24 hidup yang banyak akan cenderung membuat petani untuk menunda untuk
melakukan peremajaan. 5.
Proporsi Penghasilan lain Proporsi penghasilan lain petani yaitu berupa persentase penghasilan lain
dalam pendapatan total yang dimiliki petani. Faktor ini memiliki hubungan dengan jumlah pendapatan yang diperoleh petani. Faktor ini ikut diperhitungkan
karena diduga memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan petani dalam melakukan peremajaan karet. Semakin tinggi atau besar proporsi penghasilan lain
dibandingkan dengan pendapatan karet dalam pendapatan total petani maka tingkat kesejahteraan petani akan semakin meningkat. Hal ini dapat menyebabkan
petani cenderung untuk melakukan peremajan pada kebun karet mereka. 6.
Luas lahan yang Dimiliki Luas lahan merupakan luas lahan total yang dimiliki dan dikelola oleh petani
petani karet responden. Luas lahan dapat menjadi salah satu tolok ukur dari ukuran usahatani. Semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin besar ukuran
usahatani yang dimiliki. Secara teoritis, luas lahan diduga akan memiliki pengaruh positif terhadap keputusan melakukan peremajaan. Soekartawi 2005
menjelaskan bahwa ukuran usahatani selalu memiliki hubungan yang positif dalam pengambilan keputusan petani untuk menerapkan teknologi baru. Hal ini
dilihat dalam hubungan pada keputusan petani untuk melakukan peremajaan yaitu dapat dikarenakan semakin luas lahan yang dimiliki petani, maka petani akan
semakin mudah untuk mengatur pola tanam karet. Luas lahan diduga juga salah satu faktor yang akan menentukan keputusan petani dalam melakukan
peremajaan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis umur optimum peremajaan karet di Kabupaten Banyuasin dan faktor-faktor yang memengaruhi
keputusan petani melakukan peremajaaan karet. Analisis ini diawali dengan pengidentifikasian terhadap perkebunan karet milik rakyat di Kabupaten
Banyuasin. Perkebunan karet rakyat dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang melakukan peremajaan dan yang tidak melakukan peremajaan. Identifikasi
25 perkebunan tersebut dilakukan dengan cara melihat daerah penelitian secara
langsung di Kabupaten Banyuasin. Kemudian dilanjutkan dengan memilih beberapa desa dan petani yang memiliki kebun karet yang sudah melakukan
peremajan dalam kurun 5 tahun terakhir dan petani yang memiliki kebun karet yang sudah tua dan rusak . Perkebunan karet milik rakyat yang tidak meremajakan
merupakan perkebunan peremajaan kebun karet yang umur karetya sudah mencapai atau melebihi umur optimum peremajaan karet.
Analisis peremajaan optimum yang dilakukan yaitu dengan menggunakan data yang diperoleh dari petani karet rakyat. Data yang digunakan dalam analisis
ini berupa faktor teknis dari petani karet yaitu berupa penerimaan tunai dari karet dan pengeluaran yang dilakukan berupa biaya-biaya yang digunakan selama
pengusahaan karet. Menurut Soekartawi et al, 1986, penerimaan tunai adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani sedangkan Pegeluaran
tunai usaha tani farm payment adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Penerimaan tunai karet diperoleh dari
hasil produksi getah karet yang dijual petani. Penerimaan dan pengeluaran diperlukan untuk menghitung cashflow karet. Hasil perhitungan cashflow
kemudian digunakan sebagai perhitungan dalam menentukan umur optimum peremjaan karet.
Analisis penentuan umur atau saat optimum peremajaan menggunakan metode Faris 1960. Terdapat tiga konsep peremajaan dalam metode Faris
1960. Namun konsep yang digunakan dalam metode tersebut yaitu hanya salah satu konsep dari ketiga konsep yang ada. Konsep yang digunakan adalah konsep
peremajaan optimum dengan adanya produksi jangka panjang yang diwujudkan dengan cara penjualan hasil sepanjang hidup asset. Maksud dari konsep ini yaitu
menjelaskan bahwa suatu usaha jangka panjang dimana penerimaan diperoleh dari hasil produksi sepanjang umur asset. Konsep ini biasanya digunakan untuk
menentukan umur optimum peremajaan pada tanaman perkebunan seperti kopi, karet, teh, kelapa sawit, dan kakao.
Prinsip peremajaan optimum pada konsep ini adalah penerimaan bersih net revenue tahunan merupakan tambahan penerimaan bersih marginal net
revenue , sehingga saat peremajaan optimum terjadi pada saat keuntungan bersih
26 per tahun sama dengan amortisasi dari nilai kini keuntungan selama masa
pengusahaan amortisasi of net revenue. Mengingat tanaman karet termasuk tanaman tahunan dan perkebunan yang memiliki silkus hidup yang cukup
panjang, maka konsep yang sesuai sebagai penentuan umur optimum peremajaan yaitu konsep ketiga.
Hasil analisis dari peremajaan optimum karet rakyat selanjutnya dianalisis secara deskriptif melalui hasil dari observasi lapang dan wawancara ke petani
karet.. Penggunaan data karakteristik kebun yang diperoleh juga digunakan untuk mengitung cash flow dan selanjutnya digunakan juga dalam perhitungan
penentuan saat atau umur optimum peremajaan karet. Hasil analisis ini berupa umur optimum dari peremajaan karet. umur optimum ini dgunakan sebagai umur
penentu atau pembatas bagi kelompok petani yang meremajakan, tidak meremajakan dan belum meremajakan. Namun yang digunakan dalam analisis
faktor-faktor penentu keputusan petani hanya menggunakan kelompok petani yang meremajakan dan tidak meremajakan.
Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani untuk melakukan peremajaan dilakukan dengan teknik wawancara, kuisioner, survey
langsung ke perkebunan karet milik rakyat di Kabupaten Banyuasin dan juga berdasarkan studi lietratur dari penelitian sebelumnya. Faktor-faktor yang
memengaruhi keputusan petani melakukan peremajaan dibagi menjadi dua yaitu faktor teknis yang diperoleh dari karakteristik kebun dan faktor sosial ekonomi
yang diperoleh dari karakteristik petani. Hasil wawancaara, kuesioner serta survey kemudian dilakukan analisis dalam bentuk tabulasi dan kuntifikasi. Selanjutnya
dilakukan perhitungan pendapatan petani karet yang diperoleh dari karakteristik kebun milik petani.
Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat memengaruhi petani dalam meremajakan kebun karet mereka. Faktor-faktor yang memengaruhi petani
melakukan peremajaan karet yaitu dibagi dalam dua kelompok yaitu faktor teknis dan faktor sosial ekonomi. Faktor teknis yang digunakan merupakan luas lahan
total yang dimiliki petani. sedangkan faktor sosial ekonomi yang digunakan yaitu usia petani, pendidikan, penghasilan utama petani, penghasilan lain yang dimiliki
petani serta jumlah tanggungan anggota keluarga. Analisis faktor-faktor dilakukan
27 dengan menggunakan regresi logistik binomial. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui dan menetukan faktor yang mampu meningkatkan atau menurunkan peluang petani untuk melakukan peremajaan karet. Pada analisis regresi logistik
binomial dilakukan pendugaan koefisien, pengujian signifikansi dan intepretasi variable bebas yang digunakan. Hasil analisis faktor-faktor dan peremajaan
optimum yang diperoleh dapat menjawab tujuan dari penelitian Secara singkat kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
28
Gambar 2
. Kerangka Pemikiran Operasional
Optimum Peremajaan PV.MNR=PV.ANR
Perkebunan Karet milik Rakyat
Peremajaan Karet Melakukan peremajaan
Tidak melakukan peremajaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan
peremajaan karet: 1. Usia
2. Pendidikan 3. Pengalaman
4. Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga
5. Proporsi Penghasilan Lain 6. Luas Lahan
Faktor Teknis
Faktor Sosial
ekonomi Faktor
Teknis Faktor
Sosial ekonomi
Saran Kesimpulan
29
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tiga Desa pada dua Kecamatan di Kabupaten Banyuasin. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive berdasarkan
pertimbangan bahwa Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Selatan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani
karet, khususnya karet rakyat. Dengan pengembangan komoditi utama adalah karet yang merupakan salah satu komoditas unggulan nasional menjadi hal yang
menarik untuk dijadikan tempat penelitian. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2012.
4.2. Pengumpulan Data