50 Tabel 16. Sebaran Responden Petani Karet Menurut Luas Lahan yang Diusahakan
dan Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga Tahun 2012 Kategori luas lahan
karet ha Meremajakan
Tidak meremajakan
Belum Meremajakan
rata-rata tanggungan
rata-rata tanggungan
rata-rata ranggungan
0.49 0.5-0.99
3,33 3,80
1.0-1.99 3,50
3,88 3,85
2.0-4.99 4,00
3,00 3,70
4.99 3,60
2,00 3,00
rata-rata 3,75
3,05 3,59
Pembulatan 4,00
3,00 4,00
5.3. Gambaran Umum Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Banyuasin
Gambaran umum perkebunan karet rakyat di Kabupaten Banyuasin akan dijelaskan dari sisi peremajaan dan tanaman sela yang dilakukan petani karet.
Penjelasan tersebut akan dibagi dalam sub bab yang menjelaskan tentang peremajaan karet dan tanaman sela. Berikut penjelasannya :
5.3.1. Peremajaan
Pembersihan Lahan Kegiatan pembersihan lahan merupakan kegiatan awal yang dilakukan apabila
ingin menanam karet atau meremajakan karet. Informasi pembersihan lahan karet yang dilakukan petani responden diperoleh berdasarkan hasil wawancara di lokasi
penelitian. Pembersihan lahan karet pada saat penanaman baru atau peremajaan tidak jauh berbeda. Perbedaan yang paling mendasar adalah ketika peremajaan,
petani harus melakukan pemupukan terlebih dahulu pada lahan bekas karet. Perbedaan lainnya yaitu berupa keuntungan bagi petani, yaitu petani dapat
memperoleh hasil sampingan lain dari kayu karet yang ditebang pada saat pembersihan lahan. Hasil dari penebangan kayu karet yang sudah tua dapat dijual
petani ke pabrik kayu dan ranting-ranting kayu karet dapat dijadikan kayu bakar dan juga dapat dijual juga ke pabrik batubata sebagai kayu bakar untuk membakar
batubata sepert yang dapat dilihat pada gambar 3 dan gambar 4. Setelah batang batang karet ditebang semua, petani melakukan pembersihan
sisa-sisa batang agar lahan bisa segera ditanami karet lagi. Pembersihan sisa-sisa batang dilakukan dengan cara mencangkul dan membakar sisa batang yang ada di
51 lahan. Pembersihan sisa batang dengan cara dibakar dapat lebih mempermudah
petani dalam melakukan pembersihan. Selain dapat lebih cepat, sisa-sisa pembakaran dapat menjadi pupuk sebagai bahan untuk menyuburkan tanaman.
Gambar 3 . Kayu Karet yang Dijual ke Pabrik Pembuatan Batubata
Cara pembersihan dengan cara membakar sudah mendapat larangan dari pemerintah setempat dikarenakan dapat menyebabkan polusi udara bagi
lingkungan sekitar. Pembersihan lahan dengan cara dibakar juga dikhawatirkan dapat menyebabkan kebakaran hutan karena petani cenderung hanya
meninggalkan kebun atau lahan mereka ketika pembakaran sedang berlangsung. Namun petani responden di lokasi penelitian tetap melakukan pembersihan
dengan cara membakar selain karena proses menjadi lebih cepat, biaya yang dikeluarkan pun bisa lebih murah. Hal ini dikarenakan petani tidak perlu
mengeluarkan biaya kerja tambahan ketika akan membersihkan kebun atau lahan karet.
Gambar 4
. Pengangkutan Kayu Karet ke Pabrik Kayu
52 Pembersihan lahan merupakan kegiatan atau tahap yang paling banyak
memakai jumlah tenaga kerja dibandingkan kegiatan lainnya pada tahun ke nol karet ditanam. Gambar 5 menjelaskan tentang penggunaan biaya tenaga kerja
pada tahun ke nol penanaman atau peremajaan karet. Penggunaan tenaga kerja lebih banyak pada saat pembersihan salah satunya dikarenakan pada saat
pembersihan, petani harus melakukannya dengan mencangkul lahan dan membakar sisanya agar lahan dapat ditanami bibit karet yang baru.
Gambar 5.
Proporsi Penggunaan Biaya Tenaga Kerja pada Tahun ke Nol Penanaman Karet
Penanaman Penanaman karet dilakukan setelah proses pengajiran dan pelobangan
selesai dilakukan. Proses pengajiran yaitu proses yang dilakukan sebelum pelobangan dengan tujuan untuk menentukan jarak antar lobang. Sedangkan
proses pelobangan yaitu proses pelobangan tanah untuk tempat menanam bibit karet. Penanaman yang dilakukan dimulai dengan memasukkan bibit karet yang
telah dilepas dari polybag ke dalam lubang yang sudah dibuat sebelumnya. Petani responden di daerah penelitian pada saat peremajaan menggunakan bibit PB 260.
Sedangkan untuk petani responden yang belum meremajakan masih menggunakan bibit GT 1.
Jarak tanaman yang digunakan petani di daerah penelitian yaitu rata-rata 5x3,3 m dalam artian di dalam 1 hektar lahan karet ditanami lebih kurang 600
batang. Penggunaan jarak tanam yang terlalu dekat dapat menjadi salah satu factor yang menyebabkan produktivitas dari karet menjadi rendah. Hal ini dikarenakan
pohon karet yang ditanam pada lahan terlalu banyak menyebabkan unsur hara yang ada di tanah tidak dapat terserap dengan baik oleh tanaman karet.
Penebangan HOK
23 Pembersihan
HOK 31
PengajiranPe lobangan
HOK 21
Penanaman HOK
16 pemupukan
HOK 6
pemeliharaan HOK
3
53 Pemupukan
Pemupukan karet dilakukan petani yaitu pada tahun ke nol sampai ke lima karet. Persentase biaya pemupukan yang dilakukan oleh petani semakin tahun
semakin menurun. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 19 pada Bab VII, persentase penggunaan pupuk cenderung menurun pada tahun-tahun terakhir
penyadapan karet. Hal ini menandakan pada umur karet yang sudah tua, petani cenderung tidak melakukan pemupukan lagi pada kebun karetnya. Pupuk yang
biasanya digunakan oleh petani yaitu pupuk urea, NPK, KCL, dan TSP. Hal lain yang dapat memengaruhi petani untuk tidak melakukan pemupukan yaitu karena
petani kesulitan untuk memperoleh pupuk sehingga penggunaan pupuk yang digunakan menjadi tidak optimal.
Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan pada saat karet berumur nol sampai lima
tahun yaitu berupa pemberian pestisida dan pemotongan ranting atau cabang karet. Pemeliharaan karet pada tahun ke 1 setelah penanaman karet yaitu berupa
pemotongan dahan atau ranting pada karet. Pemotongan dahan atau ranting dilakukan minimal satu bulan sekali sampai karet berumur lebih kurang 2 tahun.
Pemeliharaan lainnya yaitu berupa pengendalian hama dan penyakit pada karet. Pengendalian tersebut dapat dengan penyemprotan herbisida pada batang
karet. Penyemprotan herbisida biasanya dilakukan 2 kali dalam satu tahun. Petani lebih cenderung menggunakan herbisida dibandingkan pestisida dalam melakukan
penyemprotan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada karet. Namun pada tahun-tahun terakhir umur karet, petani cenderung tidak melakukan penyemprotan
herbisida. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, hal ini dikarenakan pohon karet sudah tua dan tidak akan mengalami perubahan apabila dilakukan atau tidak
dilakukan penyemprotan pada pohon karet. Penyadapan
Penyadapan mulai dilakukan pada saat umur karet melewati umur lima tahun atau memasuki tahun ke enam penanaman. Petani melakukan penyadapan
dengan menggunakan teknik penyadapan berdasarkan pengalaman petani. Kegiatan penyadapan yang sehari-harinya dilakukan petani biasanya dimulai pada
pagi hari dari pukul 06.00 sampai 09.00 WIB. Kegiatan penyadapan dilakukan
54 pada pagi hari dikarenakan pada saat disadap pada waktu pagi getah yang
dikeluarkan karet lebih banyak dibandingkan disadap pada waktu siang hari.
Gambar 6.
Pohon Karet yang Disadap dengan Sistem Suntik Petani di daerah penelitian melakukan penyadapan dengan mengandalkan
pengalaman penyadapan petani dan tingkat produksi yang diinginkan. Penyadapan yang dilakukan hanya sekedar untuk menghasilkan getah tanpa terlalu
memerhatikan keberlanjutan sehingga mengakibatkan pohon karet yang di sadap mengalami mati kulit sadap dalam waktu umur karet yang masih muda. Apabila
terjadi hal seperti kematian kulit sadap pada batang karet maka petani akan mulai melakukan penyadapan pada cabang atau dahan pohon karet. Petani yang
melakukan penyadapan dengan cara ini menggunakan sistem suntik dalam mengalirkan getah karet dari dahan menuju ke mangkok tempat penampungan
getah seperti dapat dilihat pada gambar 6.
5.3.2. Tanaman Sela