Pengembangan University Spin-off jangka menengah

memperbesar peluang komersialisasi. Selain menggunakan pendekatan entrepreneurial dan tradisional, IPB diharapkan mengembangk pendekatan institusional yang lebih progressif. Menurut McQueen dan Wallmark, 1991 manfaat spin-off bagi universitas adalah 1 menciptakan lingkungan yang menyenangkan ketika hasil praktik yang baru dan penting diujicobakan. Lingkungan ini dapat menarik minat mahasiswa dan staf, 2 berpengaruh positif terhadap penelitian dasar dan terapan, 3 berpengaruh dalam pendidikan terutama memperkenalkan aktivitas perusahaan secara realistis, 4 menyediakan peluang untuk mahasiswa menyelesaikan tugas akhir atau berpartisipasi dalam proyek pendidikan, 5 memperkuat posisi universitas dalam berinteraksi dengan pihak luar. Beberapa kerugian spin-off bagi universitas adalah 1 spin-off dipersepsikan sebagai ancaman kebebasan intelektual, 2 aktivitas spin-off yang berkembang menimbulkan isu-isu baru yang tidak diharapkan, 3 nilai-nilai dari universitas mungkin akan berubah. Manfaat bagi perusahaan spin-off adalah 1 lokasi dalam kampus merupakan“ soft start” part time, peralatan bisa disewa, 2 lokasi dalam kampus merupakan posisi rekruitmen yang disukai sebagai faktor sukses start up,3 sebagai second product memiliki back up dari grup penelitian yang lebih besar, 4 interaksi dengan rekan mendorong nilai produk yang lebih besar, 5 reputasi universitas menolong perusahaan disaat kredibilitas dan sumber finansial yang masih terbatas, 6 dukungan formal univesitas sangat membantu kesuksesan. Pengembangan university spin-off dapat dilakukan melalui usaha kecil dengan alasan 1 secara statistik usaha kecil dan menengah telah membuka peluang pekerjaan, 2 usaha kecil ini dapat mengartikulasikan kembali hubungan universitas dengan ekonomi nasional antara lain melalui kesempatan dan tantangan menjaga kualitas oleh fakultas, menyediakan praktik pengalaman kerja bagi fakultas dan mahasiswa, menyediakan kesempatan pelatihan bagi para pekerja perusahaan, 3 di beberapa negara seperti di Amerika, usaha kecil baru lebih sering dapat mengkonversi penelitian ke dalam produk atau jasa dibanding perusahaan besar yang sudah mapan dan dapat menghindari resiko internal perusahaan. Persaingan dari kompetitor bukan dari teknologi tetapi kecepatan dalam menggerakan temuan laboratorium ke produk dan melanjutkan kompetisi ke pasar, 4 Perusahaan besar akan mencari partner strategis dari perusahaan yang sedang tumbuh. Usaha baru dapat menargetkan pasar awal yang kecil dan mengambil resiko dengan produk baru yang kreatif. Perusahaan besar dapat menawarkan pemasaran yang massif, sumber-sumber finansial dan produksi skala besar. Strategi partnership usaha kecil dapat bersikap komplementer. Cantlon dan Koenig, 1991 dengan cara 1 mempromosikan dan memfasilitasi inovasi dan entrepreneurship dalam usaha kecil dan menengah, 2 mengorganisasikan pengetahuan spesial dan pakar dalam program asistensi yang disesuaikan untuk mendukung usaha tersebut. Wirausaha pada umumnya awalnya adalah usaha kecil dan mikro UKM. Pengembangan UKM di Indonesia akan lebih efektif menggunakan sistem klaster atau sentra Taufiq, 2004. Melalui sistem klaster, akses UKM terhadap sumberdaya fisik dan sumberdaya maya meningkat, kapasitas produksi, akses pasar dan efisiensi usaha juga meningkat sebagai dampak usaha yang saling bersinergi. Sistem klaster diperlukan untuk meningkatkan daya saing menghadapi usaha-usaha besar. Sentra dapat diartikan sebagai pusat aktivitas kegiatan usaha pada lokasi atau kawasan tertentu dimana terdapat pelaku usaha yang menggunakan bahan baku atau sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama atau sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sementara klaster dapat diartikan sebagai pusat kegiatan pelaku usaha pada sentra yang sudah berkembang, yang ditandai oleh tumbuhnya pengusaha-pengusaha yang lebih maju, berkembang spesialisasi proses produksi pada perusahaan-perusahaan dan kegiatan ekonominya saling terkait dan saling mendukung Taufiq, 2004.

4. Mendukung konsep technopolis jangka panjang

Lingkungan yang mendukung inovasi sangat penting. Konsep Technopolis menjadi alternatif penting seperti yang dilakukan di USA Silicon Valley, Austin, Phoenix, Malaysia Malaysia Multimedia Super Corridor, di Italia Selatan TCNO Tecnopolis Novus Ortus Brett et all 1991. Technopolis adalah kota berbasis teknologi atau komunitas yang mendukung technology driven. Contoh technopolis yang sudah maju mature adalah Silicon Valley California di dukung oleh Stanford University, technopolis yang sedang berkembang developing adalah Austin Texas didukung oleh University of Texas, dan technopolis yang baru emerging adalah Phoenix Arizona didukung oleh Arizona State University. Italia mengembangkan Tecnopolis Novus Ortus TCNO di luar kota yang didukung oleh Universty of Bari Brett et all.1991. Di dalam konsep technopolis, universitas menjadi pendukung utama. IPB diharapkan dapat mendukung konsep technopolis yang disesuaikan kompetensinya berbasis pertanian misalnya konsep park science, technopark, atau agroindustrial park. Diharapkan ada sinergistas antara akademisi, pelaku usaha, pemerintah dan komunitas dalam mengembangkan pertanian yang sukses, maju dan mandiri.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Hasil identifikasi kekuatan invensi adalah 1 jumlahnya cukup banyak, 2 kualitasnya kompetitif bahkan sebagian sudah dipatenkan, 3 umumnya berbasis sumber daya lokal, 4 penelitian dan pengembangan produknya dinamis, 5 didukung pakar yang kompeten di bidangnya 6 program promosi sistematis. Kelemahan invensi adalah 1 berorientasi produktechnology driven, 2 umumnya masih berskala laboratorium sehingga harus dikembangkan lebih lanjut,3 dana pengembangan skala scale up terbatas, 4 partnership kemitraan masih perlu ditingkatkan. Peluang terdiri dari 1 IPB memiliki lembagaunit kerja yang dapat memfasilitasi komersialisasi invensi, 2 adanya kebijakan ketahanan diversifikasi pangan, agroindustriagrobisnis, 3 kecenderungan gaya hidup sehat meningkatkan permintaan, 4 networking lembaga intermediasi BIC, RAMP, 5 peluang pendanaan start up. Identifikasi ancaman terdiri dari 1 kompetisi global produk-produk impor, 2 birokrasi, 3 perusahaan memiliki RD sendiri yang relatif tertutup, 4 kecenderungan hanya memasarkan produk yang sudah jadi tidak tertarik investasi cenderung trader daripada entrepreneur 2. Hasil elaborasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman memunculkan 5 lima strategi yaitu 1 pemetaan kebutuhan, tahapan dan prioritas strategi invensi, 2 penelitian pasar dan trend kebutuhan konsumen, 3 revitalisasi aktivitas inkubasi sebagai teaching industry dan pengembangan produk sampai layak komersial dan menyinergikan dengan program start up capital, 4 perlunya joint produksi, pemasaran dan finansial, 5 revitalisasi areabursa invensi. 3. Produk invensi makanan dan minuman di IPB dapat dikategorikan ke dalam tiga klaster yaitu klaster diversifikasi pangan, pemberian nilai tambah, dan pemanfaatan sumber daya lokal.