2.1.7. Faktor Kelonggaran
Allowance
Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa operator yang berkualifikasi baik akan bekerja
menyelesaikan pekerjaan pada kecepatantempo kerja yang normal. Waktu normal untuk suatu operator menggambarkan lamanya waktu yang diperlukan
oleh operator rata-rata bila bekerja pada langkah normal dan tanpa menghiraukan suatu waktu tambahan untuk kebutuhan-kebutuhan pribadi, istirahat, dan
penundaan-penundaan lain di luar kekuasaannya. Waktu longgar yang dibutuhkan dan akan menginterupsikan proses
produksi ini bisa diklasifikasikan menjadi kebutuhan pribadi personal allowance. Melepas lelah fatique allowance dan keterlambatan yang tidak
dapat dihindari delay allowance. Tabel faktor kelonggaran dapat dilihat pada lampiran. Wignjosoebroto Sritomo, 1992
2.1.7.1. Kelonggaran Untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi di sini adalah hal-hal yang seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil,
bercakap-cakap dengan teman sekerja untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam bekerja.
Kebutuhan-kebutuhan ini
jelas-jelas sebagai sesuatu yang mutlak tidak
bisa, misalnya seseorang diharuskan terus bekerja dengan rasa olahraga, atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang jam kerja.
Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja karena merupakan tuntutan psikologis dan fisiologis yang wajar tetapi juga merugikan perusahaan karena
dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dipastikan produktivitasnya menurun.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerjaan yang lainnya karena setiap pekerjaan
mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dengan “tuntutan” yang berbeda-beda. Penelitian yang khusus perlu dilakukan untuk menentukan besarnya kelonggaran
ini dengan tepat seperti sampling pekerjaan ataupun secara fisiologis. Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria
berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan pada kondisi kerja normal pria memerlukan 2 - 2,5. Dan wanita membutuhkan 5
prosentasi ini adalah waktu normal. Wignjosoebroto Sritomo, 1992
2.1.7.2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
Rasa Fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitasnya. Karena salah satu cara untuk menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dengan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi
masalahnya adalah kesulitan didalam menentukan pada saat-saat dimana menurunnya hasil produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih
banyak kemungkinan-kemungkinan lain. Jika
rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila ini berlangsung
terus menerus pada akhirnya akan terjadi rasa fatique yang total yaitu jika anggota
badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerak kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki.
Hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya
gerakan-gerakan kerja ditunjukan untuk menghilangkan rasa fatique. Wignjosoebroto Sritomo, 1992
2.1.7.3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindari