8. Mengendalikan atau mencegah binatang – binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi, dengan penggunaan
pada tanaman, air atau tanah. Menurut The United States Enviromental Pesticide Control Act, pestisida
adalah sebagai berikut Djojosumarto, 2003. 1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan,
mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang mengerat, nematode, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri,
atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang. 2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan
tanaman atau pengering tanaman.
2.1.2. Penggolongan Pestisida
2.1.2.1. Penggolongan Pestisida Berdasarkan Cara Pembuatannya
Berdasarkan cara pembuatannya, pestisida dapat digolongkan ke dalam pestisida yang langsung dibuat dari bahan – bahan secara alamiah akar tuba,
tembakau,bunga matahari dan pestisida sintetik golongan organofosfat, golongan
karbamat, organoklorin dan piretroid. 2.1.2.2. Penggolongan Pestisida Berdasarkan Tujuan Penggunaannya
Berdasarkan tujuan penggunaannya, pestisida dapat digolongkan ke dalam: a. Insektisida, digunakan untuk memberantas serangga.
b. Rodentisida, digunakan untuk memberantas binatang pengerat, terutama tikus.
Universitas Sumatera Utara
c. Herbisida, digunakan untuk memberantas semak – semak dan tanaman pengganggu.
d. Fungisida, digunakan untuk memberantas jamur. e. Bakterisida, digunakan untuk memberantas bakteri Sartono, 2002
2.1.2.3. Penggolongan Pestisida Berdasarkan Cara Kerjanya Penggolongan Pestisida berdasarkan cara kerja Djojosumarto, 2003 yaitu:
1. Insektisida Menurut “cara kerja” atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan,
insektisida secara kasar dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut: a. Insektisida Sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh organ – organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun. Selanjutnya, insektisida sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan
tanaman dan ditrasportasikan ke bagian – bagian tanaman lainnya, baik ke atas akropetal atau ke bawah basipetal, termasuk tunas yang baru tumbuh. Contoh
insektisida sistemik adalah furatiokarb, fosfamidon, isolan, karbofuran, dan monokrotofos.
b. Insektisida Nonsistemik Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan misalnya disemprotkan pada
tanaman sasarantidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar tanaman. Insektisida nonsistemik sering disebut insektisida kontak.
Namun, istilah itu sebenarnya kurang begitu tepat. Istilah kontak lebih tepat digunakan bagi cara kerja insektisida yang berhubungan dengan cara masuknya ke
Universitas Sumatera Utara
dalam tubuh serangga. Bagian terbesar insektisida yang dijual di pasaran Indonesia dewasa ini adalah insektisida nonsistemik. Contohnya, diosksikarb, diazinon,
diklorvos, profenofos, dan quinalfos. c. Insektisida Sistemik Lokal
Insektisida sistemik lokal adalah kelompok insektisida yang dapat diserap oleh jaringan tanaman umumnya daun, tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian
tanaman lainnya. Termasuk kategori ini adalah insektisida yang berdaya kerja translaminar atau insektisida yang mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan
tanaman. Beberapa contoh diantaranya adalah dimetan, furatiokarb, pyrolan, dan profenofos.
Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran dibedakan menjadi tiga kelompok insektisida sebagai berikut.
a. Racun Lambung Racun Perut, Stomach Poison Racun lambung Racun Perut, Stomach Poison adalah insektisida – insektisida
yang membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam organ pecernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya,
insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran mematikan misalnya ke susuna syaraf serangga. Oleh karena itu, serangga harus terlebih dahulu
memakan tanaman yang sudah disemprotkan dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk membunuhnya. Insektisida yang benar – benar murni racun perut tidak
terlalu banyak. Kebanyakan insektisida mempunyai efek ganda, yakni sebagai racun perut dan racun kontak, hanya ada perbedaan diantara keduanya.
Universitas Sumatera Utara
b. Racun Kontak Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat
kulit bersinggungan langsung. Serangga hama akan mati bila bersinggungan kontak langsung dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga
berperan sebagai racun perut. Beberapa insektisida yang kuat sifat racun kontaknya antara lain diklorfos dan pirimifos metal.
c. Racun Pernafasan Racun pernafasan adalah insektisida yang bekerja lewat saluran pernafasan.
Serangga hama akan mati apabila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun napas berupa gas, atau bila wujud asalnya padat atau cair, yang
segera berubah atau menghasilkan gas da diaplikasikan sebagai fumigansia, misalnya metil bromida, aluminium fosfida, dsb. Ada pula insektisida, baik racun kontak atau
racun perut, yang mempunyai efek sebagai fumigansia, misalnya diafentiuron. Menurut cara mengklasifikasikan mode of action insektisida, dibagi dalam
beberapa cara sebagai berikut: a. Racun Fisik Misalnya : Minyak Bumi dan Debu Inert
Racun fisik membunuh serangga dengan cara yang tidak khas. Misalnya minyak bumi dan debu inert dapat menutupi lubang –lubang pernapasan serangga,
sehingga serangga mati lemas karena kekurangan oksigen. Minyak bumi dapat menutupi permukaan air, sehingga jentik – jentik nyamuk tidak bisa mengambil udara
dan mati karena kekurangan oksigen. Debu yang higroskopis misalnya bubuk
Universitas Sumatera Utara
karbon dapat membunuh serangga karena debu yang menempel di kulit serangga menyerap cairan dari tubuh serangga secara berlebihan.
b. Racun Protoplasma c. Racun protoplasma adalah logam berat, asam, dan sebagainya.
d. Penghambat Metabolisme Insektisida penghambat metabolisme adalah sebagai berikut:
1. Racun pernapasan, misalnya HCN, H
2
S, rotenone, dan fumigansia lainnya. 2. Penghambat mixed function oxidase.
3. Penghambat metabolisme amina : klordimefon. 4. Penghambat sintesa khitin : lufenuron, dsb.
5. Peniru hormon : juvenile hormone, dsb. 6. Racun syaraf neurotoksin
7. Peniru Hormon Insektisida peniru hormon adalah metoprene.
8. Racun Perut Racun perut adalah Bacillus thuringiens.
Universitas Sumatera Utara
Adapun klasifikasi dari insektisida dapat diliat dari gambar 2.1:
Gambar 2.1 Cara Kerja Insektisida Djojosumarto, 2005
INSEKTISIDA Cara kerja gerakan
pada tanaman nonsistemik
sistemik
Cara masuk ke dalam tubuh
Sistemik lokal tranlaminar, penetrasi
Racun protoplasma
Penghambat metabolisme :
• Penghambat khitin
• Racun pernapasan
Racun fisik Racun perut
Racun pernafasan Racun perut
Racun kontak
Mode of action
Universitas Sumatera Utara
2. Fungisida Menurut cara kerjanya, didalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi
fungisida dibagi menjadi sebagai berikut Djojosumarto,2003: a. Fungisida Nonsistemik Fungisida Kontak, Fungisida Residual Proktektif
Fungisida nonsistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman. Fungisida hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman umumnya daun
tempat fungsida disemprotkan. Fungisida ini berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel di
permukaan daun tanaman. Contoh fungisida kontak adalah kaptan, maneb, zineb,mankozeb,zineb,ziram,kaptafol,dan probineb.
b. Fungisida Sistemik Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ – organ tanaman da ditranslokasikan
ke bagian tanaman lainnya lewat aliran cairan tanaman. Kebanyakan fungisida sistemik didistribusikan ke atas, yakni akar ke daun akropetal. Beberapa fungisida
sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari dalam ke akar basipetal. Contoh fungisida sistemik adalah benomil, difenokonazol, karbendazim, metalaksil,
propikonazol, dan triadimefon. c. Fungisida Sistemik Lokal
Fungisida sistemik lokal diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi tidak ditransformasikan ke bagian tanaman, contohnya simoksanil.
Fungisida mengendalikan atau mematikan cendawan dengan beberapa cara, antara lain dengan
merusak dinding sel, mengganggu pembelahan sel, mempengaruhi permeabilitas
Universitas Sumatera Utara
membrane sel, dan menghambat kerja enzim tertentu yang menghambat proses metabolisme cendawan.
Menurut banyaknya “lokasi” aktivitas fungisida dalam sistem biologi cendawan, fungisida dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:
a. Multisite Inhibitor Multisite inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat beberapa
proses metabolism cendawan. Sifatnya yang multisite inhibitor ini membuat fungisida tersebut tidak mudah atau kurang menimbulkan masalah resistensi cendawan. Contoh
multisite inhibitor adalah maneb, mankozeb,zineb,probineb, ziram, dan thiram. b. Monosite Inhibitor
Monosite inhibitor disebut juga sebagai site specific, yakni fungisida yang bekerja dengan menghambat sintesis protein atau hanya menghambat respirasi.
Sifatnya yang hanya bekerja di satu tempat ini, fungisida monosite inhibitor umumnya berspektrum sempit dan mudah menimbulkan resistensi. Contoh monosite
inhibitor adalah metalaksil, oksadisil, dan benalaksil.
Universitas Sumatera Utara
Adapun klasifikasi dari fungisida dapat diliat dari gambar 2.2:
Gambar 2.2 Klasifikasi Fungisida Djojosumarto, 2005
Fungisida
Nonsistemik kontak
Umumnya multisite
inhibitor, berspektrum luas
Aplikasi proktektif
sistemik
Umumnya monosite inhibitor, berspektrum
sempit
Sistemik lokal
Aplikasi proktektif,
kuratif, eradikatif
Merusak dinding sel
Mempengaruhi pembelahan
Mempengaruhi permeabilitas membran sel
Penghambat enzim
Universitas Sumatera Utara
3. Herbisida Herbisida adalah bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma
sementara atau seterusnya bila diperlakukan pada ukuran yang tepat. dengan kata lain jenis dan kadar racun bahan kimia suatu herbisida menentukan arti daripada herbisida
itu sendiri Moenandir, 1990. Racun tanaman atau herbisida adalah zat kimia yang dengan bersentuhan
dengan tanaman menyebabkan matinya tanaman yang bersangkutan. Zat kimia yang biasa dipergunakan sebagai racun tanaman ialah amonium sulfamat, dalapon, fenoksi
– asetat phenoxy – acetate dan derivatenya, derivat karbamat, dan lain – lain. Racun – racun tanaman tersebut daya racunnya rendah, sehingga tidak begitu menimbulkan
persoalan. Lain halnya racun tanaman seperti maleik hidrazid yang menimbulkan kerusakan kepada susunan saraf pusat, natrium klorat yang menyebabkan
methemoglobinemi dan depresi saraf pusat, pentaklorfenol yang merangsang metabolisme tubuh sehingga terjadi hipertemi suhu meninggi dan kerusakan sel
pada tempat terjadinya kontak, dan aminotriazol yang merupakan karsinogen pada hewan percobaan. Selain itu racun tanaman yang berbahaya tersebut mengakibatkan
dermatosis yang sangat berat Su’makmur,2009. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh
bagian dan jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya Sembodo, 2010.
Herbisida adalah pestisida yang paling banyak digunakan di Amerika dan menduduki urutan penggunaan nomor dua di Indonesia. Termasuk didalamnya
Universitas Sumatera Utara
berbagai jenis ikatan kimia, seperti karbamat, phenol, triazines, aniline, asam amino dan lain - lain Soemirat, 2003.
Karena herbisida bersifat efektif, selektif dan sistemik, maka dengan cepat petani menerimanya sebagai sarana pengendali gulma. Pada tahun 1940, industriawan
mulai tertarik melihat efektivitas dan potensi ekonomi penggunaan herbisida tersebut. Pada masa – masa selanjutnya, tahun 1940 sebagai tonggak perkembangan herbisida
modern, yaitu suatu herbisida yang aktif dalam jumlah sedikit sehingga memiliki potensi ekonomi yang baik Sembodo, 2010.
Dalam ilmu gulma, tumbuhan pengganggu sering dikelompokan menjadi beberapa kelompok sebagai berikutDjojosumarto, 2003.
1. Gulma dari kelompok rumput grasses, grass weeds, yakni semua gulma yang termasuk dalam familia Gramineae Poaceae. Contoh gulma kelompok rumput
adalah alang – alang Imperata cylindrica, rumput jajagoan tuton Echinochloa crusgali, E. colona, rumput paitan Paspalum conjugatum, dan rumput gerinting
Digitaria sp.. 2. Gulma dari kelompok teki sedges, yakni semua gulma yang termasuk ke dalam
familia teki – tekian Cyperaceae, misalnya teki Cyperus rotundus, Cyperus difformis, Cyperus iria, dan Scirpus juncoides.
3. Gulma berdaun lebar, yakni semua gulma yang tidak termasuk ke dalam kelompok rumput ataupun teki. Contohnya adalah Ageratum sp., Boereria sp.,
Monochoria sp., dan Eupatorium sp..
Universitas Sumatera Utara
4. Kecuali tiga kelompok diatas, sementara pakar gulma masih menambahkan satu kelompok gulma lagi, yakni kelompok pakis – pakisan fern.
Secara tradisional, herbisida dibagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut: 1. Herbisida yang aktif untuk mengedalikan gulma dati kelompok rumput, misalnya
alaktor, butaklor, dan ametrin. 2. Herbisida yang aktif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan pakis,
misalnya 2,4-D, MCPA. 3. Herbisida aktif untuk semua kelompok gulma yang disebut sebagai herbisida
nonselektif. Herbisida jenis ini mampu membunuh semua tumbuhan hijau termasuk tanaman pokok, misalnya glifosat,glufosinat, dan paraquat.
Menurut sasaran herbisida diaplikasikan, herbisida dibagi sebagai berikut: 1. Herbisida tanah soil acting herbicides, yakni herbisida yang aktif di tanah dan
bekerja dengan menghambat perkecambahan gulma. Contoh herbisida tanah adalah herbisida kelompok urea diuron, linuron, metabromuron, triazin
atrazin, ametrin, karbamat asulan, tiobenkarb, kloroasetanilida alaktor, butaklor,metolaktor,pretilaktor dan urasil bromasil. Soil acting herbicides
umumnya bersifat sistemik. 2. Herbisida yang aktif pada gulma yang sudah tumbuh. Herbisida jenis ini dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok sebagai berikut: a. Herbisida kontak, yakni herbisida yang membunuh jaringan gulma yang
terkena langsung oleh herbisida tersebut. Herbisida ini tidak ditranslokasikan di dalam jaringan gulma ke bagian jaringan lainnya. Herbisida ini hanya
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan bagian gulma yang berada diatas tanah. Contohnya adalah propanil, paraquat,dan diquat.
b. Herbisida yang ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma sistemik yang disebut pula sebagai translocated herbicides. Herbisida ini mampu
membunuh jaringan gulma yang ada di bawah tanah rimpang, umbi. Contoh herbisida ini adalah 2,4 – D, glifosat.
3. Di samping kedua kelompok utama herbsida diatas, masih ada pula herbisida tanah yang aktif terhadap gulma yang baru tumbuh, misalnya beberapa herbisida
dari kelompok urea dan triazin. Berdasarkan cara dan saat penggunaannya, herbisida dibagi menjadi sebagai
berikut Djojosumarto,2005: 1. Herbisida tanah soil acting herbicides diaplikasikan pada tanah sebelum gulma
tumbuh. Herbisida ini disebut pula sebagai herbisida pra tumbuh pre emergence herbicides.
2. Herbisida yang aktif pada gulma yang sudah tumbuh diaplikasikan laha yang sudah ada gulmanya. Herbisida ini disebut pula sebagai herbisida pasca tumbuh
post emergence herbicides. 3. Herbisida pasca tumbuh awal disebut pula sebagai early post emergence
herbicide. Berdasarkan efek biokimia, herbisida dibagi menjadi sebagai berikut
Djojosumarto, 2005:
Universitas Sumatera Utara
1. Herbisida yang mempengaruhi respirasi gulma: dinoseb nitrofenol, bromoksinil, dan toksinil hidroksibenzonitril.
2. Herbisida yang mempengaruhi proses fotosintesis gulma : a. Intervesi aliran elektron : bromoksinil hidroksibenzinitril, propanil
anilid, asulam, fenfedifam karbamat, ametrin, simazin, metribuzin, sianazin triazin, klorbromuron, diuron, dan linuronurea.
b. Penghambat sintesis karotenoid : kelompok aminotriazol. c. Akseptor elektron dalam fotosintesa.
3. Herbisida penghambat perkecambahan: a. Penghambat mikrotubula: trifuralin dinitroanilid, asulam, barban,
klorprofam karbamat. b. Penghambat perkecambahan yang mekanisme kerjanya belum jelas:
alaktor, butaklor, metoklor, dan propaklor kloroasetanilida. 4. Herbisida yang mempunyai efek terhadap sintesis asam amino, misalnya
glifosat organofosfat, klorsulfuron, sulfimeturon sulfonilurea, imazapir, dan imazaquin imidazolin.
5. Herbisida yang mempengaruhi metabolisme lipida : dalaponasam alifatik, molinat, dan tiobenkarb tiokarbamat.
6. Herbisida yang berkerja sebagai hormone, misalnya 2,4 –D, diklorprop, MCPA, MCPB asam ariloksialkanoik, dikamba, dan pikloram asam arilkarbolik.
Universitas Sumatera Utara
Adapun klasifikasi dari herbisida dapat dilihat dari gambar 2.3
Gambar 2.3 Klasifikasi Herbisida Djojosumarto, 2005 Herbisida
Gulma sasaran
Mode of action Bidang sasaran
Saat aplikasi Herbisida yang kuat terhadap
golongan rumput Herbisida yang kuat terhadap
gulma kelompok daun lebar Herbisida nonselektif
Herbisida tanah soil acting Herbisida yang aktif pada
gulma yang sudah tumbuh Herbisida kontak
Herbisida sistemik Pra tumbuh
Pasca tumbuh Early postemergence
Penghambat respirasi Penghambat fotosintesis
Penghambat perkecambahan
Penghambat sintesis asam amino
Bersifat hormon
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Aplikasi Pestisida