Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

varietas padi yang lainnya, dari segi harga padi ketan putih relatif lebih tinggi dan memberikan keuntungan ekonomis dibandingkan varietas padi yang lain, dari segi produktivitas, padi ketan umumnya di atas 6,5 ton gabah kering pungut GKP, dibandingkan beras biasa yang rata-rata 5,2 ton GKP. Ini disebabkan bulir padi dan gabah beras ketan putih lebih besar dibandingkan padi biasa, sedangkan untuk penanganan pascapanen padi ketan putih ralatif lebih mudah karena bulir padi mudah lepas dari dahannya saat pemanenan hasil wawancara para petani di Desa Jatimulya dan data BPPKP Kecamatan Compreng tahun 2010. Pemilihan tempat penelitian di Desa Jatimulya Kecamatan Compreng karena wilayah ini berpotensi dalam memproduksi padi ketan putih selain Kecamatan Binong yang merupakan sentra padi ketan putih khususnya di Kabupaten Subang dan umumnya di Provinsi Jawa Barat.

1.2. Perumusan Masalah

Desa Jatimulya sebagai penghasil padi ketan putih juga memiliki beberapa kendala didalam usahatani padi, diantaranya masih rendahnya pengetahuan petani untuk menerapkan pola usahatani berwawasan agribisnis, padi ketan putih merupakan produk yang sangat potensial untuk di usahakan oleh karena itu dalam mengusahakan padi ketan putih petani harus sangat diperhatikan antara lain penggunaan bibit yang berkualitas rendah, penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan dosis pemakaian, pengendalian berbagai hama dan penyakit yang masih kurang, sehingga ketergantungan terhadap pestisida kimia masih cukup tinggi yang dapat menurunkan kualitas kesuburan tanah, hal ini dapat menyebabkan pendapatan petani menjadi menurun dan berdampak pada penurunan kesejahteraan. Kurangnya minat petani untuk mencari informasi cara meningkatkan produksi dari perbaikan tanam sehingga populasi tanam rumpun pada satuan luas cenderung berkurang dan rendahnya kemampuan petani untuk berupaya memperbaiki alat pascapanen yang mengakibatkan jumlah kehilangan gabah saat panen masih tinggi. Dilihat dari keterangan di atas maka perlu dilakukan analisis usahatani di Desa Jatimulya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana keragaan usahatani padi ketan putih di Desa Jatimulya? 2. Bagaimana tingkat pendapatan dan efisiensi usahatani padi ketan putih di Desa Jatimulya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengkaji keragaan usahatani padi ketan putih di Desa Jatimulya. 2. Menganalisis tingkat pendapatan dan efisiensi usahatani padi ketan putih di Desa Jatimulya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai: 1. Bahan masukan dan memberikan informasi bagi petani atau masyarakat umumnya di Desa Jatimulya 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan usahatani padi ketan dengan tujuan meningkatkan produksi dan pendapatan. 3. Bagi peneliti sendiri hasil penelitian ini digunakan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah, sedangkan bagi pembaca penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi dan literatur bagi penelitian selanjutnya. II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang analisis pendapatan usahatani padi, peneliti mengambil beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian, dengan mengkaji dan melihat alat analisis yang digunakan dalam penelitian terdahulu. Hal ini bertujuan untuk melihat perbandingan antara penelitian terdahulu dan dengan penelitian ini, sehingga dapat menunjukan adanya persamaan, keunggulan, dan kelemahan dalam penelitian ini. Gilda. F 2008 menganalisis tentang pendapatan usahatani padi sawah menurut system mina padi dan non mina padi Kasus Pada Desa Tapos 1, Tapos 2 dan Tapos 3 di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengkaji keragaan usahatani padi sawah, menganalisis pendapatan usahatani padi, dan menganalisis perbandingan antara pendapatan usahatani dan biaya usahatani system mina padi dan non mina padi RC. Alat analisis yang digunakan adalah analisis biaya, analisis pendapatan usahatani, analisis profitabilitas. Hasilnya adalah sistem usahatani padi sawah Tapos 1 secara umum hampir sama yaitu cenderung ke mina padi pembibitan karena hasil panen cenderung dijadikan bibit bagi usaha perikanan. Irigasi yang melimpah petani padi sawah minimal dalam penanamannya satu kali dalam setahun, jika air melimpah dan stabil maka petani akan memelihara ikan disawah. Benih yang digunakan adalah IR 64 dinilai memiliki karakteristik benih yang baik disawah karena produktifitasnya tinggi, pemanenan yang relatif cepat dan tahan terhadap serangan hama. Benih padi varietas ciherang menempati urutan kedua dalam produktifitasnya, dengan berkonsentrasi pada varietas tersebut pemerintah dapat meningkatkan kuantitas padi dengan masa tanam yang relatif singkat, jika penggunaan bibit dibarengi dengan penerapan sistem dengan baik maka dapat lebih memperkuat ketahanan pangan dimasa yang akan datang. Analisis pendapatan usahatani padi petani mina padi pendapatan kotornya Rp 7.917.265,01 dan pendapatan bersihnya Rp 5.069.663,91 sedangkan petani non mina padi pendapatan kotornya Rp 5.393.098,12 dan pendapatan bersihnya Rp 4.375.727,33 lebih kecil dari petani mina padi. Dengan produktifitas yang rendah padi sawah mina padi bias lebih memaksimalkkan dibanding petani non mina padi dengan pendapatan kotornya Rp 3.209.500,31 dan pendapatan bersihnya Rp 2.361.899,20 sedangkkan petani non mina padi pendapatan kotornya Rp 3.816.557,36 dan pendapatan bersihnya Rp 2.799.186,57, untuk kedua sistem pengusahaan padi terjadi penurunan namun untuk sistem mina padi penurunan pendapatannya derastis dibandingkan non mina padi. Fitria 2007 analisis pendapatan dan efisiensi produksi usahatani padi sawah Studi Kasus di Desa Purwodadi, Kecamatan Trimurjo, Kecamatan Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan dan efisiensi, menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi, menganalisis dan menentukan kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksi yang dapat memberikan keuntungan maksimal pada usahatani padi sawah. Alat analisis yang digunakan diantaranya analisis pendapatan usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya RC Ratio, analisis fungsi produksi cobb-douglas dan analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi. Berdasarkan hasil pendapatan usahatani padi sawah, petani memperoleh nilai RC rasio atas biaya tunai sebesar 2,89 dan nilai RC rasio atas biaya total sebesar 1,70. Uji-t student terlihat bahwa faktor-faktor produksi luas lahan X 1 dan jumlah benih X 2 berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 85 persen, pupuk urea X 3 berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen, dan faktor produksi tenaga kerja X 8 berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan pupuk SP-36 X 4 , pupuk KCL X 5 , pupuk ZA X 6 , serta pestisida X 7 tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen yang berarti bahwa variabel tersebut sangat kecil pengaruhnya terhadap naik turunnya produksi padi sawah. Kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi sawah di desa purwodadi per musim tanam adalah untuk luas lahan sebesar 1,38 hektar, benih 25,80 kilogram, 345 kilogram pupuk urea, 207 kilogram pupuk SP-36, 71,79 kilogram KCL, 138 kilogram pupuk Za, 2.175,97 mililiter pestisida, dan 169,16 HOK tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat 2007 pendapatan dan faktor- faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi ladang di Kabupaten PurwakartaStudi Kasus: Kelompok Tani Jaya Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk 1. Menganalisis apakah usahatani padi ladang masih menguntungkan bagi petani indonesia. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi ladang, 3. Menganalisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada cabang usahatani padi ladang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya RC rasio, pendekatan fungsi coob-douglas dan analisis efisiensi ekonomi dan rasio Nilai Produksi Marjin NPM dan biaya Biaya Korbanan Marjinal BKM. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program microsoft exel dan mini tab 14 for windows. Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis imbangan penerimaan dan biaya RC ratio, diperoleh nilai RC rasio atas biaya total sebesar 1,19 dan rasio RC atas biaya tunai sebesar 2,07. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang adalah tenaga kerja dari luar keluarga, benih dan pupuk urea. Ketiga faktor tersebut signifikan pada tarap kepercayaan 90 persen. Faktor produksi pestisida, pupuk TSP dan pupuk kandang tidak berpengaruh nyata pada tarap kepercayaan yang telah ditetapkan, pengguinaan faktor produksi yang efisien secara ekonomis dicapai pada saat penggunaan faktor tenaga kerja dari luar keluarga sebesar 183,22 HOK. Adapun penelitian tentang analisis pendapatan dilakukan oleh Tohir. M 2008 dengan judul pendapatan usahatani padi dan faktor-faktor yang mempengaruhi padi hibrida Studi Kasus Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu: 1. Menganalisis pendapatan usahatani padi inbrida dan hibrida 2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk menggunakan benih padi hibrida. Alat analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis keputusan adopsi dengan regresi logistik model regresi logistik, metode pengestimasian model pada regresi logistik, metode pengujian parameter model dan interfretasi koefisien. Hasil penelitian usahatani padi hibrida yang dilaksanakan oleh petani padi kecamatan cibuaya, kabupaten karawang, jawa barat pada musi rendeng 20062007 memberikan keuntungan yang lebih kecil dari pada padi inbrida pada waktu yang sama. Pendapatan atas biaya dibayarkan usahatani inbrida dan padi hibrida adalah Rp 6.152.080,57 dan rp 4.384.536,55. Hasil analisis regresi logistik untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi benih padi hibrida menunjukan bahwa ada empat variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan benih padi hibrida di Kecamatan Cibuaya yaitu luas lahan, status lahan, rasio pendapatan usahatani padi terhadap pendapatan total dan umur. Penelitian lainnya yang membahas tentang pendapatan usahatani padi dilakukan oleh Maryono 2008 dengan judul analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani padi program benih bersertifikat: pendekatan stockhastic production frontier Studi Kasus Di Desa Pasirtalaga, Kecamatan Talagasari, Kabupaten Karawang. Bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan teknologi baru dalam program benih bersertifikat, menganalisis efisiensi teknis petani sebelum dan setelah program dan menganalisis struktur biaya dan pendapatan usahatani padi sebelum program dan setelah program. Alat analisis yang digunakan diantaranya analisis efisiensi menggunakan fungsi produksi stochastic frontier dan analisis pendapatan usahatani. Berdasarkan hasil penelitian program benih sertifikat menyebabkan perubahan penggunaan input dan penghematan biaya usahatani sehingga berdampak positif terhadap penurunan biaya riil petani Kajian penelitian-penelitian terdahulu berguna sebagai acuan bagi peneliti terutama dalam pemetaan permasalahan yang menjadi latar belakang permasalahan dalam topik penelitian usahatani. Persamaan antara penelitian ini dengan yang terdahulu adalah membahas pendapatan dan efisiensi di suatu daerah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan yang digunakan oleh Gilda, Fitri, Sudrajat, Tohir dan Maryono, yaitu analisis analisis pendapatan usahatani dan efisiensi bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan dan efisiensi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Gita, Fitri, Sudrajat, Tohir dan Maryono adalah perbedaan beberapa alat analisis diantaranya analisis profitabilitas, fungsi produksi, keputusan adopsi dan analisis efisiensi menggunakan fungsi produksi stochastic frontier. Sedangkan untuk produk penelitian yang pada umumnya meneliti usahatani padi SRI System Rice Intensifikation atau padi Hibrida dan yang lainnya, tetapi dalam penelitian ini berbeda produk yang diteliti adalah padi ketan. III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis