43 Tabel 6. Luas Perkebunan rakyat dan Jumlah Petani Menurut Jenis Komoditi
di Kabupaten Banyuasin Tahun 2009 Jenis
Komoditi Luas Kebun
Ha Persentase
Jumlah Petani KK
Persentase
Karet 88.875
60,2 37.481
48,6 Kelapa Sawit
12.848 8,7
11.602 15,0
Kelapa 45.932
31,1 28.007
37,4 Jumlah
147.655 100,0
77.090 100,0
Sumber : BPS Sumatera Selatan 2010
Komoditi perkebunan yang banyak diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Banyuasin yaitu karet, kelapa sawit, dan kelapa. Seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 6, luas lahan dan jumlah petani yang terlibat pada perkebunan karet yaitu paling tinggi dibandingkan kelapa sawit dan kelapa.
Persentase luas kebun karet yang diusahakan oleh petani rakyat sebesar 60,2 persen menandakan bahwa komoditi karet masih menjadi komoditi utama
perkebunan yang ditanam oleh masyarakat Kabupaten Banyuasin. Dapat dilihat juga pada Tabel 7, produksi komoditi perkebunan rakyat yang paling
banyak selama tahun 2009 yaitu produksi karet. Komoditi karet dan kelapa sawit merupakan komoditas ekspor yang harganya relatif stabil tinggi
sehingga kehidupan petani karet dan kelapa sawit lebih sejahtera dibandingkan dengan petani komoditi lain.
Tabel 7. Produksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Komoditi di Kabupaten Banyuasin Tahun 2009
No. Jenis Komoditi
Satuan Produksi
1 Karet
Ton 91.988
2 Kelapa Sawit
TBS 31.392
3 Kelapa
Ton 39.567
Sumber : BPS Sumatera Selatan 2010
5.2. Karakteristik Petani Responden
Petani responden dibagi menjadi tiga kelompok petani responden, yaitu kelompok yang meremajakan, tidak meremajakan dan yang belum meremajakan.
Kelompok responden yang meremajakan yaitu petani karet yang me;akukan
44 peremajaan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Kelompok responden yang tidak
meremajakan yaitu petani karet yang tidak melakukan peremajaan dan umur karet yang dimiliki sama atau melebihi umur peremajaan optimum. Sedangkan
kelompok responden yang belum meremajakan yaitu kelompok petani karet yang tidak melakukan peremajaan namun umur karet yang mereka miliki masih
dibawah umur peremajaan optimum karet. Umur peremajaan optimum yang diperoleh yaitu umur 23 tahun atau seperti pada penjelasan Bab VI.
Kategori usia petani yang dikelompokkan berdasarkan survey Tenaga Kerja Nasional Saskernas. Usia petani responden berkisar antara umur 25-80
tahun dengan rata-rata umur 45,34 tahun. Kelompok petani yang meremajakan paling banyak berada pada kelompok rentang umur 30-44 tahun yaitu sebanyak 75
persen. Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa kelompok petani yang meremajakan
lebih banyak pada usia yang produktif dibandingkan kelompok petani yang tidak meremajakan dan belum meremajakan. Dapat disimpulkan sementara berdasarkan
hasil Tabel 8 bahwa petani yang melakukan peremajaan cenderung dilakukan oleh petani yang masih muda dan berada pada usia produktif.
Tabel 8. Sebaran Responden Petani Karet Menurut Usia Tahun 2012 Kategori umur
Meremajakan Tidak meremajakan Belum Meremajakan
n n
n 10-29 tahun
1 6,25
3 8,11
30-44 tahun 12
75 2
11,76 14
37,84 45-59 tahun
3 18,75
12 70,59
14 37,84
60 tahun 3
17,65 6
16,22 Total
16 100
17 100
37 100
Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 9, petani responden yang berada pada rentang usia 45-59 tahun lebih banyak memiliki karet pada saat karet
berumur diatas 15 tahun. Hal ini dapat diduga karena petani mulai melakukan penanaman karet pada saat usia petani berkisar 20 sampai 30 tahun. Sehingga
pada umur karet mencapai 20 tahun atau lebih, petani sudah mencapai usia diatas 40 tahun. Hal inilah yang juga menyebabkan banyak petani yang sudah berumur
di atas 40 tahun memiliki kebun karet yang berumur di atas 20.
45 Tabel 9. Sebaran Usia Responden Petani Karet Berdasarkan Umur Karet Tahun
2012
Kategori umur
tahun Umur Karet tahun
0-5 6-10
11-15 16 - 20
21 - 31 10-29
1 5,2
2 25
1 4,8
30-44 15 79,0
6 54,5 2
25 1 12,5
5 23,8
45-59 3 15,8
4 36,4 2
25 4
50 12
57,1 60
1 9,1
2 25
3 37,5 3
14,3 Total
19 100
11 100
8 100
8 100
21 100
Tingkat pendidikan petani responden akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan. Tabel 10 menunjukkan sebaran
tingkat pendidikan petani responden. Sebanyak 50 persen petani meremajakan berada pada tingkat pendidikan SMAsederajat. Kemudian disusul dengan lulusan
tingkat pendidikan SDsederajat sebanyak 31,25 persen dari total petani responden meremajakan.
Tabel 10. Sebaran Responden Petani Karet Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012
Tingkat pendidikan Meremajakan
Tidak meremajakan
Belum Meremajakan n
n n
Tidak Tamat SD 3
8,11 SDSederajat
5 31,25
5 29,41
11 29,73
SMPSederajat 2
12,5 7
41,18 10
27,03 SMASederajat
8 50
4 23,53
11 29,73
Perguruan tinggi 1
6,25 1
5,88 2
5,41 Total
16 100
17 100
37 100
Sebaran pendidikan yang terjadi pada petani responden yang tidak meremajakan paling banyak berada pada tingkat pendidikan SMPsederajat yaitu
sebesar 41,18 persen dan pada tingkat pendidikan SDsederajat sebanyak 29,41 persen. Sebaran pendidikan formal pada kelompok petani tidak meremajakan
lebih beragam. Pendidikan formal petani responden meremajakan secara keseluruhan cukup tinggi, terlihat dari tidak adanya petani responden yang tidak
lulus SD dan lebih banyaknya petani responden pada tingkat pendidikan formal SMAsederajat. Hal itu dapat menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal
46 rata-rata petani meremajakan lebih tinggi dibandingkan dengan petani tidak
meremajakan dan belum meremajakan. Tabel 11 menjelaskan sebaran petani responden berdasarkan pengalaman
usahatani. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa pada kelompok petani responden meremajakan yang memiliki pengalaman usahatani pada rentang 5
sampai 10 tahun lebih banyak melakukan peremajaan pada kebun karet mereka. Sedangkan pada petani responden yang tidak meremajakan, sebanyak 82,35
persen kelompok petani responden tersebut memiliki pengalaman usahatani karet lebih dari 15 tahun. Dapat juga disimpulkan berdasarkan Tabel 11, mayoritas
petani responden yang tidak meremajakan merupakan petani yang memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun. Hal ini dapat dikarenakan petani masih dapat
memperoleh pendapatan dari kebun karet mereka. Tabel 11. Sebaran Responden Petani Karet Menurut Pengalaman Usahatani
Tahun 2012 Pengalaman
Usahatani Meremajakan
Tidak meremajakan
Belum Meremajakan
n n
n 1-5 tahun
2 1,5
1 2,70
5.1-10 tahun 7
43,75 3
17,65 10
27,03 10.1-15 tahun
3 18,75
6 16,22
15.1 tahun 4
25 14
82,35 20
54,05 Total
16 100
17 100
37 100
Berdasarkan data dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada petani responden secara umum memiliki luas lahan kebun karet diatas 0,49 ha. Petani responden
meremajakan mayoritas memiliki luas lahan diatas 1 ha. Sebanyak 56,25 persen atau lebih dari setengah jumlah petani responden meremajakan memiiliki luas
lahan perkebunan karet dalam rentang luasan 2,00-4,99 ha. Petani responden yang tidak meremajakan paling banyak petani memiliki luas lahan pada rentang
luasan 1,00-1,99 ha yaitu sebanyak 47,06 persen dari total petani responden yang tidak meremajakan.
Sebaran petani responden meremajakan berdasarkan luas lahan karet yang dimiliki tidak terlalu beragam seperti petani responden yang tidak meremajakan.
Hal ini terlihat dari rentang luas lahan yang dimiliki petani responden meremajakn hanya berada pada rentang luas lahan diatas dari 2 ha. Namun secara keseluruhan,
47 rata-rata luasan lahan yang dimiliki petani responden meremajakan yaitu 3,35 ha.
Sedangkan rata-rata luas lahan petani responden yang tidak meremajakan adalah 1,59 ha dan kelompok petani yang belum meremajakan yaitu 2,18 ha. Dapat
disimpulkan bahwa rata-rata luasan lahan yang dimiliki petani responden meremajakan lebih tinggi dibandingkan dengan petani responden yang tidak
meremajakan dan belum meremajakan. Tabel 12. Sebaran Responden Petani Karet Menurut Luas Lahan yang Diusahakan
Tahun 2012 Kategori luas lahan
karet ha Meremajakan
Tidak meremajakan
Belum Meremajakan
n n
n 0.49
0.5-0.99 3
17,65 5
13,51 1.0-1.99
2 12,50
8 47,06
13 35,14
2.0-4.99 9
56,25 5
29,41 17
45,95 4.99
5 31,25
1 5,88
2 5,41
Total 16
100 17
100 37
100 Petani responden memiliki pendapatan di luar usahatani karet yang cukup
beragam. Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa distribusi pendapatan luar usahatani karet petani meremajakan dan petani yang tidak meremajakan menyebar cukup
seragam. Pada petani responden meremajakan, persentase pendapatan tertinggi berada pada rentang nilai 500.000-1.500.000 rupiah per bulan yaitu sebesar 50
persen. Sedangkan pada petani responden yang tidak meremajakan, persentase pendapatan tertinggi berada pada rentang nilai kurang dari 500.000 rupiah per
bulan dan 500.000-1.000.000 rupiah per bulan yaitu sebesar 41,18 persen. Sebanyak 35 persen jumlah petani responden yang tidak meremajakan
tidak memiliki pendapatan di luar usahatani karet. Hal ini menandakan bahwa pada petani responden yang tidak meremajakan lebih mengutamakan pendapatan
dari karet dibandingkan dengan pendapatan di luar karet. Rata-rata jumlah pendapatan di luar usahatani karet pada kelompok meremajakan, tidak
meremajakan dan yang belum meremajakan hampir sama, yaitu sekitar 2,4 juta rupiah per bulan. Hal ini juga dapat terlihat dari sumber penghasilan utama yang
diperoleh petani responden meremajakan, tidak meremajakan dan yang belum meremajakan.
48 Tabel 13. Sebaran Responden Petani Karet Berdasarkan Pendapatan Luar
Usahatani per Bulan Tahun 2012 Pendapatan Per bulan
diluar usahatani karet Rp
Meremajakan Tidak
meremajakan Belum
Meremajakan n
n n
2 12,50
6 35,29
12 32,43
1 – 499.999
1 5,88
5 13,51
500.000-1.500.000 8
50 7
41,18 10
27,03 1.500.001-2.500.000
1 6,25
0,00 3
8,11 2.500.001-5.000.000
4 25
1 5,88
5 13,51
5.000.000 1
6,25 2
11,76 2
5,41 Total
16 100
17 100
37 100
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa secara umum petani responden menjadikan usahatani karet sebagai penghasilan utama mereka. Sebanyak 75
persen petani responden meremajakan menjadikan usahatani karet sebagai penghasilan utama. Sedangkan pada petani responden yang tidak meremajakan,
sebanyak 100 persen petani atau seluruh petani responden yang tidak meremajakan menjadikan usahatani karet sebagai penghasilan utama mereka.
Tabel 14. Sebaran Responden Petani Karet Berdasarkan Status Usahatani Tahun 2012
Status Usahatani Karet
Meremajakan Tidak
meremajakan Belum
Meremajakan n
n n
Penghasilan Utama 12
75 17
100 35
94,59 Penghasilan
Sampingan 4
25 2
5,41 Total
16 100
17 100
37 100.00
Begitu juga dengan petani responden yang belum meremajakan, sebanyak 94,59 persen petani responden menjadikan usahatani karet sebagai penghasilan
utama mereka. Dapat disimpulkan bahwa usahatani karet masih dijadikan sebagai mata pencaharian utama petani responden pada daerah penelitian. Diduga bahwa
petani responden yang tidak meremajakan lebih mengandalkan karet sebagai penghasilan mereka, sehingga apabila kebun mereka akan diremajakan, mereka
dapat kehilangan penghasilan utamanya.
49 Tabel 15. Sebaran Responden Petani Karet Berdasarkan Pendapatan Usahatani
Karet per Bulan Tahun 2012 Pendapatan Per bulan
usahatani karet Rp Meremajakan
Tidak meremajakan
Belum Meremajakan
n n
n 7
43,75 3
8,11 1 - 999.999
1 5,88
1000.000-3000.000 1
6,25 8
47,06 10
27,03 3000.001-6000.000
2 12,50
6 35,29
10 27,03
6.000.001-9.000.000 1
6,25 1
5,88 6
16,22 9.000.000
5 31,25
1 5,88
8 21,62
Total 16
100 17
100 37
100 Berdasarkan Tabel 15 diatas dapat dilihat bahwa pendapatan usahatani
karet pada kelompok petani responden yang tidak dan belum meremajakan berada pada rentang nilai pendapatan 1 juta sampai 6 juta rupiah per bulan. Rata-rata
pendapatan usahatani karet yang diterima oleh petani responden yang tidak meremajakan yaitu sebesar 4,5 juta rupiah setiap bulannya. Sedangkan untuk
petani yang belum meremajakan yaitu sebesar 6,6 juta rupiah perbulan. Pendapatan rata-rata yang diperoleh petani responden tidak meremajakan
dan belum meremajakan dari usahatani karet lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata pendapatan yang diperoleh petani responden di luar usahatani.
Hal ini menandakan bahwa petani responden masih mengandalkan karet sebagai penghasilan utama mereka. Selain itu juga, penerimaan dari usahatani karet masih
bisa memberikan hasil yang memuaskan bagi petani responden. Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat secara keseluruhan, jumlah rata-rata
tanggungan rumah tangga petani responden sama, yaitu sekitar 3 sampai 4 tanggungan untuk setiap rumah tangga. Namun untuk petani responden yang tidak
meremajakan, dapat terlihat semakin tinggi luas lahan yang dimiliki maka akan semakin rendah jumlah tanggungan dari petani responden.
50 Tabel 16. Sebaran Responden Petani Karet Menurut Luas Lahan yang Diusahakan
dan Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga Tahun 2012 Kategori luas lahan
karet ha Meremajakan
Tidak meremajakan
Belum Meremajakan
rata-rata tanggungan
rata-rata tanggungan
rata-rata ranggungan
0.49 0.5-0.99
3,33 3,80
1.0-1.99 3,50
3,88 3,85
2.0-4.99 4,00
3,00 3,70
4.99 3,60
2,00 3,00
rata-rata 3,75
3,05 3,59
Pembulatan 4,00
3,00 4,00
5.3. Gambaran Umum Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Banyuasin