2.1.7.3 Mencegah Keracunan
Tindakan pencegahan lebih penting daripada pengobatan. Untuk itu waspada dalam penyimpanan dan pembuangan sisa atau bekas kemasan pestisida adalah
tindakan yang paling tepat Wudianto, 1997.
1. Tempat menyimpan pestisida
Tempat penyimpanan bisa berupa almari atau peti khusus atau bisa juga ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak – anak atau hewan peliharaan.
Usahakan tempat pestisida mempunyai ventilasi yang cukup, tidak terkena matahari langsung, dan tidak terkena air hujan agar pestisida tidak rusak.
2. Mengelola wadah pestisida
Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang memuat label atau keterangan mengenai penggunaannya dan petunjuk keamanannya.
Wadah tidak bocor dan tertutup rapat. Bila kena uap air atau zat asam, pestisida bisa rusak dan tidak efektif lagi.
2.2. Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit tergolong tanaman kuat. Walaupun begitu tanaman ini juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang maupun yang
membahayakan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan insektisida atau serangga. Tetapi ada beberapa jenis hewan dari kelompok mamalia yang bisa
menyebabkan kerugian tidak sedikit pada perkebunan kelapa sawit. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
penyakit yang menyerang kelapa sawit, antara lain jamur, bakteri dan virus Satyawibawa dkk, 1992.
Tindakan pemberantasan pencegahan dari hama dan penyakit pada prinsipnya dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut.
1. Secara fisikmekanis Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain pengambilan pengumpulan
hama dan penyakit secara fisik mekanis, pembongkaran dan pembakaran tanaman yang terserang, pembersihan kebun, gropyokan, dan lain – lain.
2. Secara Biologis Dengan menggunakan binatang organisme lain sebagai musuhnya, yaitu:
- Parasit : makhluk hidup organisme yang hidupnya tergantung pada makhluk hidup organisme lain, seperti hama, serangga, binatang perusak, dan
- Predator : makhluk hidup organisme pemakan hama atau binatang lain yang merugikan.
3. Secara Khemis Usaha pemberantasan dengan menggunakan bahan kimia yang berupa
pestisida, antara lain fungisida, bakterisida, nematisida, akarisida, dan lain – lain.
2.3. Pemeriksaan Cholinesterase dalam Darah
Pemeriksaan cholinesterase digunakan untuk monitoring keracunan pestisida golongan organofosfat atau karbamat. Aktivitas cholinesterase adalah jumlah enzim
Universitas Sumatera Utara
cholinesterase aktif didalam plasma dan sel darah merah, yang dapat digunakan sebagai indikator keracunan pestisida organofosfat. Fungsi dari enzim Cholinesterase
adalah mengatur bekerjanya saraf. Bila enzim yang berada di dalam darah tersebut maka kerja sarafnya terganggu. Untuk dapat mengevaluasi dengan baik, nilai dasar
pasien sebelum paparan seharusnya telah diperiksa terlebih dahulu. Keadaan klinis yang dapat mengindikasi pemeriksaan yaitu paparan pestisida dengan gejala terutama
miosis, penglihatan kabur, kelemahan otot, twitching dan fasciculation, bradikardi, nausea, diare, mual banyak mengeluarkan air liur, berkeringat edem paru, aritmia dan
kejang. Pestisida golongan organosfosfat dan karbamat memiliki aktivitas antikolinesterase seperti halnya fisostigmin,neostigmin,piridostibmin,distimigmin,
ester asam fosfat, ester tiofosfat dan karbamat. Cara kerja semua jenis pestisida organofosfat sama yaitu menghambat penyaluran impula syaraf dengan cara mengikat
cholinesterase, sehingga tidak terjadi hidrolisis asetilkolin Asri,2009. Hambatan ini dapat terjadi beberapa jam sampai beberapa minggu tergantung
dari jenis anti cholinesterasenya. Hambatan oleh turunan karbamat hanya bekerja beberapa jam dan bersifat reversible. Hambatan yang bersifat reversibel dapat
disebabkan oleh turunan ester asam phosfat yang dapat merusak cholinesterase dan perbaikan baru timbul setelah tubuh mensistesis kembali cholinesterase Asri,2009.
Aktivitas cholinesterase dalam darah dari orang yang diuji dinyatakan sebagai suatu persentase dari aktivitas cholinesterase dalam darah normal. Berdasarkan pada
hasil pembacaan yang didapat, penentuan tingkat keracunan adalah sebagai berikut Depkes RI,1992:
Universitas Sumatera Utara
1. 75 - 100 dari normal Pada tahap ini tidak ada tindakan, tapi perlu diuji ulang dalam waktu dekat.
Kelompok ini termasuk dalam kategori normal. 2. 50 - 75 dari normal
Pada angka di atas telah terjadi keracunan, jika penderita ini lemah agar disarankan untuk istirahat tidak kontak dengan pestisida selama 2 minggu,
kemudian uji ulang sampai mencapai kesembuhan. Kelompok ini termasuk dalam kategori keracunan ringan.
3. 25 - 50 dari normal Over exposure yang sangat serius, ulangi pengujian. Jika benar istirahatkan
dari semua pekerjaan yang berkenan dengan pestisida. Kelompok ini termasuk dalam kategori keracunan sedang.
4. 0 - 25 dari normal Over exposure yang sangat serius dan berbahaya, perlu diuji ulang dan yang
bersangkutan harus diistirahatkan dari semua pekerjaan dan perlu segera dirujuk kepada pemeriksaan medis. Kelompok ini termasuk dalam kategori
keracunan berat. Klasifikasi tingkat keracunan berdasarkan persentase cholinesterase dalam
darah menurut Suma’mur 1987, antara lain sebagai berikut : 1. Aktivitas cholinesterase dalam darah antara 76 -100 belum dianggap suatu
keracunan sehingga tenaga kerja masih dapat terus bekerja dan dilakukan pemeriksaan ulangan di waktu yang dekat.
Universitas Sumatera Utara
2. Aktivitas cholinesterase dalam darah antara 51 – 75 kemungkinan ada keracunan sehingga tenaga kerja perlu melakukan pemeriksaan kesehatan
ulang dan bila telah dipastikan, maka tenaga kerja tersebut masih boleh bekerja selama dua minggu. Kemudian dilakukan pemeriksaan kesehatan
ulang. 3. Aktivitas cholinesterase dalam darah antara 26 – 50, dapat diartikan telah
terjadi keracunan yang gawat, jika diyakini tenaga kerja tersebut tidak boleh bekerja dengan pestisida dari golongan apapun juga. Tenaga kerja tersebut
harus mendapat pemeriksaan dan pengobatan dari dokter bila terlihat tanda - tanda ia sakit.
4. Aktivitas cholinesterase dalam darah pada kadar 0 – 25 , telah terjadi keracunan sangat gawat sehingga tenaga kerja tidak boleh bekerja dan harus
menjalani perawatan dan pengobatan dokter. Sedangkan berdasarkan prodia, Wanita tidak hamil, tidak minum obat
kontrasepsi, usia 16-40 tahun : 4.300-11.200 UL; Wanita hamil atau minum obat kontrasepsi, usia 18-40 tahun : 3.600-9.100 UL; Perempuan 40 tahun, laki-laki,
anak-anak : 5.300-12.900 UL 5.300-12.900 UL dianggap normal.
2.4. Perilaku