14 lebih cenderung pada perusahaan perkebunan karet besar. Sehingga untuk melihat
faktor-faktor lain yang memengaruhi keputusan petani selain dari faktor teknis dan ekonomi, juga dilihat faktor dari karakteristik petani seperti usia, pendidikan,
pengalaman, keluarga petani dan pendapatan petani baik yang dari karet atau pendapatan lain di luar usahatani karet.
2.3. Peranan Tanaman Sela dan Tumpang Sari dalam Peremajaan
Terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani melakukan peremajaan karet, salah satunya yaitu adanya alternatif income atau
pendapatan lain bagi petani apada saat karet diremajakan. Tanaman sela dapat menjadi salah satu alternatif income selama peremajaan bagi petani yang tidak
mempunyai pendapatan lain selain dari karet. Selain dalam memberikan tambahan pendapatan bagi petani selama peremajaan, tanaman sela juga dapat
memberikan manfaat langsung kepada tanaman karet yang diremajakan. Seperti pada penelitian yang dilakukan Rosyid 2007 yaitu tentang pengaruh tanaman
sela terhadap pertumbuhan karet pada areal peremajaan di Kabupaten Sarolangun, Jambi. Pada penelitiannya diketahui bahwa tanaman sela dapat berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan karet yang sedang pada masa peremajaan. Pada penelitian diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan tanaman karet klon PB 260
yang menggunakan tanaman sela pada areal peremajaan karet di daerah tersebut sama dengan pertumbuhan klon pada tingkat penelitian.
Manfaat tanaman sela lainnya juga disebutkan oleh Rosyid 2007 bahwa tanaman karet yang ditanami tanaman sela dapat tumbuh dan berkembang lebih
baik dibandingkan dengan karet yang tidak ditanami. Tanaman sela yang banyak ditanam oleh petani biasanya yaitu jenis tanaman musiman seperti jagung, padi,
cabe, kacang panjang, sayuran dan kacang tanah. Petani lebih cenderung untuk memilih padi gogo sebagai tanaman sela salah satunya dikarenakan petani
berpikir padi dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok untuk kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Pemenuhan kebutuhan pangan petani diperoleh dari
tanaman sela yang ditanaman selama kebun karet diremajakan. Padi gogo hanya dapat ditanam minimal satu tahun sekali sebagai tanaman sela dikarenakan padi
gogo hanya dapat ditanam pada saat bulan basah atau musim hujan Tjasadihardja, et al 1995 : Gozali Husni 1995. Sehingga dapat disimpulkan
15 dari uraian sebelumnya bahwa tanaman sela seperti padi dan sayuran lainnya
memiliki manfaat dalam pemenuhan kebutuhan pangan petani pada saat kebun karet mereka diremajakan.
Selain itu, tanaman sela kurang dirasakan manfaatnya apabila dilakukan penanaman ubi kayu dan tanaman sejenis lainnya yang satu family dengan
tanaman karet. Hal ini dikarenakan tanaman sela tersebut mampu untuk menjadi inang berbagai penyakit karet seperti jamur akar putih, Odium dan lain-lain. Hal
ini juga sejalan dengan penelitian Djukri 2006, dimana tanaman sela tidak akan memiliki manfaat lagi pada saat tanaman karet sudah mencapai umur lebih dari 3
tahun setelah penanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman karet dapat membuat bobot basah umbi, bobot kering umbi serta produksi umbi per
petak menjadi menurun pada tahun ke 2 dan ke 3 penanaman umbi talas. Tanaman karet dapat membuat intensitas cahaya yang diterima oleh umbi talas
menjadi berkurang. Hal ini disebabkan pada tahun ke 2 dan ke 3 penanaman, tanaman karet sudah mulai tumbuh banyak daun sehingga menjadi lebih rindang
dari sebelumnya. Menurut Tjasadihardja et al 1995 manfaat lain yang dapat diperoleh dari
tanaman sela selama peremajaan yaitu dengan melakukan fungsi rotasi tanaman dengan pola tanam dari tanaman sela. Hal ini merupakan hal yang sangat penting
karena tanaman sela dapat menutup tanah sepanjang tahun dengan tanaman produktif. Tanah yang ditutupi dapat membantu serta mengurangi gulma seperti
alang-alang karena dapat dikendalikan bersamaan dengan pemeliharaan tanaman semusim yang ditanam. Hal ini juga dapat menandakan bahwa adanya tanaman
sela, dapat membantu untuk mengurangi pertumbuhan gulma pada saat peremajaan dilakukan.
Namun ditemukan pada penelitian yang dilakukan Rinaldi dan Kariada 2006 yang menunjukkan bahwa usahatani tanaman tahunan yang dilakukan
dengan sistem tumpang sari membuat usahatani tersebut menjadi tidak layak untuk diusahakan. Hal ini menandakan bahwa penggunaan tanaman sela atau
tumpang sari pada tanaman tahunan tidak memberikan manfaat selama tanaman diremajakan. Tanaman tahunan yang yang diteliti yaitu tanaman kakao, jeruk,
kelapa, pisang, dan kopi. Hal ini dibuktikan dengan nilai Net BC yang diperoleh
16 ketika tanaman tahunan tersebut dilakukan tumpang sari dengan tanaman lain
maka nilai Net NC yang didapat yaitu sebesar 0,96 atau Net BC 1. Berdasarkan studi empiris terkait dengan manfaat tanaman sela terhadap
peremajaan dan pendapatan yang diterima petani, tanaman sela memiliki pengaruh yang positif pada beberapa penelitian yang telah dilakukan. Tanaman
sela tidak mengganggu pertumbuhan tanaman utama dan tanaman utama khususnya karet dapat berkembang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang
tidak ditanami tanaman sela. Penerapan tanaman sela juga harus disesuaikan dengan kondisi komoditi dan lingkungan tempat petani melakukan peremajaan.
2.4. Peremajaan Optimum Tanaman Perkebunan