menetapkan perumusan masalah di atas yaitu: Apakah penerapan strategi Think-Talk-Write TTW berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa?
Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya maka
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui kualitas peningkatan hasil belajar matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan strategi TTW dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini dilakukan, diharapkan dapat memberikan
sejumlah manfaat atau kegunaan, antara lain: 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai pengaruh penerapan strategi Think-Talk-
Write TTW terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan
bangun datar. Serta menjadi bahan masukan bagi peneliti yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah
guru untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan memberikan inovasi baru yaitu penerapan strategi Think-Talk-Write pada
pokok bahasan bangun datar. 3.
Bagi siswa, pembelajaran matematika dengan strategi TTW diharapkan dapat melatih belajar secara aktif dan mandiri dan akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN