Mendukung konsep technopolis jangka panjang

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Hasil identifikasi kekuatan invensi adalah 1 jumlahnya cukup banyak, 2 kualitasnya kompetitif bahkan sebagian sudah dipatenkan, 3 umumnya berbasis sumber daya lokal, 4 penelitian dan pengembangan produknya dinamis, 5 didukung pakar yang kompeten di bidangnya 6 program promosi sistematis. Kelemahan invensi adalah 1 berorientasi produktechnology driven, 2 umumnya masih berskala laboratorium sehingga harus dikembangkan lebih lanjut,3 dana pengembangan skala scale up terbatas, 4 partnership kemitraan masih perlu ditingkatkan. Peluang terdiri dari 1 IPB memiliki lembagaunit kerja yang dapat memfasilitasi komersialisasi invensi, 2 adanya kebijakan ketahanan diversifikasi pangan, agroindustriagrobisnis, 3 kecenderungan gaya hidup sehat meningkatkan permintaan, 4 networking lembaga intermediasi BIC, RAMP, 5 peluang pendanaan start up. Identifikasi ancaman terdiri dari 1 kompetisi global produk-produk impor, 2 birokrasi, 3 perusahaan memiliki RD sendiri yang relatif tertutup, 4 kecenderungan hanya memasarkan produk yang sudah jadi tidak tertarik investasi cenderung trader daripada entrepreneur 2. Hasil elaborasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman memunculkan 5 lima strategi yaitu 1 pemetaan kebutuhan, tahapan dan prioritas strategi invensi, 2 penelitian pasar dan trend kebutuhan konsumen, 3 revitalisasi aktivitas inkubasi sebagai teaching industry dan pengembangan produk sampai layak komersial dan menyinergikan dengan program start up capital, 4 perlunya joint produksi, pemasaran dan finansial, 5 revitalisasi areabursa invensi. 3. Produk invensi makanan dan minuman di IPB dapat dikategorikan ke dalam tiga klaster yaitu klaster diversifikasi pangan, pemberian nilai tambah, dan pemanfaatan sumber daya lokal. 4. Tingkat kepentingan faktor ketiga klaster adalah pemasaran, SDM, finansial dan produksi. Pada klaster pemanfaatan sumber daya lokal, faktor produksi menjadi pertimbangan kedua terutama ketersediaan bahan baku. Aktor yang dianggap penting adalah pebisnis atau orang yang berjiwa bisnis atau menyiapkan wira usaha baru peran perguruan tinggi diharapkan lebih besar dalam mendorong komersialisasi melalui spin-off. Tujuan utama adalah peningkatan pendapatan. Prioritas strategi klaster diversifikasi pangan dan pemberian nilai tambah adalah joint dan prioritas strategi klaster pemanfaatn sumber daya lokal adalah lisensi. Joint dapat dilakukan apabila inventor dan perguruan tinggi meningkatkan posisi tawar. Posisi tawar ini dapat dilakukan dengan mengusahakan lembaga spin-off.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pengembangan spin-off tidak hanya menggunakan pendekatan entrepreneurial dan tradisional tetapi juga insitusional. Dari sisi kebijakan sudah mendukung adanya lembaga spin-off tetapi belum jelas sinergi dari sisi kelembagaan. Sehingga perlu di teliti lebih lanjut sinergi kelembagaan yang berwenang mengembangkan spin-off. 2. Perlu kajian lebih lanjut kebutuhan invensi dari perspektif bisnis. 3. Perlu studi kelayakan lebih lanjut pada produk yang dianggap sebagai prioritas unggulan. 4. Perlu tim penilai dan pengembangan komersialisasi yang melibatkan kompetensi lintas bidang.