tenaga kerja serta keperluan jam kerja biasa maupun untuk jam kerja lembur. Selanjutnya rencana produksi tersebut dipergunakan untuk menetapkan keperluan
peralatan dan tingkat persediaan yang diharapkan. Dengan menyiapkan rencana produksi, kita harus memikirkan bahwa jika
ada permintaan yang harus dipenuhi, maka terdapat tiga macam sumber yang dapat dipergunakan yaitu :
1. Persediaan yang ada atau yang sedang dilakukan;
2. Persediaan yang ada atau yang masih digudang;
3. Produksi dan persediaan yang masih ada.
Nasution Arman Hakim, 1999
2.5.1. Jenis-Jenis Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu menjadi tiga jenis, antara lain :
1. Perencanaan produksi jangka panjang Lama perencanaan sekitar 2 sampai 10 tahun. Gunanya sebagai strategi
pengembangan. 2. Perencanaan produksi jangka menengah
Lama perencanaan sekitar 1-24 bulan. Gunanya untuk merencanakan kerja suatu perusahaan agar dengan kapasitas yang dimilikinya dapat memenuhi
permintaan yang berfluktuasi dengan biaya yang minimum. Perencanaan ini biasanya disebut “Agregat Production Planning”. Dengan memberikan jam kerja
normal, jam kerja lembur, penambahan shift mengurangi atau menambah karyawan, mengsubkontrakkan atau dengan mengadakan persediaan produk.
3. Perencanaan produksi jangka pendek
Lama perencanaan sekitar 1-30 hari. Perencanaan ini disebut dengan penjadwalan yang menghasilkan output kapan produk yang diproduksi dengan
mesin produk diproduksi dan oleh operator mana produk diproduksi. Nasution Arman Hakim, 1999.
2.5.2. Perencanaan Produksi Agregat
Perencanaan produksi agregat yaitu perencanaan produksi untuk jangka waktu antara 1-24 bulan, yaitu suatu perencanaan yang bertujuan untuk
menentukan alternatif-alternatif produksi yang harus digunakan pada setiap periode untuk memenuhi permintaan bulanan yang berfluktuasi dengan total biaya
produksi yang minimum. Secara umum, proses perencanaan produksi agregat dapat digambarkan sebagai berikut :
Kebutuhan Gudang Peramalan Kebutuhan Komponen
dan pemeliharaan Penyesuaian
Persediaan Pesanan-pesanan
Estimasi Permintaan
Perencanaan Produksi Agregat
MPS RCCP
Gambar 2.7
Proses Perencanaan dan Penjadwalan Produksi Nasution Arman Hakim, 1999.
Keterangan gambar : Perencanaan Produksi Agregat
Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai input utamanya. Selain peramalan, input-input untuk permintaan
produk tersebut harus memasukkan pesanan-pesanan actual yang telah dijanjikan, kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan sebagaimana
yang ditentukan dalam perencanaan strategi bisnis. Peramalan biasanya dibuat untuk kelompok-kelompok produk secara kasar tanpa memperhitungkan
perbedaan spesifikasi produk, khususnya selama periode yang panjang. Perencanaan agregat kemudian dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan
produksi bulanan atau triwulanan bagi kelompok produk sebagaimana diperkirakan dalam peramalan permintaan, setelah perancanaan agregat dibuat
maka hasilnya akan disagregasikan kedalam kebutuhan berdasarkan tahapan waktu untuk masing-masing jenis produk. Perencanaan ini disebut Jadwal Induk
Produksi Master Production Schedule, MPS. MPS menunjukkan kebutuhan selama periode waktu 6 sampai 12 bulan. MPS bukan suatu permalan tetapi
merupakan jadwal yang berisikan informasi “kapan” produksi diselesaikan. Perencanaan kapasitas kasar Rought Cut Capacity Planning, RCCP kemudian
dibuat untuk menganalisis kemampuan dari kapasitas pabrik pada titik-titik kristis dari proses produksi berdasarkan MPS yang telah dibuat. RCCP akan
menetukan kelayakan dari MPS yang dibuat. Penyesuaian MPS akan dilakukan berdasarkan hasil dari analisa RCCP dan perencanaan RCCP umunya mencakup
periode 3 bulanan . Sedangkan perencanaan produksi yaitu bagaimana mengelola data yang
ada, mulai dari meramal permintaan konsumen, menentukan kapasitas dan
fasilitas produksi yang digunakan dan terakhir mengalokasikan permintaan yang ada pada alternatif produksi yang dapat digunakan. Pembuatan rencana produksi
agregat dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
PERIODIK
REGULER
Gambar 2.8 PHASE 1
Peramalan PermintaanAgregat
PHASE 2 Smooth Out
Utilitas Kapasitas PHASE 3
Penentuan Alternatif Produksi yang layak
PHASE 4 Alokasi Permintaan
Pada Periode Produksi
Time Series With Seasionals
Moving Average
Exponential Smoothing
Yang lain Produk
Komplemente
Harga
Waktu Pengiriman Yang Fleksibel
Promosi Penetapan
Tenaga Kerja : -
Overtime - Undertime
Variabel tenaga kerja :
- Penyewaan
- Pemberhentian
Inventory Backorder
Subkontrak Biaya Linier
Trial Error
Linier Programming :
- Transportasi
- Simplex
Biaya Non Linier
Linier Decision Rule
Yang lain Heuristic dan
Penentuan Model cocok
untuk semua tipe biaya
Prosedur Perencanaan Produksi Agregat Sumber : Nasution Arman Hakim, 1999.
Keterangan gambar :
Fase 1 : Persiapan Peramalan Agregat. Peramalan permintaan agregat
mencakup berupa permintaan yang diperkirakan pada tiap-tiap periode selama horison perencanaan dalam satuan unit yang sama untuk semua jenis item
produk yang dihasilkan. Peramalan dapat menggunakan analisis deret waktu, rata-rata bergerak, dan lin-lain.
Fase 2 : Mengkhususkan Kebijakan Organisasi untuk melencarkan
penggunaan kapasitas. Pada fase ini, maajemen mencoba mengidentifikasi
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dapat melancarkan perkiraan permintaan agregat yang telah diramalkan pada fase sebalumnya. Kebijakan ini akan
melibatkan kerjasama devisi marketing dengan produksi, dimana kebijaksanaan umum yang biasa diambil adalah :
- Memperkenalkan produk pelengkap pada saat permintaan tahunan produk menurun utama menurun.
- Memberikan diskon harga pada saat yang sibuk, misalnya tarif pulsa telpon pada malam hari lebih murah 75 disbanding jam sibuk.
- Meningkatkan kegiatan promosi untuk mempengaruhi konsumen dll.
Fase 3 : Menentukan Alternatif Produksi yang Layak. Ada 2 alternatif :
1. Merubah tingkat produksi dengan tenaga kerja yang sama, dengan melemburkan karyawan yang ada pada saat permintaan tinggi, dan
mengalokasikan karyawan ke pekerjaan non produksi pada saat permintaan turun.
2. Merubah tingkat produksi dengan menambah jumlah tenaga kerja, dengan merekrut tenaga kerja baru pada saat permintaan tinggi dan memperhentikan
tenaga kerja pada saat permintaan menurun.
Fase 4 : Menentukan Strategi Produksi yang Optimal. Setelah alternatif
produksi yang layak dipilih dan dihitung perkiraan ongkosnya, kemudian menentukan strategi produksi yang optimal. Langkah ini melibatkan
pengalokasian peramalan permintaan dengan menggunakan alternatif- alternatif dalam setiap perioe yang meminimasi ongkos total untuk
keseluruhan horison perencanaan
2.5.3. Jadwal Induk Produksi