Jalan Masuk Pestisida – 18.00 WIB.

mempergunakan pestisida organofosfat dilakukan setiap bulan sekali pemeriksaan kesehatan berkala.

2.1.4 Jalan Masuk Pestisida

Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit dermal, pernafasan inhalasi atau mulut oral. Pestisida akan segera diabsorpsi jika kontak melalui kulit atau mata. Absorpsi ini akan terus berlangsung selama pestisida masih ada pada kulit. Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan residu pestisida dan suatu bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah. Jika hal ini terjadi maka akan menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan ke dahi yang berkeringat atau daerah genital. Pada daerah ini kecepatan absorpsi sangat tinggi sehingga dapat lebih berbahaya dari pada tertelan. Paparan melalui oral dapat berakibat serius, luka berat atau bahkan kematian jika tertelan. Pestisida dapat tertelan karena kecelakaan, kelalaian atau dengan sengaja Raini,2007. 2.1.5 Pencampuran Pestisida 1. Pencampuran pestisida yang boleh dilakukan Pencampuran pestisida dalam aplikasinya boleh dilakukan apabila: a. Sasarannya berbeda. Misalnya, pada suatu pertanaman di saat bersamaan didapati penyakit dan hama. Tentu akan lebih rasional jika kita mencampur fungsidauntuk penyakit dengan insektisida untuk hama dalam sekali penyemprotan daripada mengaplikasikan fungsida dan insektisida sendiri – sendiri. Universitas Sumatera Utara b. Pestisida yang dicampurkan tidak menimbulkan efek buruk. Misalnya, tidak menggumpal dan tidak “membakar” tanaman. Karena banyaknya pestisida yang beredar saat ini, maka sangat sulit untuk membuat daftar pestisida yang dapat dicampur atau tidak dapat dicampur. Petani pengguna pestisida harus melakukan percobaan kecil terlebih dahulu sebelum suatu campuran aplikasi diaplikasikan secara luas. c. Pencampuran dilakukan untuk menimbulkan sinergisme atau memperkuat efikasi pestisida tersebut. Misalnya, insektisida A mempunyai efikasi 40 dan insektisida B mempunyai efikasi 30. Bila insektisida A + B dicampur dan efikasinya menjadi 90 , maka campuran ini disebut sinergist. Bila insektisida A dicampur dengan insektisida B, maka efikasinya hanya 70 . Campuran insektisida ini bukan suatu sinergisme, tetapi penjumlahan biasa. d. Pencampuran, khususnya pada fungisida atau herbisida, dapat dilakukan untuk memperluas spectrum pengendaliannya. e. Pencampuran juga boleh dilakukan bila bertujuan untuk memecahkan OPT yang sudah resisten atau untuk mencegahmenunda resistensi. 2. Pencampuran yang tidak dianjurkan Pencampuran pestisida dalam aplikasinya tidak dianjurkan apabila: a. Sasarannya sama. Bila untuk mengendalikan hama Spodoptera litura dapat digunakan insektisida A atau insektisida B, maka kita harus memilih salah satu, bukan mencampurnya. Universitas Sumatera Utara b. Bahan aktifnya sama. Bila fungisida A berbahan aktif x dan fungisida B mengandung bahan aktif x pula, maka tidak ada gunanya mencampur keduanya. c. Pencampuran itu menimbulkan efek buruk. Misalnya, fototoksik meracuni tanaman, antagonism efikasinya menurun, penggumpalan, dan sebagainya. d. Dikhawatirkan akan menimbulkan cross resistance resistensi silang. Jika hama disemprot dengan satu macam insektisida misalnya insektisida X terus menerus, maka lama kelamaan hama tersebut akan kebal terhadap insektisida X. Bila hama disemprot terus menerus dengan campuran insektisida X dan Y, maka lama kelamaan hama tersebut akan kebal terhadap insektisida X dan Y, dan mungkin juga terhadap insektisida lainnya. e. Pencampuran bertujuan untuk memperluas spektrum pengendalian tanpa mengetahui secara spesifik serangga hama yang hendak dikendalikan. f. Pencampuran membahayakan keselamatan kerja. Setiap pestisida memerlukan tindakan medis yang mungkin tidak sama bila terjadi keracunan.

2.1.6 Pertimbangan Cuaca dalam Penentuan Saat Aplikasi