Tabel 21. Rata-rata Pendapatan dan RC Rasio per Tahun Usahatani Padi Non
Ketan pada Tahun 2010
Komponen Padi Non Ketan
BiayaTahun Rp Periode 1
Periode 2
Jumlah Total Penerimaan 15.760.290
13.789.056 29.549.346
Total Biaya Tunai A 3.232.756.5
3.232.756.5 6.465.513
Total Biaya Diperhitungkan B 7.207.014
7.237.135 14.444.149
Jumlah Biaya Total A+B 10.439.770.5
10.469.891.5 20.909.662
Pendapatan Atas Biaya Tunai 12.527.533.5
10.556.299.5 23.083.833
Pendapatan Atas Biaya Total 5.320.519.5
3.319.164.5 8.639.684
RC Atas Biaya Tunai 4.88
4.27 4.57
RC Atas Biaya Total 1.51
1.32 1.41
Adapun yang menyebabkan petani padi non ketan memperoleh pendapatan yang rendah adalah dikarenakan kurangnya menggunakan input, seperti pupuk
dan pestisida. Penyebab dari kurangnya input yang digunakan tersebut adalah karena ketakutan petani atas penerimaan yang akan di peroleh lebih kecil
dibandingkan dengan biaya yang di keluarkan dilihat dari harga gabah padi non ketan yang kurang baik.
6.3.4 Efisiensi Usahatani
Apabila dilihat dari perbandingan antara pendapatan dan biaya RC rasio atas biaya tunai dan biaya totalnya seperti yang tertera pada Tabel 20 dan 21 maka
dapat disimpulkan bahwa usahatani padi yang dikembangkan oleh petani padi ketan putih dan non ketan pada dasarnya layak untuk diusahakan karena memiliki
nilai RC rasio yang lebih besar dari satu, hal ini berarti bahwa usahatani padi tersebut masih dapat memberikan keuntungan. Namun apabila dibandingkan maka
diketahui ternyata nilai RC rasio atas biaya total yang diperoleh petani padi ketan putih lebih besar atau efisien dari petani padi non ketan.
Adapun nilai RC rasio yang diperoleh petani padi ketan putih untuk RC rasio atas biaya tunai pada periode pertama dan kedua lebih kecil dari perolehan
petani padi non ketan, karena biaya tunai yang dikeluarkan petani padi ketan putih lebih besar dibandingkan dengan petani padi non ketan,dilihat dari nilai RC atas
biaya tunai petani padi non ketan lebih efisien, sedangkan untuk sedangkan untuk RC atas biaya total perolehan petani padi ketan putih lebih besar dibandingkan
dengan petani padi non ketan, karena penerimaan yang diperoleh petani padi ketan putih lebih besar dibandingkan dengan petani padi non ketan.
Angka yang dihasilkan tersebut memiliki arti bahwa dari setiap rupiah biaya tunai dan total yang dikeluarkan oleh petani padi maka akan memberikan
pendapatan untuk petani padi ketan putih sebesar Rp 1.54 pertahun untuk RC rasio atas biaya total, sedangkan untuk petani padi non ketan memberikan
pendapatan Rp 1.41 pertahun untuk RC rasio atas biaya totalnya. Meskipun demikian, usahatani padi ketan putih dan usahatani padi non ketan masih
menguntungkan secara ekonomi karena nilai RC ratio masing – masing usahatani
tersebut lebih dari satu RC ratio 1. Bila dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Penelitian Sudrajat 2007 analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi ladang di Kabupaten PurwakartaStudi
Kasus: Kelompok Tani Jaya Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis imbangan
penerimaan dan biaya RC ratio, diperoleh nilai RC rasio atas biaya total sebesar 1,19 dan rasio RC atas biaya tunai sebesar 2,07. Adapun nilai RC rasio yang
diperoleh dari asil penelitian peneliti hasil yang di peroleh untuk petani padi ketan putih untuk RC rasio atas biaya total 1.39 dan rasio RC atas biaya tunai 3.16,
sedangkan untuk petani padi non ketan RC rasio atas biaya total 1.35 dan rasio RC atas biaya tunai 3.95. nilai diatas menjelaskan bahwa kegiatan usahatani di
Desa Jatimulya lebih efisien dibandingkan dengan kegiatan usahatani di Desa Sukatani.
6.4 Rekomendasi Kebijakan Bagi Usahatani Padi ketan putih
di Desa Jatimulya
Setelah dilakukan analisis usahatani, analisis pendapatan dan analisis efisiensi untuk usahatani padi ketan putih dan usahatani padi non ketan di Desa
Jatimulya dapat dikatakan menguntungkan bagi para petani meskipun petani menghadapi permasalahan teknis. Dukung permintaan pasar yang terus mencari
komoditas padi ketan putih memberikan peluang kepada para petani untuk memulai usahatani padi ketan putih, selain itu teknik pemanenan yang masih
menggunakan tenaga manusia atau manual harus mulai di tinggalkan dan beralih ke tenaga mesin perontok biji padi itu lebih menguntungkan karena jumlah
kehilangan gabah pada saat pemanenan apabila mengguna teknologi mesin relatif lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia selain itu juga
menghindari kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh para pekerja saat
pemanenan. Pada saat ini petani tidak menemui kendala dalam penjualan hasil
usahataninya tetapi peningkatan kualitas gabah harus di perbaiki karena tidak hanya berpengaruh terhadap peningkatan produksi yang dihasilkan oleh para
petani, tetapi juga dapat meningkatkan daya jual para petani tersebut.
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian usahatani padi ketan dan usahatani padi non ketan sebagai pembanding yang dilakukan di Desa Jatimulya, Kecamatan Compreng,
Kabupaten Subang, dapat disimpulkan bahwa : 1.
Teknis budidaya dan Sistem usahatani pada kegiatan usahatani padi padi ketan dan usahatani padi non ketan pada dasarnya sama, namun perbedaan terletak pada
kegiatan budidaya yang lebih banyak pada usahatani padi ketan, seperti kegiatan pemberian pupuk dan pestisida yang lebih sering dilakukan daripada pada usahatani
padi non ketan. 2.
Biaya usahatani yang dikeluarkan oleh kedua usahatani juga berbeda, kegiatan usahatani padi ketan merupakan yang paling besar dalam mengeluarkan biaya
usahatani baik berupa biaya tunai maupun biaya diperhitungkan dengan komponen biayanya yaitu untuk pengadaan pupuk, pestisida dan tenaga kerja.
3. Berdasarkan analisis pendapatan, diketahui bahwa penerimaan tunai usahatani padi
ketan lebih besar dibandingkan penerimaan tunai usahatani padi non ketan, hal ini disebabkan karena harga jual GKP nya lebih tinggi dibandingkan dengan harga GKP
padi non ketan. Penerimaan bersih yang diterima petani padi ketan sebesar Rp 12.719.148 dari total penerimaan usahatani. Sementara padi non ketan hanya
memperoleh penerimaan bersih Rp 8.639.684 dari total penerimaan usahataninya. 4.
Berdasarkan efisiensi usahatani melalui analisis RC Ratio, usahatani padi ketan lebih efisien dibandingkan dengan usahatani padi non ketan tetapi sama
– sama menguntungkan. Hal ini dikarenakan nilai RC Ratio lebih besar dari satu. RC Ratio
padi ketan sebesar 1.54 sedangkan padi non ketan 1.41, hal ini menjelaskan bahwa petani padi ketan akan memperoleh 1.54 rupiah dari setiap satuan inputnya
sementara petani padi non ketan hanya menerima sebesar 1.41 rupiah dari setiap satu rupiah input yang digunakan dalam usahataninya.
7.2 Saran