Produk dan Invensi Pengembangan Produk Baru dan Inovasi

• Scientific discoveries • Applied knowledge • Recognized needs • Intelectual capital scientists and engineers • Market demand • Proliferation of application areas • Recognized needs • Opportunities for increased, profitability, quality, productivity • Entrepreneurs Gambar 2 Integrasi pendorong teknologi dan penarik pasar untuk stimulasi inovasi Khalil, 2000 Fuller 2005 mengklasifikasikan produk baru pangan kedalam 7 kelompok. Kelompok pertama adalah pengembangan lini line extension dari produk yang sudah ada. Kelompok kedua adalah produk yang sudah ada di posisikan kembali repositioned existing product . Kelompok ketiga adalah pembaharuan bentuk atau ukuran form. Kelompok berikutnya adalah reformulasi produk yang sudah ada. Pengemasan kembali re- packaging produk yang sudah ada. Kelompok produk inovasi dan kelompok produk kreatif. Di dalam pengembangan produk baru dikenal beberapa tahapan dari penggalian ide hingga peluncuran produk ke pasar. Khalil 2000 mendefinisikan tahapan-tahapan pengembangan produk baru mulai dari penciptaan ide hingga penjualan atau di daur ulang lagi. Sedangkan Kotler dan Armstrong 2008 mengembangkan konsep proses pengembangan produk baru dari penciptaan ide hingga komersialisasi. Dieter 1993 diacu dalam Dharmawan 2007 mengembangkan konsep daur hidup dengan membagi dua bagian besar yaitu fase pra pemasaran dan fase pemasaran. Fase pra-pemasaran dimulai dari pembangkitan gagasan. hingga produksi komersial. Perbandingan konsep tahapan produk baru dapat dilihat pada Tabel 3. Opportunities for Technology Push Opportunities for Market Pull Innovation Tabel 3 Perbandingan tahapan pengembangan produk baru Tahapan Produk Baru Technologi Life Cycle Khalil 2000 Tahapan Pengembangan Produk Baru Kotler dan Armstrong, 2008 Daur Hidup Suatu Produk Dieter 1993 diacu dalam Dharmawan, 2007 1. Penciptaan ide dan definisi konsep 2. Analisis pasar 3. Analisis teknikal 4. Perencanaan bisnis 5. Pengembangan dan tes produk 6. komersialisasi 7. Disingkirkan atau di recycle 1. Penciptaan ide 2. Penyaringan ide 3. Pengembangan dan pengujian konsep 4. Pengembangan strategi pemasaran 5. Analisis bisnis 6. Pengembangan produk 7. Uji pemasaran Komersialisasi Fase pra pemasaran litbang dan pengkajian pasar 1. Pembangkitan gagasan 2. Evaluasi produk 3. Analisis kelayakan 4. Litbang teknik 5. Litbang produk pasar 6. Produksi awal 7. Pengujian pasar 8. Produksi komersial Fase pemasaran penjualan produk 9. Pengenalan produk 10. Pengembangan pasar 11. Pertumbuhan cepat 12. Pasar yang kompetitif 13. Pendewasaan 14. Penurunan 15. Pembuangan Dalam memasarkan produk baru perlu diperhatikan konsep daur hidup pengembangan produk baru sehingga bisa diperkirakan nilai pasarnya. Crawford dan Benedetto 2008 mengaitkan tahapan dengan nilai pasar pengembangan produk baru Gambar 3. Fase-fase yang dilewati menunjukkan nilai pasar produk. Nilai pasarnya semakin tinggi bila produk sampai di luncurkan. opportunity concept Stated concept Tested Concept Full screened concept Protocol concept Prototype concept Batch concept Process concept Pilot concept Marketed concept Succesful concept Low Market value High Idea concept 100 Cl a ri ty Ph a s e 1 : Op p o rt u n it y id en ti fi c a ti o n P h as e 2 : C o nc e p t G e ne ra ti o n P h a s e 3: C o nc ep tP ro je ct Ev a lu a ti o n P h as e 4 : De v e lo p m e n t P h as e 5: La u n c h Gambar 3 Tahapan pengembangan produk baru dan nilai pasar Crawford dan Benedetto 2008

2.3 Strategi Komersialisasi

Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Di dalam perusahaan level strategi dapat dibagi ke dalam level korporat, unit bisnis dan fungsional Rangkuti, 2005. Dharmawan 2007 mengkategorikan strategi komersialisasi produk-produk invensi IPB ke dalam 6 kategori yaitu; 1 mengembangkan sendiri, 2 akuisisi, 3 joint venture, 4 lisensi 5, aliansi strategis, dan 6 penjualan. Sedangkan Dit.RKS IPB 2010a membagi kedalam 4 kategori yaitu 1 menciptakan usaha baru create new venture, 2 pemberian lisensi atau royalti, 3 penjualan paten, dan 4 joint venture. Megantz 2006 diacu dalam Dharmawan 2007 membagi strategi komersialiasi dalam matriks aset komplementar dan posisi teknologi Tabel 4. Tabel 4 Strategi komersialisasi Aset komplementer Lemah Kuat P o sisi teknologi Ku at Membutuhkan asset komplementer untuk : • Pengembangan • Aliansi strategis • Joint venture Atau license out Memproduksi hasil teknologi atau menjualnya Lem ah Jual atau melepaskan asset teknologi Membutuhkan teknologi untuk : • Pengembangan • Aliansi strategis • Joint venture Atau license in Sumber : Megantz 2006 diacu dalam Dharmawan 2007 Elaborasi definisi strategi komersialisasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi komersialisasi sebagai berikut : a. Menciptakan usaha baru Mengembangkan usaha baru baik oleh inventor atau tim dan mengakuisisi perusahaan dapat disebut sebagai menciptakan usaha baru atau kalau di universitas dikenal dengan istilah spin-off. Perusahaan Spin- off didefinisikan sebagai produksi produk atau jasa yang berasal dari penelitian di universitas. Dalam banyak kasus anggota fakultas yang terlibat penelitian akan menjalankan usaha dan mungkin meninggalkan universitas untuk menjalankannya perusahaan sebagai entrepreneur. Contoh perusahaan spin-off adalah Hewlett-Packard dari Stanford University dan Digital Equipment Corporation dari MIT Brett, et.al. 1991. Beberapa alasan meningkatnya aktivitas spin-off adalah promosi diversifikasi ekonomi, menciptakan lapangan kerja lokal, menarik dan meningkatkan kualitas fakultas, tanggung jawab sosial dalam mewujudkan idea ke dalam produk yang berguna dan menciptakan sumber pendapatan. b. Lisensi Lisensi dapat dilakukan oleh inventor pemegang paten kepada pihak lain untuk menjalankan usahanya. Lisensi biasanya dilakukan untuk teknologi canggih advance technology. Didalam bisnis makanan salah satu bentuknya adalah franchise. c. Penjualan Jual putus Penjualan dapat dilakukan untuk paket-paket teknologi. Beberapa perusahaan lebih menyukai sistem ini. Misalkan membeli atau memesan teknologi khusus kepada inventor. d. Joint Joint atau kerjasama dapat dilakukan dalam beberapa hal. Misalkan joint modal, joint perusahaan produksi, pemasaran atau pengembangan. Bentuk –bentuk kemitraan Taufiq, 2004 antara lain 1. kerjasama pengelolaan joint operation, 2. kerjasama patungan joint venture modal ventura, 3. Model alternatif misalnya bangun operasikan-serahkan BOT, bangun-miliki-sewakan, kontrak manajemen, kontrak pelayanan, pengaturan keuntungan bersama, kontrak sewa, konsesi kelonggaran. Didalam melakukan joint diperlukan persyaratan antara lain kebutuhan atau permintaan atas barang yang akan dimitrakan relatif tinggi, keberadaan desain teknis yang inovatif, keberadaan proposal pembiayaan program yang menarik, merupakan program yang strategis, program yang diusulkan terkait dengan strategi pembangunan sektoral guna meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, keberadaan persiapan teknis yang lengkap, dukungan analisis resiko dan sensitivitas dari