Pada tingkat suku bunga 14 setelah terjadi peningkatan biaya produksi 8,89, penurunan harga jual 20, dan penurunan jumlah produksi 26,5,
nilai IRR masih lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku 14, sehingga pada keadaan ini usahatani kakao di Desa Sungai Langka
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran masih tetap layak untuk dikembangkan.
Dilihat dari sisi Payback period, setelah terjadi peningkatan biaya produksi 8,89, penurunan harga jual 20, dan penurunan jumlah
produksi 26,5, usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran masih layak untuk dikembangkan.
Hal ini dikarenakan masa pengembalian investasi masih lebih pendek dari umur ekonomisnya 20 tahun.
F. Analisis Struktur, Perilaku, dan Keragaan Pasar Biji kakao Organisasi
Pasar
1. Struktur Pasar Market Structure
Menurut Hasyim 1994, struktur pasar merupakan gambaran yang hubungan antara penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari jumlah
lembaga pemasaran, pangsa pasar, konsentrasi pasar, diferensiasi produk dan kondisi keluar masuk pasar entry condition.
a. Jumlah lembaga pemasaran
Lembaga pemasaran kakao di daerah penelitian melibatkan 3 lembaga perantara, yaitu PP I, PP II, dan PB eksportir. Berdasarkan hasil
penelitian terdapat 3 orang PP I, 2 orang PP II dan 1 orang PB, di mana jumlah petani kakao lebih banyak dari pada jumlah lembaga
perantara. Jika dilihat dari jumlah pembeli dan penjual yang terlibat dalam pemasaran kakao di daerah penelitian, maka pelaku pemasaran
berada pada struktur pasar tidak bersaing sempurna, yaitu oligopsoni, di mana pasar terdiri dari beberapa pembeli yang menghadapi jumlah
penjual yang banyak.
b. Differensiasi produk
Differensiasi produk mengacu pada berbagai jenis produk biji kakao yang dihasilkan oleh petani produsen. Berdasarkan hasil penelitian,
kakao yang dihasilkan oleh petani semuanya sama, yaitu kakao dalam bentuk biji kering asalan. Tidak ada perlakuan khusus yang dilakukan
petani terhadap hasil panennya. kakao yang telah dipetik biji kering asalan tersebut kemudian diangkut ke rumah petani. Selanjutnya, PP I
atau PP II akan datang untuk membeli kakao dengan membawa timbangan sendiri, sehingga petani tidak mengeluarkan biaya angkut.
c. Kondisi keluar masuk pasar entry condition
Berdasarkan hasil penelitian, baik PP I, PP II, maupun PB bebas keluar masuk suatu daerah untuk mencari kakao yang akan dibeli. Tidak ada
pembagian wilayah yang jelas antara pedagang yang satu dengan yang lain. Persaingan yang terjadi antar pedagang biasanya dalam bentuk
harga yang ditawarkan. Akan tetapi, hal tersebut tidak sampai menimbulkan konflik.
2. Perilaku Pasar Market Conduct
Perilaku pasar merupakan gambaran tingkah laku lembaga pemasaran petani sebagai produsen, lembaga perantara atau pedagang, dan
konsumen yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan praktek transaksi dan pembentukan harga.
a. Praktek transaksi
Berdasarkan hasil penelitian, petani responden pada umumnya tidak mendapatkan kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya. Hal ini
karena PP I atau PP II akan mendatangi petani langsung ke lahan atau tempat tinggalnya dengan membawa mobil atau motor untuk
mengangkut biji kakao. Setelah melakukan transaksi jual-beli, kakao diangkut oleh pedagang ke tempat tinggalnya untuk diproses menjadi
biji kakao yang benar-benar kering dan baik mutunya melalui proses penjemuran dan penyortiran.
b. Pembentukan harga
Berdasarkan hasil penelitian, pembentukan harga yang terjadi di tingkat petani dan PP I sebagian besar melalui proses tawar-menawar
dengan sistem pembayaran yang dilakukan adalah secara tunai. Pada tingkat PP II dan PB, harga yang terbentuk ditentukan oleh importir
dari luar negeri berdasarkan kualitas kakao kadar air 13 , kotoran, dan biji rusak. Jika kakao tidak sesuai dengan standar mutu, maka
harga kakao akan mendapat potongan sehingga harganya menjadi rendah.
3. Keragaan Pasar Market Performance
Keragaan pasar merupakan gambaran gejala pasar yang tampak akibat interaksi antara struktur pasar dan perilaku pasar yang cenderung bersifat
kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis. Untuk melihat keragaan pasar digunakan beberapa indikator, yaitu :
a. Saluran pemasaran
Pemasaran kakao merupakan proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan untuk menyampaikan komoditas kakao dari
petani produsen kepada konsumen akhir. Saluran pemasaran kakao dari petani ke konsumen akhir di Desa Sungai Langka Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran disajikan pada Gambar 2. 1,2 46,22
2,3 2
53,8 18,27
3 1,2
35,52 64,48
Gambar 2. Saluran pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010
Petani PP I
PP II
PB Eksportir
Importir
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pemasaran kakao dari petani ke konsumen akhir di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran melalui tiga saluran, yaitu :
- Saluran I 27,94 atau 25,72 ton Petani PP I PP II PB Pabrik Pengolah Kakao
- Saluran II 36,55 atau 33,64 ton Petani PP II PB Pabrik Pengolah Kakao
- Saluran III 35,52 atau 32,69 ton Petani PP I PB Pabrik Pengolah Kakao
Pada saluran pemasaran I, petani memilih menjual kakao ke PP I karena lokasi tempat tinggal petani dekat dengan PP I dan sudah saling
mengenal karena adanya hubungan kekerabatan. Saat panen kakao tiba, PP I biasanya lebih cepat mendatangi petani untuk melakukan
proses tawar-menawar kakao, sehingga petani dapat segera melakukan transaksi dan dapat menikmati hasil penjualan kakaonya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tonnies dalam Sunarto 2004 dengan teorinya “Gemeinschaft”, yaitu adanya hubungan kekerabatan, kedekatan letak
tempat tinggal, dan tempat bekerja, akan mendorong seseorang untuk berhubungan secara intim satu dengan yang lain, serta mengacu pada
kehidupan bersama dalam pedesaan. Pada saluran pemasaran II, petani memilih menjual kakao langsung
kepada PP II karena semakin pendek rantai saluran pemasaran, maka biaya pemasaran yang dikeluarkan akan menjadi lebih sedikit,sehingga
harga yang diterima petani juga menjadi lebih tinggi. Petani yang menjual kakao melalui saluran ini sebagian besar adalah petani yang
memiliki luas lahan diatas 1 hektar dengan produksi kakao mencapai lebih dari 5 ton. Jika PP I terkadang hanya mampu membeli setengah
dari seluruh hasil panen kakao secara tunai pada saat transaksi, PP II mampu membeli seluruh hasil panen kakao tersebut secara tunai,
sehingga petani dengan hasil panen kakao yang banyak tidak mengalami kesulitan untuk menjual kakaonya.
Pada saluran pemasaran III, PP I memilih menjual kakao langsung
kepada PB karena semakin pendek rantai saluran pemasaran, maka biaya pemasaran yang dikeluarkan akan menjadi lebih sedikit,
sehingga harga yang diterima PP I juga menjadi lebih tinggi. PP I yang menjual kakao melalui saluran ini memiliki modal yang lebih
besar dari PP I yang lain sehingga dapat membeli kakao dari petani dalam jumlah yang lebih banyak. Keuntungan yang ia peroleh pun
lebih besar dari PP I yang lain, karena selain hanya menjual kembali, ia juga melakukan penyortiran dan penjemuran lebih baik sehingga
kualitas kakao yang dijual menjadi lebih bagus dan dapat memenuhi standar kualitas kakao yang diminta oleh PB.
b. Harga, biaya, dan volume penjualan