Tanaman Sela Gambaran Umum Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Banyuasin

54 pada pagi hari dikarenakan pada saat disadap pada waktu pagi getah yang dikeluarkan karet lebih banyak dibandingkan disadap pada waktu siang hari. Gambar 6. Pohon Karet yang Disadap dengan Sistem Suntik Petani di daerah penelitian melakukan penyadapan dengan mengandalkan pengalaman penyadapan petani dan tingkat produksi yang diinginkan. Penyadapan yang dilakukan hanya sekedar untuk menghasilkan getah tanpa terlalu memerhatikan keberlanjutan sehingga mengakibatkan pohon karet yang di sadap mengalami mati kulit sadap dalam waktu umur karet yang masih muda. Apabila terjadi hal seperti kematian kulit sadap pada batang karet maka petani akan mulai melakukan penyadapan pada cabang atau dahan pohon karet. Petani yang melakukan penyadapan dengan cara ini menggunakan sistem suntik dalam mengalirkan getah karet dari dahan menuju ke mangkok tempat penampungan getah seperti dapat dilihat pada gambar 6.

5.3.2. Tanaman Sela

Salah satu cara untuk mendapatkan pembiayaan pada saat peremaajan yaitu dengan menggunakan tanaman sela. Selain dapat membantu dalam pembiayaan, tanaman sela juga mampu mengurangi gangguan hama selama karet ditanam dan sebelum disadap. Manfaat lainnya yaitu karet juga dapat berkembang dengan lebih baik dibandingkan dengan tanaman karet yang tidak ditanami tanaman sela Rosyid 2007, Tsadihardja et al 1995. Tanaman sela juga dapat menambah penerimaan petani selama kebun karet belum bisa disadap atau menghasilkan. 55 Gambar 7. Persentase Petani yang Menanam Tanaman Sela Petani responden yang meremajakan juga menanam tanaman sela pada saat mereka meremajakan. Petani responden yang menanam tanaman sela yaitu sebanyak 6 petani atau sebesar 37,5 persen dari total petani responden yang meremajakan. Seperti pada gambar 7, dapat dilihat bahwa hampir setengah petani responden yang meremajakan tidak menanam tanaman sela pada saat peremajaan karet. Keputusan petani untuk menanam atau tidak menanam tanaman sela pada kebun karet mereka di duga karena dipengaruhi dari cara mereka melakukan peremajaan kebun karetnya. Tabel 17. Sebaran Responden Berdasarkan Cara Peremajaan yang Dilakukan Petani Karet No Cara Peremajaan n 1 Membersihkan lahan sendiri dan menanam sendiri 10 62,5 2 Membersihkan lahan sendiri dan ditanam oleh penyewa 6 37,5 3 Dibersihkan dan ditanam oleh penyewa lahan Total 16 100 Petani responden yang meremajakan dengan cara 1 yaitu membersihkan lahan kebun karet mereka sendiri dan akhirnya menanam karet sendiri yaitu sebanyak 62,5 persen dari total petani responden yang meremajakan. Kemudian diikuti dengan cara ke 2 yaitu membersihkan lahan sendiri dan untuk selanjutnya ditanami oleh penyewa lahan yang biasanya merupakan pembuat bibit karet. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 17, belum ditemukan petani responden yang melakukan cara ketiga yaitu lahan dibesrsihkan dan ditanami oleh penyewa lahan. 37 63 Tanaman sela menanam tidak menanam 56 Hal ini dapat dikarenakan belum ditemukannya petani yang melakukan cara ketiga pada daerah penelitian. Gambar 8. Kebun Karet yang Diremajakan dengan Cara 2 Dilihat dari cara peremajaan yang dilakukan, petani responden lebih memilih untuk membersihkan lahan sendiri dikarenakan petani bisa mendapatkan pendapatan tambahan dari hasil penjualan kayu karet tua dari kebun. Pendapatan yang diperoleh petani dari hasil penjualan kayu karet dapat digunakan untuk pemeliharaan kebun dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari petani pada saat TBM Boerhendhy dan Agustina 2006. Penjualan kayu karet yang dilakukan oleh petani didukung lokasi dari kebun karet yang bisa dilalui oleh angkutan alat transportasi untuk mengangkut kayu karet. Penjualan kayu karet dapat terhambat dikarenakan lokasi dari kebun karet yang tidak bisa dilalui oleh truk pengangkut atau alat transportasi pengangkut kayu karet Boerhendhy dan Agustina 2006; Boerhendhy, Nancy dan Gunawan 2003. Tabel 18. Sebaran Petani Responden yang Menanam Tanaman Sela Berdasarkan Cara Peremajaan yang Dilakukan Cara Peremajaan Menanam Tanaman Sela Ya Tidak Membersihkan lahan sendiri dan menanam sendiri 5 83,33 5 50,00 Membersihkan lahan sendiri dan ditanam oleh penyewa 1 16,67 5 50,00 Dibersihkan dan ditanam oleh penyewa lahan 0,00 0,00 Total 6 100,00 10 100,00 Penjualan kayu karet selain untuk menambah biaya pemeliharaan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga dapat sebagai tambahan biaya untuk 57 menanam tanaman sela pada saat kondisi TBM. Pada Tabel 18 dapat dilihat petani responden yang meremajakan dan menanam tanaman sela sebanyak 5 petani atau sebesar 83,33 persen melakukan peremajaan dengan cara 1. Hanya terdapat satu petani yang menanam tanaman sela dengan menggunakan cara 2. Petani yang menanam dengan cara 2, yaitu petani yang melakukan bagi hasil dari tanaman sela di kebun karet yang disewakan. Gambar 9. Kebun Karet dengan Tanaman Sela Bibit Karet Daerah penelitian merupakan salah satu tempat penghasil bibit karet yang ada di Kabupaten Banyuasin. Mayoritas penduduk pada daerah tersebut merupakan petani karet dan juga pembuat bibit karet. Faktor lokasi yang memang merupakan daerah pembuatan bibit karet menjadi salah satu alasan petani karet yang meremajakan menanam tanaman sela yaitu bibit karet pada saat karet berumur nol sampai tiga tahun. Petani karet yang tidak mempunyai biaya untuk meremajakan, cenderung meremajakan kebun dengan menyewakan kebun karet mereka yang sudah dibersihkan kepada penyewa lahan yaitu pembuat bibit karet. Penyewa lahan akan menjadikan lahan tersebut sebagai lahan entres untuk pembuatan bibit karet. Setelah umur kebun entres tersebut telah lebih dari umur tiga tahun setelah bibit ditanam, maka pada saat itu lahan akan kembali lagi ke pemilik lahan dengan lahan yang sudah ditanami bibit sisa dari kebun entres. Biasanya penyewa lahan tidak akan membayar biaya sewa lahan kepada pemilik lahan karet. Penyewa lahan hanya akan membuat kesepakatan dengan pemilik lahan dengan meminjam lahan selama lebih kurang tiga tahun. Setelah masa peminjaman berakhir, pemilik lahan akan memperoleh lahannya kembali dengan sudah ditanami bibit yang sudah berumur tiga tahun. Cara ini merupakan 58 cara peremajaan ke 2 yang dapat dilakukan petani karet. Dengan menggunakan cara ini, petani yang meremajakan tidak akan kesulitan dalam biaya membeli bibit dan perawatan selama karet berumur nol sampai tiga tahun. Hal ini dikarenakan biaya-biaya tersebut ditanggung oleh penyewa lahan. Cara ini dapat menguntungkan bagi kedua pihak, yaitu pihak penyewa lahan dan pemilik lahan. Pemilik lahan dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan selama kebun karet diremajakan. Sedangkan penyewa lahan yaitu pembuat bibit karet dapat memperoleh pendapatan dari hasil penjualan bibit karet tanpa harus membeli lahan lagi sebagai tempat penanaman kebun entres. Adanya sistem yang terjadi seperti ini dikarenakan semakin banyaknya pesanan bibit karet yang masih belum bisa dipenuhi. Sehingga pembuat bibit karet yang biasanya juga merupakan petani karet, berusaha agar lebih bisa memproduksi bibit lebih banyak lagi dari produksi sebelumnya. Hal ini juga yang dapat menjadi salah satu pendorong bagi petani di lokasi penelitian untuk membuat bibit karet sendiri. Hampir setiap rumah di lokasi penelitian yang memiliki lahan ataupun pekarangan depan atau belakang ditanami oleh bibit karet. Selain untuk memenuhi kebutuhan di lahan sendiri, petani yang membuat bibit sendiri yang digunakan sebagai tanaman sela atau tidak, biasanya juga digunakan untuk mendapatkan pendapatan tambahan dari hasil penjualan bibit karet. 59 VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT Peremajaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peremajaan karet yang dilakukan oleh petani karet di Kabupaten Banyuasin. Peremajaan yang dilakukan petani akan dianalisis sesuai dengan metode peremajaan optimum karet. Analisis peremajaan optimum yang dilakukan memerlukan penerimaan dari produksi karet dan pengeluaran berupa biaya yang dikeluarkan selama karet ditanam. Penerimaan dan pengeluaran berupa biaya digunakan sebagai perhitungan cashflow karet yang untuk selanjutnya dipakai dalam menentukan umur optimum peremajaan karet. Penerimaan dan biaya dijelaskan dalam sub bab tersendiri begitu juga dengan perhitungan penentuan umur optimum peremajaan karet.

6.1. Penerimaan Tanaman Karet