12 penelitian menunjukkan bahwa melalui analisis pendapatan riil petani, pendapatan
yang diperoleh dengan pola RAS lebih tinggi dibandingkan dengan yang di luar RAS. Pendapatan rata-rata yang diperoleh dari pola RAS 1, 2, dan 3 yaitu sebesar
Rp5.301.392 per 0,5 ha per tahun, sedangkan pendapatan rata-rata di luar RAS yaitu sebesar Rp1.100.204 per 0,5 ha per tahun.
Berdasrakan studi empiris yang sudah ada dapat disimpulkan, usahatani karet masih menguntungkan bagi petani. Usahatani karet dengan sitem wanatani dan
penggunanaan bibit unggul dapat memberikan keuntungan yang lebih bagi petani karet.
2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peremajaan Tanaman Tahunan
Berdasarkan studi-studi empiris yang telah ditulis, penentuan peremajaan karet dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Boerhendhy dan Amypalupy 2010 diketahui bahwa faktor-faktor yang memengaruhi peremajaan karet yaitu jumlah produksi dan nilai ekonomis. Faktor
jumlah produksi dapat diketahui dari nilai produktivitas karet yang dihasilkan. Sedangkan nilai ekonomis dilihat dari harga pokok karet kering yang sedang
berlaku .
Boerhendhy dan Amypalupy 2010 dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa petani harus melakukan peremajaan ketika produktivitas karet yang
dihasilkan rendah yaitu sekitar 400-500 kghatahun. Petani juga dianjurkan untuk melakukan peremajaan pada saat harga pokok karet kering saat berada pada
harga yang rendah yaitu sekitar Rp 7.000,00kg, karena dinilai harga tersebut sudah tidak ekonomis lagi bagi petani.
Jenahar 2003 dalam penelitiannya tentang peremajaan optimum karet menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat menghambat dan
memengaruhi peremajan optimum dari karet. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor teknik, faktor ekonomi, dan faktor administrasi. Faktor teknik yang dapat
memengaruhi dan menghambat pelaksanaan yaitu dari adanya ketersediaan bibit yang terjamin mutunya untuk digunakan petani.
Faktor ekonomi yang dapat memengaruhi peremajaan optimum yaitu dari segi harga faktor produksi yang berfluktuasi. Harga yang berfluktuasi tersebut
mengakibatkan biaya yang akan dikeluarkan tidak dapat atau tidak sesuai dengan
13 yang sudah dianggarkan dan direncanakan. Ketidaksesuaian anggaran biaya yang
direncanakan dan dianggarkan dengan realisasi biaya yang dikeluarkan menjadi salah satu hal yang menghambat petani untuk melakukan peremajaan. Hal tersebut
dikarenakan petani dapat menjadi kekurangan modal akibat dari biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada biaya yang sudah diperhitungkan sebelumnya.
Faktor yang juga mampu memengaruhi dan menghambat peremajaan karet yaitu dari faktor administrasi. Faktor administrasi dapat menghambat dan
memengaruhi dari segi perencanaan dan evaluasi dalam melakukan peremajaan kare. karakteristik petani di Indonesia yang masih kurang dalam melakukan
pencatatan selama melakukan kegiatan usahatani mengakibatkan sulitnya mencari data serta informasi. Kurangnya data serta informasi yang terkumpul dalam
inventarisasi pekerjaan-pekerjaan yang lalu menjadi hambatan dalam melakukan perencanaan dan evaluasi peremajaan.
Sutarna 2000 dalam penelitiannya mengelompokkan faktor peremajaan optimal tanaman teh menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu
merupakan faktor yang terdapat di dalam perusahaan teh itu sendiri seperti faktor tenaga kerja dan faktor lainnya yang masih mampu dikendalikan oleh perusahaan
teh. Faktor eksternal yaitu merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan teh tersebut, seperti harga jual, perubahan nilai uang, iklim, serta
tingkat suku bunga pinjaman untuk investasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dari temuan studi-studi
yang telah dilakukan, peremajaan karet lebih dipengaruhi oleh dua kelompok besar yaitu faktor ekonomi dan teknik. Faktor teknik terkait dengan budidaya
seperti bibit, luas lahan, dan tenaga kerja. Sedangkan faktor ekonomi berhubungan dengan harga karet dan harga input karet serta perubahan atau flukuasi tingkat
suku bunga. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis faktor-faktor yang
memengaruhi keputusan petani untuk melakukan peremajaan karet pada perekebunan karet rakyat. Hanya saja, penelitian sebelumnya yang dilakukan
lebih banyak menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi penentuan optimum peremajaan karet. Penelitian yang dilakukan sebelumnya belum melihat kepada
keputusan petani dalam melakukan peremajaan. Penelitian yang dilakukan juga
14 lebih cenderung pada perusahaan perkebunan karet besar. Sehingga untuk melihat
faktor-faktor lain yang memengaruhi keputusan petani selain dari faktor teknis dan ekonomi, juga dilihat faktor dari karakteristik petani seperti usia, pendidikan,
pengalaman, keluarga petani dan pendapatan petani baik yang dari karet atau pendapatan lain di luar usahatani karet.
2.3. Peranan Tanaman Sela dan Tumpang Sari dalam Peremajaan