Harga, biaya, dan volume penjualan Pangsa Produsen Producen Share

harga yang diterima petani juga menjadi lebih tinggi. Petani yang menjual kakao melalui saluran ini sebagian besar adalah petani yang memiliki luas lahan diatas 1 hektar dengan produksi kakao mencapai lebih dari 5 ton. Jika PP I terkadang hanya mampu membeli setengah dari seluruh hasil panen kakao secara tunai pada saat transaksi, PP II mampu membeli seluruh hasil panen kakao tersebut secara tunai, sehingga petani dengan hasil panen kakao yang banyak tidak mengalami kesulitan untuk menjual kakaonya. Pada saluran pemasaran III, PP I memilih menjual kakao langsung kepada PB karena semakin pendek rantai saluran pemasaran, maka biaya pemasaran yang dikeluarkan akan menjadi lebih sedikit, sehingga harga yang diterima PP I juga menjadi lebih tinggi. PP I yang menjual kakao melalui saluran ini memiliki modal yang lebih besar dari PP I yang lain sehingga dapat membeli kakao dari petani dalam jumlah yang lebih banyak. Keuntungan yang ia peroleh pun lebih besar dari PP I yang lain, karena selain hanya menjual kembali, ia juga melakukan penyortiran dan penjemuran lebih baik sehingga kualitas kakao yang dijual menjadi lebih bagus dan dapat memenuhi standar kualitas kakao yang diminta oleh PB.

b. Harga, biaya, dan volume penjualan

Pada saluran pemasaran I, harga jual rata-rata petani ke PP I sebesar Rp 10.075kg dan harga jual rata-rata PP I kepada PP II sebesar Rp 11.950kg. Selanjutnya harga jual rata-rata PP II ke PB sebesar Rp. 18.500kg. PB menjual kakao ke pabrik pengolah kakao dengan harga jual rata-rata Rp 21.200kg. Biaya yang dikeluarkan oleh PP I antara lain biaya pemipilan, penjemuran, pengarungan, transportasi, dan bongkar muat. Rata-rata volume pembelian dan penjualan kakao oleh PP I sebesar 33.637 kg biji kakao kering per tahun. Pada saluran pemasaran II, harga jual rata-rata petani ke PP II sebesar Rp 10.410,71kg dan harga jual rata-rata PP II kepada PB sebesar Rp 18.000kg. Kemudian harga jual rata-rata PB ke luar negeri sebesar Rp 21.200kg. Biaya yang dikeluarkan oleh PP II terdiri dari biaya penyortiran, penjemuran, pengarungan, transportasi, dan bongkar muat. Biaya yang dikeluarkan oleh PB terdiri dari biaya oven, pengayakan, transportasi, dan bongkar muat. Rata-rata volume pembelian dan penjualan kakao oleh PP II sebesar 25.715 kg biji kakao kering per tahun. Pada saluran pemasaran III, harga jual rata-rata petani ke PP I sebesar Rp 10.650kg. Selanjutnya harga jual rata-rata PP I ke PB sebesar Rp 17.000kg. Biaya yang dikeluarkan oleh PP I antara lain biaya penyortiran, penjemuran, pengarungan, penyusutan, transportasi, dan bongkar muat Adanya biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh PP I terjadi karena terkadang penjualan kakao ke PB menunggu hingga kakao telah memenuhi kuota tertentu, misalnya mencapai muatan 1 truk. Hal ini menyebabkan kakao yang lebih dahulu dibeli terkadang mengalami kerusakan, sehingga terjadi penyusutan. Rata-rata volume pembelian dan penjualan kakao oleh PP I per musim panen adalah sebesar 32.690 kg biji kakao kering per tahun.

c. Pangsa Produsen Producen Share

Pangsa produsen adalah bagian harga yang dibayar konsumen akhir pabrik pengolah kakao yang dapat dinikmati oleh petani produsen. Semakin tinggi pangsa produsen merupakan indikator bahwa pemasaran semakin efisien. Analisis pangsa produsen di setiap saluran pemasaran di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Pangsa produsen di setiap saluran pemasaran di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 Keterangan Pf Rp Pr Rp Pangsa produsen Saluran pemasaran I Saluran pemasararan II Saluran pemasaran III 10.075,00 10.410,71 10.650,00 21.200,00 21.200,00 21.500,00 49,11 47,52 49,53 Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa saluran pemasaran III memberi share paling tinggi kepada petani 49,53 . Pangsa pasar di setiap saluran pemasaran menunjukkan persentase yang cukup besar, yaitu rata-rata hampir 50 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa posisi rebut tawar petani dalam menghadapi pembeli sangat kuat.

d. Marjin pemasaran dan Rasio Profit Marjin

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM DESA SIAGA DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT (Studi Pada Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)

0 5 18

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM DESA SIAGA DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT (Studi Pada Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)

0 29 164

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PEASAWARAN

1 12 12

KEBERLANJUTAN USAHATANI AGROFORESTRI BERBASIS KAKAO DI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

4 63 96

KUALITAS KIMIA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA BERBAGAI PERIODE LAKTASI DITINJAU DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

0 10 59

STATUS MIKROBIOLOGI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

0 23 59

SIFAT FISIK KUALITAS SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA LAKTASI I—IV DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN Physical Quality of Crossbreed Etawa Goat Milk Lactation I—IV in Sungai Langka Village Gedong Tataan Subdistrict Pesawaran Dis

0 0 6

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA PETANI KAKAO DI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Analysis of Household Income and Poverty Level of Cocoa Farmers in Sungai Langka Village, Gedong Tataan Subdistrict, Pesawaran Regency) Si

0 0 8

STATUS SOSIAL EKONOMI PETERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DI DESA SUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Social Economics Status of Farmer Groups Ettawa Crossbred Goat in Sungai Langka Village, Gedong Tataan Distric

0 0 5

KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA SUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG

0 0 8