59
VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT
Peremajaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peremajaan karet yang dilakukan oleh petani karet di Kabupaten Banyuasin. Peremajaan yang
dilakukan petani akan dianalisis sesuai dengan metode peremajaan optimum karet. Analisis peremajaan optimum yang dilakukan memerlukan penerimaan dari
produksi karet dan pengeluaran berupa biaya yang dikeluarkan selama karet ditanam. Penerimaan dan pengeluaran berupa biaya digunakan sebagai
perhitungan cashflow karet yang untuk selanjutnya dipakai dalam menentukan umur optimum peremajaan karet. Penerimaan dan biaya dijelaskan dalam sub bab
tersendiri begitu juga dengan perhitungan penentuan umur optimum peremajaan karet.
6.1. Penerimaan Tanaman Karet
Penerimaan berupa pendapatan petani yang diterima dari tanaman karet didapatkan dari hasil penjualan getah karet. Hasil produksi getah karet setiap
tahunnya berbeda-beda. Lampiran 1 menjelaskan tentang produktivitas getah karet rata-rata petani yang ada di lokasi penelitian berdasarkan tahun tanam. Hasil
produksi getah karet didapatkan dari hasil produksi getah karet dalam kurun waktu penyadapan dua minggu oleh petani. Hasil penyadapan dua minggu
kemudian diakumulasikan menjadi produksi getah karet dalam satu bulan dan untuk selanjutnya menjadi produksi karet dalam waktu satu tahun.
Penerimaan hasil getah karet untuk setiap umur tanaman karet diperoleh dari produksi getah karet dikalikan dengan harga jual getah karet untuk pembelian
dua kali dalam satu bulan atau dua mingguan. Harga yang digunakan yaitu sebesar Rp 12.500,00 per kilogram. Harga tersebut merupakan harga jual karet
rata-rata dalam waktu dua mingguan. Produksi getah karet selama periode umur penanaman karet, dimulai pada tahun ke enam. Sehingga pada lima tahun
pertama dan ke nol dari umur penanaman karet, tanaman karet belum bisa disadap dan dapat dihitung sebagai periode investasi.
Pada Tabel 19 dapat dilihat penerimaan rata-rata petani dari hasil penjualan karet per bulan. Penerimaan karet yang paling tinggi berada pada saat
umur karet sekitar 13 sampai 15 tahun. Hal ini tentu saja dipengaruhi dari hasil
60 produksi karet pada tahun tersebut dimana hasil pada tahun itu merupakan hasil
produksi maksimal karet. Setelah tahun tersebut, penerimaan petani karet dari hasil produksi karet cenderung mengalami penurunan.
Tabel 19. Rata-rata Penerimaan Karet Per Hektar Tahun 2012 No
Umur Tanaman Tahun Penerimaan Rp Bulan
1 6
5.000.000 2
7 4.333.333
3 8
4.502.083 4
9 5.000.000
5 10
6.000.000 6
11 5.625.000
7 12
5.666.667 8
13 7.250.000
9 14
7.000.000 10
15 6.666.667
11 16
5.750.000 12
17 5.750.000
13 18
5.500.000 14
19 5.500.000
15 20
5.337.500 16
21 4.370.000
17 22
4.333.333 18
23 4.500.000
19 24
3.666.667 20
25 2.835.000
21 26
2.041.667 22
27 2.400.000
23 28
2.687.500 24
29 2.083.333
25 30
2.083.333 26
31 5.000.000
Penjualan getah karet yang dilakukan oleh petani berupa penjualan getah karet secara langsung ke pedagang perantara atau pengumpul. Berdasarkan Tabel
20 Dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar petani responden dengan persentase 76,67 persen melakukan penjualan getah karet mereka kepada
pedagang pengumpul tingkat desa. Hal ini terjadi dimungkinkan karena adanya kecenderungan pengumpul desa yang sudah biasa melakukan jual beli dengan
petani dan kemudian baru dilanjutkan kepada pengumpul tingkat kecamatan. Adanya petani yang melakukan penjualan kepada pengumpul tingkat kecamatan
61 dan langsung ke pabrik karet diduga karena petani tersebut berada pada lokasi
dekat dengan pabrik dan juga merupakan salah satu pedagang pengumpul dari salah satu desa.
Tabel 20. Saluran Penjualan Getah Karet Tahun 2012 Penjualan
Petani n
Pedagang pengumpul desa 46
76,67 Pedagang pengumpul Kecamatan
13 21,67
Langsung ke Pabrik Karet 1
1,67 Total
60 100
6.2. Biaya Tanaman Karet