Output Usahatani B. Biaya Diperhitungkan C. jumlah total biaya A+B

pembayaran dengan uang tunai menurut petani lebih praktis. Untuk kegiatan pemanenan ini petani menggunakan tenaga kerja pria dan wanita yang bersumber dari dalam dan luar keluarga. Adapun perincian penggunaan HOK dari masing- masing kegiatan yang dilakukan oleh petani padi ketan putih dan petani padi non ketan di di Desa Jatimulya dapat dilihat pada Tabel 15 dan 16. Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja HOKTahunHa pada Usahatani Padi Non Ketan di Desa Jatimulya Tahun 2010 Kegiatan Jumlah Tenaga Kerja Periode 1 Periode 2 Dalam Keluarga Hok Luar Keluarga Hok Dalam Keluarga Hok Luar Keluarga Hok Pengolahan Lahan 1.59 9.07 1.59 9.07 Penanaman 41.00 41.00 Penyiangan 3.67 2.53 3.67 2.53 Pemupukan 3.53 1.50 3.53 1.5 Pengendalian Hpt 2.63 1.43 2.63 1.43 Panen 30.25 30.25 Jumlah 11.42 85.78 11.42 85.78 Upah yang diterima buruh tani di Desa Jatimulya pada umumnya sama tidak dibeda – bedakan antara tenaga kerja perempuan dan tenaga kerja laki – laki, baik pada usahatani padi ketan putih maupun pada usahatani padi non ketan dengan upah yang berlaku sebesar Rp 50.000,000 HOK.

6.2 Output Usahatani

Output usahatani yang di hasilkan berupa gabah. Gabah merupakan bulir padi yang di peroleh petani dari kegiatan pemanenan yang di sebut Gabah Kering panen GKP. Petani padi ketan putih maupun petani padi non ketan pada umumnya menjual padigabah GKP. Berdasarkan dari hasil panen yang diperoleh petani padi diketahui bahwa jumlah produksi yang dihasilkan petani padi ketan putih pada periode pertama 5.244 Kgha dan pada periode kedua 4.180 Kgha atau sekitar 9.424 Kgha per tahunnya. Sedangkan untuk petani padi non ketan perolehan hasil panen pada periode pertama 4.830 KgHa dan pada periode kedua 3.856 KgHa atau sekitar 8.686 kgha pertahunnya. Perbedaan jumlah produksi antara padi ketan putih dan padi non ketan dikarenakan produksi yang lebih banyak karen bulir padi ketan putih lebih besar bila dibandingkan dengan bulir padi non ketan, sedangkan untuk perbedaan produksi pada periode kedua baik usahatani padi ketan putih dan padi non ketan dikarenakan adanya perubahan cuaca yang mengakibatkan kekerdilan terhadap tanaman yang akhirnya berdampak terhadap menurunnya produksi padi . Adapun harga GKP Gabah Kering Panen tiap periodenya berbeda, harga GKP pada saat itu untuk petani padi ketan putih pada periode pertama Rp 3.570Kg dan pada periode kedua Rp 4.160Kg. Sedangkan untuk petani padi non ketan harga GKP pada periode pertama Rp 3.263Kg dan pada periode kedua Rp 3.576Kg.

6.3 Analisis Pendapatan Usahatani Padi ketan putih

Analisis yang dilaksanakan pada usahatani ini dilakukan pada petani pemilik dan penyewa lahan. Petani pemilik adalah petani yang dalam usahataninya menggunakan lahan milik sendiri sebagai media pertanamannya sedangkan petani penyewa adalah petani yang dalam usahataninya menggunakan lahan milik petani lain sebagai media pertanamannya. Pada penelitian ini, analisis terhadap usahatani dilakukan kepada dua jenis usahatani. Adapun jenis tersebut adalah kelompok usahatani padi ketan putih dan kelompok usahatani non ketan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap proporsi penerimaan, penggunaan biaya, pendapatan petani dan RC rasio. Adapun analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai, seperti biaya sarana produksi padi, tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Sedangkan yang termasuk ke dalam biaya total adalah biaya tunai yang dikeluarkan ditambah dengan biaya diperhitungkan. Biaya diperhitungkan adalah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai. Contohnya adalah penggunaan benih dari pertanaman sebelumnya, penyusutan alat, penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga dan sewa lahan.

6.3.1 Penerimaan Usahatani

Penerimaan atau pendapatan kotor merupakan seluruh pendapatan yang di peroleh dari kegiatan usahatani selama satu periode kegiatan usahatani, di perhitungkan dari hasil penjualan. Penerimaan dari hasil penjualan usahatani adalah pendapatan kotor yang diperoleh petani sebelum dikurangi oleh biaya – biaya yang dikeluarkan pada kegiatan usahataninya. Hasil penjualan dari kegiatan usahatani adalah padigabah. Gabah merupakan bulir padi yang di peroleh petani dari kegiatan pemanenan yang di sebut Gabah Kering panen GKP, sedangkan gabah yang sudah mendapatkan perlakuan pengeringan di sebut Gabah Kering Giling GKG. Petani padi ketan putih maupun petani padi non ketan pada umumnya menjual padigabah GKP kepada para bandar atau pengumpul padi. Tabel 17. Penerimaan Usahatani Padi ketan putih dan Usahatani Padi non Ketan per Tahun di Desa Jatimulya Tahun 2010 Usahatani Periode 1 Periode 2 Penerimaan Thn Ha Prod Ton Harga RpKg Jumlah Rp Prod Ton Harga RpKg Jumlah Rp Padi Ketan 5.244 3.570 18.721.080 4.180 4.160 17.388.800 36.109.880 Padi Non Ketan 4.830 3.263 15.760.290 3.856 3.576 13.789.056 29.549.346 Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa jumlah total hasil panen yang diperoleh petani padi ketan putih dengan jumlah produksi pada periode pertama Rp 5.244 KgHa dan Pada periode kedua Rp 4.180 KgHa atau sekitar 9.424 Kgha per tahunnya, dengan rata-rata harga jual GKP Gabah Kering Panen adalah Rp 3.875 Kg. Apabila hasil panen tersebut dikalikan dengan harga jualnya maka akan diperoleh penerimaan usahataninya. Berdasarkan hasil perkalian antara harga jual dengan jumlah hasil panen maka diketahui penerimaan total usahatani yang diperoleh petani padi ketan putih pertahunnya adalah Rp 36.109.880ha. Adapun nilai hasil panen untuk petani padi non ketan rata – rata pertahunnya adalah 8.686 kgha dengan harga jual GKP 3.420 kg dan penerimaan yang di peroleh sebesar 29.549.346ha.

6.3.2 Biaya Usahatani

Berdasarkan Tabel 18 diketahui ternyata biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani padi ketan putih lebih besar dari biaya diperhitungkannya ini dikarenakan besarnya biaya sewa lahan. Adapun biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani padi ketan putih pada tiap periodenya Rp 4.433.710Ha atau Rp 8.867.420Ha pertahunnya sekitar 37.91 persen dari jumlah total biaya dan untuk biaya diperhitungkan sama tiap periodenya sekitar Rp 7.261.656 Ha atau Rp 14.523.312Ha pertahunnya sekitar 62.09 persen dari jumlah total biaya yang dikeluarkan. Besarnya biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani padi ketan putih dikarenakan petani banyak menggunakan sumber daya yang berasal dari luar keluarga. Sumber daya tersebut meliputi, pestisida, pupuk dan tenaga kerja, biaya pestisida yang dikeluarkan oleh petani padi ketan putih tiap periodenya sama sebesar Rp 1.700.917Ha atau Rp 3.401.834 ha pertahun atau 38.36 persen dari seluruh biaya tunai, sedangkan padi non ketan masing – masing periode sebesar Rp 1.157.166 atau sekitar Rp 2.314.332ha pertahun atau 35.80 persen dari total biaya tunai. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani padi ketan putih dibandingkan dengan petani padi non ketan dikarenakan petani padi ketan putih harus protektif terhadap tanamannya sehingga dalam kondisi tidak terserang hama dan penyakit pun petani tetap melakukan penyemprotan. Adapun alasan petani tetap melakukan hal tersebut adalah sebagai antisipasi untuk pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit. Berbeda dengan petani padi non ketan, dengan kondisi padi yang tidak mudah terserang hama atau lebih kuat dibandingkan dengan padi ketan putih. Selain pestisida, yang menyebabkan besarnya biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani adalah pupuk, pupuk yang digunakan oleh petani adalah Urea, NPK dan TSP. Biaya tunai yang harus dikeluarkan petani padi ketan putih dalam penggunaan pupuk pada periode pertama dan pada periode kedua sebesar Rp 799.996Ha atau Rp 1.599.992Ha pertahun atau sekitar 18.04 persen dari total biaya tunai dan untuk petani padi non ketan pada periode pertama dan pada periode kedua Rp 563.545.5ha atau Rp 1.127.091 Ha pertahun sekitar 17.43 persen dari total biaya tunai, adapun perincian penggunaan pupuk tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19. Tabel 18 . Biaya Usahatani Padi Ketan Putih per Tahun di Desa Jatimulya Tahun 2010 Komponen Petani Padi Ketan Petani Padi Ketan Periode 1 Periode 2 BiayaTahun Rp Persentase Rp A. Analisis Biaya 1. Sarana Produksi - Benih 96.963 96.963 193.926 2.19 - Pupuk 799.996 799.996 1.599.992 18.04 - Pestisida 1.700.917 1.700.917 3.401.834 38.36 2. Tenaga Kerja 1.433.334 1.433.334 2.866.668 32.33 3. Pajak 402.500 402.500 805.000 9.08 Total Biaya A 4.433.710 4.433.710 8.867.420

37.91 B. Biaya Diperhitungkan

- Penyusutan Alat 133.655 133.655 267.310 1.84 - Tenaga Kerja Dalam Keluarga 628.001 628.001 1.256.002 8.65 - Sewa Lahan 6.500.000 6.500.000 13.000.000 89.51 total biaya B 7.261.656 7.261.656 14.523.312 62.09 C. jumlah total biaya A+B 11.695.366 11.695.366 23.390.732 100.00 Perbedaan biaya pupuk untuk padi ketan putih dan non ketan terjadi karena umur tanam antara padi ketan putih dan non ketan berbeda, umur padi ketan putih relatif lebih lama dibandingkan dengan padi non ketan. Oleh karena itu biaya produksinya menjadi lebih besar. Pada kegiatan usahatani padi diketahui bahwa tenaga kerja digunakan oleh petani untuk melakukan kegiatan seperti pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan dan panen. Besamya tenaga kerja yang digunakan oleh petani padi ketan putih dikarenakan sumber tenaga kerja yang dimiliki petani dari dalam keluarga lebih banyak yang bekerja diluar usahatani. Akibatnya petani harus mengeluarkan biaya tunai yang besar untuk membiayai tenaga kerja dari luar keluarga. Adapun biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh petani padi ketan putih sama tiap periodenya Rp 1.433.334 Ha atau Rp 2.866.668Ha pertahunnya sekitar 32.33 persen dari total biaya tunai yang dikeluarkan. Sedangkan untuk usahatani padi non ketan Rp 1.036.212 Ha atau Rp 2.072.424 pertahunnya sekitar 32.05 persen dari total biaya tunai. Selain tenaga kerja, yang menyebabkan besarnya biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani adalah pajak dan benih. Tabel 19 . Biaya Usahatani Padi Non Ketan per Tahun di Desa Jatimulya Tahun 2010 Komponen Petani Padi Non Ketan Petani Padi Non Ketan Periode 1 Periode 2 BiayaTahun Rp Persentase Rp A. Analisis Biaya 1. sarana produksi - Benih 73.333 73333 146.666 2.27 - pupuk 563.545.5 563.545.5 1.127.091 17.43 - pestisida 1.157.166 1.157.166 2.314.332 35.80 2. tenaga kerja 1.036.212 1.036.212 2.072.424 32.05 3. pajak 402.500 402.500 805.000 12.45 total biaya A 3.232.756.5 3.232.756.5 6.465.513

30.92 B. biaya diperhitungkan