Gambar 7 Tahapan kesiapan invensi 2. Preferensi bentuk komersialisasi
Bentuk komersialisasi dipengaruhi oleh harapan inventor dan timnya. Prioritas bentuk komersialisasi didominasi oleh usaha baru diikuti
oleh joint, jual putus dan lisensi Gambar 8. Masing-masing bentuk memiliki keunggulan dan kelemahan. Kontrol inventor terhadap
sumberdaya usaha menentukan bentuk komersialisasi. Kontrol sumber daya dari semakin turun dari bentuk usaha baru, join, lisensi dan jual
putus.
Gambar 8 Preferensi inventor terhadap bentuk komersialisasi 3. Perkiraan kebutuhan kelayakan investasi
Perkiraan kebutuhan kelayakan investasi selain tanah dan bangunan menurut inventor didominasi oleh kategori usaha kecil dan menengah,
Gambar 9. Kelayakan investasi suatu invensi bisa lebih dari satu skala Secara teoritis semakin besar skala produksi semakin ekonomis. Di lain
sisi pasokan yang berlebihan dibanding permintaan akan membuat harga
2 13
2 10
4 1
2 4
6 8
10 12
14
27
5 3
4 5
10 15
20 25
30
Usaha baru
Joint Lisensi
Jual putus
produk turun. Pasokan yang berlebihan akan menjadi tidak ekonomis sehingga dibutuhkan pertimbangan keseimbangan aspek pasar dan aspek
produksi sehingga ditemukan perkiraan kelayakan investasi. Skala investasi dapat lebih dari satu tergantung jangkauan pasar yang
diharapkan. Hasil survey menunjukkan bahwa 60 produk invensi menurut inventor diperkirakan dapat dikembangkan dengan skala industri
rumah tangga dan industri kecil walaupun sebagian besar belum memiliki studi kelayakan usaha Tabel 11. Pengalaman empiris inventor ini perlu
diteliti lebih lanjut.
Gambar 9 Perkiraan kebutuhan kelayakan investasi Tabel 11 Pemetaan berdasarkan jenis industri dan kebutuhan investasi menurut
inventor
Jenis industri
Klaster industri rumah tanggamikro 50 juta
Klaster industri kecil 50juta -500 juta
Klaster industri menengah
500 juta – 10 milyar Klaster
industri besar 10 milyar
Industri Makanan
Fish snack Black forest rumput laut
Makanan talas cepat saji Saus tiram omega 3
Nugget kijing Olahan Jeruk Medan
Sweet potato flake Mie jagung
Puding rumput laut instan
Ikan asap duri lunak Suplemen beras pulen
Tropical fruit Olahan Jeruk Medan
Sweet potato flake Mie jagung
Wortel lembaran Suplemen beras
pulen Tropical fruit
Suplemen beras pulen
Industri Minuman
Soy fit Aneka Olahan Susu sapi
Minuman kacang hijau Sirup honey vinegar
Minuman saga telik Sari buah pala instan
Minuman antanan Es krim susu kedelai
Yogo Fit Coco Fit
Soy fit Aneka Olahan susu
sapi Minuman kacang hijau
Sirup honey vinegar Sari buah murbei
Minuman antanan Es krim susu kedelai
Yogo Fit Coco Fit
Manado latte Soyfit
Aneka Olahan susu sapi
Minuman kacang hijau
Sirup honey vinegar Starter yogurt
Industri penunjang
Pengawet kitosan Pengawet kitosan
Ekstrak vanili Ekstrak propolis
Mikroenkaspulat sawit merah
12 19
18
1 5
10 15
20
Mikro 50 juta Kecil Rp 50‐Rp
500 juta
Menengah Rp
500 juta ‐ Rp 10
Milyar Besar
Rp 10 M
4.3 Analisis Klaster Pemetaan
Strategi umum membuat klaster dapat dipertajam dengan membuat strategi tiap klaster. Hasil studi literatur dan diskusi dengan pakar, variabel
yang digunakan dalam analisis ini terdiri dari variabel pemasaran, produksi dan finansial yang terkait satu dengan yang lain. Variabel ini terdiri dari
ukuran pasar, perlindungan produk, pengembangan teknologi, ketersediaan bahan baku, dan kebutuhan investasi minimum.
Penentuan klaster
Pendekatan menggunakan analisis klaster hierarchical cluster analysis dengan metode within-group linkage menghasilkan beberapa
alternatif klaster Tabel 12 . Dari gambar dendogram dan tabel klaster dipilih pendekatan tiga klaster. Pendekatan 4 klaster menghasilkan tambahan satu
produk yang berbeda yaitu ekstraksi vanili, bila menggunakan pendekatan 2 klaster, maka klaster ketiga masuk pada klaster pertama. Mempertimbangkan
ada ciri khusus yang bisa dikembangkan maka pendekatan 3 klaster dianggap lebih baik dan lebih sesuai dengan dendogram. Dari data yang ada, variabel
yang dominan dipengaruhi oleh aspek pemasaran kecil dan sedang, aspek produksi entry barrier kecil, sedang dengan beberapa produk mempunyai
ciri spesifik domestik, dan aspek finansial mikro, kecil dan menengah. Perincian ketiga klaster tersebut adalah sebagai berikut:
Klaster 1 diversifikasi produk dengan ciri entry barrier rendah perlindungan produk, kebutuhan investasi, ukuran pasar kecil Rp 500
jutatahun, memiliki kapasitas untuk mengembangkan teknologi, bahan baku memadai. Contoh klaster ini adalah es krim susu kedelai, olahan jeruk medan,
yogo fit, coco fit, manado latte, soy fit, sweet potato, aneka olahan susu sapi, minuman sari kacang hijau, sirup honey vinegar, mie jagung, pengawet
kitosan, puding rumput laut, black forest rumput laut, ekstraksi vanili, suplemen beras, tropical fruit.
Klaster 2 pemberian nilai tambah dengan ciri entry barrier sedang perlindungan produk, kebutuhan investasi, ukuran pasar Rp 100 juta – Rp
2.5 Milyar jutatahun, kapasitas pengembangan terbatas. Contoh klaster ini adalah wortel lembaran, starter yogurt, bubuk cincau, ekstraksi propolis.
Klaster 3 pemanfatan sumber daya lokal dengan ciri entry barrier rendah perlindungan produk, kebutuhan investasi, ukuran pasar 100 juta
tahun, bahan baku terbatas. Contoh klaster ini adalah fish snack, ikan asap, makanan cepat saji dari talas, minuman saga telik, sari buah pala instan, saus
tiram kaya omega3, sari buah murbei, nugget kijing, minuman antanan, mikroenkapsulat sawit merah
Tabel 12 Alernatif 2, 3, dan 4 klaster
Case 4 Clusters
3 Clusters 2 Clusters
1:EsKriSsKdlai 1
1 1
2:OlhnJrkMdn 1
1 1
3:Yogo fit 1
1 1
4:Coco fit 1
1 1
5:Manado late 1
1 1
6:Soy fit 1
1 1
7:Sweet po 1
1 1
8:OlhnSsSapi 1
1 1
9:MinkcgHijau 1
1 1
10:SirupHonVin 1
1 1
11:Mie Jagu 1
1 1
12:Wortel L 2
2 2
13:PAwetkitosan 1
1 1
14:Fish snack 3
3 1
15:PdingInstnRL 1
1 1
16:BlackForstRL 1
1 1
17:IknAspDrLnk 3
3 1
18:MknCptSjTls 3
3 1
19:MnmnSagaTlk 3
3 1
20:SrbhPlInstn 3
3 1
21:EkstrakVanil 4
1 1
22:StarterYogur 2
2 2
23:SuplmnBrs 1
1 1
24:MkroenkpsSwt 3
3 1
25:SausTiram 3
3 1
26:BubkCinCau 1
1 1
27:SrbhMurbei 3
3 1
28:EkstrakPropl 2
2 2
29:Propolis 2
2 2
30:Nugget kijin 3
3 1
31:MinAntanan 3
3 1
32:Tropicalfrui 1
1 1