dimana : n
i
= jumlah sampel kelompok x N
i
= jumlah populasi kelompok x N = jumlah populasi
n = jumlah sampel keseluruhan x = umur tanaman 1-20 thn
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara proporsional stratified random sampling, dengan dasar pertimbangan umur tanaman yang
beragam, jumlah petani kakao sampel seluruhnya adalah 49 orang. Sampel untuk lembaga pemasaran terdiri dari pedagang pengumpul yang
ada di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran diambil dengan metode bola salju snowball methods, yaitu
mengikuti alur pemasaran dari petani produsen di Desa Sungai Langka hingga ke tingkat eksportir.
D. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk analisis data adalah metode tabulasi dan komputasi. Data yang diperoleh diolah secara komputasi,dan dianalisis secara
kuantitatif dan kualitatif.
1. Analisis Finansial
Pada penelitian ini, analisis finansial dilakukan secara kuantitatif, yang terdiri dari :
a. Net Present Value Net Present Value NPV merupakan metode yang menghitung selisih
antara manfaat penerimaan dengan biaya pengeluaran. Rumus yang digunakan adalah :
n
Bt - Ct NPV =
∑
i = 1
1 + i
t
keterangan : Bt
= Manfaat dari proyek Ct
= Biaya cost pada tahun ke-i n
= Umur proyek tahun i
= Discount Rate
Tiga kriteria investasi yaitu : - Bila NPV 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan
- Bila NPV 0, maka proyek rugi dan tidak layak untuk dilaksanakan - Bila NPV = 0, maka proyek ini tidak untung dan tidak rugi
Break Event Point
b. Internal Rate of Return Internal Rate of Return IRR merupakan suatu tingkat bunga yang
menunjukkan nilai bersih sekarang NPV sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat suku bunga yang
menghasilkan NPV = 0. Rumus yang digunakan yaitu : NPV
1
IRR = i
1
+ i
2
– i
1
NPV
1
+ NPV
2
Keterangan : NPV
1
= Present Value positif NPV
2
= Present Value negatif i
1
= discount faktor, jika NPV 0 i
2
= discount faktor, jika NPV 0 Kriteria investasi :
- Bila nilai IRR tingkat suku bunga, maka proyek layak - Bila nilai IRR tingkat suku bunga, maka proyek tidak layak
- Bila nilai IRR = tingkat suku bunga, maka proyek Break Event Point
c. Net BC Ratio Net BC Ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah
di discount faktor positif dengan net benefit yang telah di discount negatif. Rumus yang digunakan :
n
Bt - Ct
∑
t = 1
1 + i
i
Net BC Ratio =
n Ct - Bt
∑
t = 1
1 + i
i
keterangan : Bt
= Penerimaan benefit pada tahun ke-i Ct
= Biaya Cost pada tahun ke-i i
= discount factor n
= umur proyek tahun
Kriteria kelayakan : - Bila Net BC 1, maka proyek layak
- Bila Net BC 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan - Bila Net BC = 1, maka proyek dalam keadaan break event point
d. Gross BC Ratio Gross BC Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya
yang telah dikeluarkan. Rumusnya adalah :
n
∑
Bt 1 + r
n t = 1
Gross BC Ratio =
n
∑
Ct 1 + r
n t = 1
keterangan : Bt
= Penerimaan benefit pada tahun ke-i Ct
= Biaya Cost pada tahun ke-i i
= discount factor n
= umur proyek tahun Kriteria kelayakan :
- Bila Gross BC 1, maka proyek layak - Bila Gross BC 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan
-
Bila Gross BC = 1, maka proyek dalam keadaan break event point
e. Payback Period Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang
didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek.
Kriteria kelayakannya : - Jika masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha,
maka proyek tersebut layak untuk dikembangkan. - Jika masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis usaha,
maka proyek tersebut tidak layak untuk dikembangkan.
2. Analisis Keuntungan
Pada penelitian ini, analisis keuntungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
π
BTT Pxi
Xi Py
Y
n i
1
. .
Keterangan : π
= Keuntungan Rp Y
= Hasil Produksi kg Py
= Harga Hasil Produksi Rp Pxi
= Harga Faktor Faktor Produksi Rp Xi
= Faktor Faktor Produksi I
= Macam Faktor Produksi, i = 1,2,3,.... BTT = Biaya Tetap Total Rp
Biaya tetap pada usahatani kakao berupa investasi, alat-alat pertanian dan
sarana produksi yang jumlahnya tidak mempengaruhi tingkat keuntungan. Sebagian biaya tetap tersebut tidak habis dalam satu proses produksi.
Oleh karena itu, nilai biaya tetap yang dipakai dalam satu kali proses produksi dihitung penyusutannya. Untuk menghitung besarnya
penyusutan alat-alat selama proses produksi dapat menggunakan garis lurus. Besarnya penyusutan adalah nilai awal pembelian dikurangi dengan
nilai sisa yang kemudian dibagi dengan bilangan yang menunjukkan umur ekonomis alat tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
n Ns
Na PS
Keterangan : PS = Penyusutan
Na = Nilai awal Ns = Nilai sisa
n
= Umur ekonomis Untuk mengetahui suatu usaha tani menguntungkan atau tidak digunakan
analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya RC rasio. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
RC = NPTBT
Keterangan : RC
= Nisbah antara penerimaan dan biaya NPT
= Nilai Produk Total BT
= Biaya Total Kriteria pengambilan keputusan:
RC 1 : Usaha tani yang dilakukan secara ekonomis belum menguntungkan
RC 1 : Usaha tani yang dilakukan secara ekonomis menguntungkan RC = 1 : Usaha tani yang dilakukan tidak untung dan tidak rugi
3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas menggunakan metode analisis kuantitatif dan
deskriptif. Analisis ini menghitung kepekaan analisis finansial NPV, IRR,
Net dan Gross BC Ratio terhadap perubahan yang terjadi pada harga faktor produksi dan harga hasil produksi serta dampak akhirnya pada
kondisi kelayakan finansial agroindustri minyak nilam.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis sensitivitas pada usaha agroindustri adalah :
a. Tingkat suku bunga yang digunakan pada analisa ini berdasarkan rata- rata tingkat suku bunga pinjaman pada bank umum
b. Analisis sensitivitas apabila terjadi perubahan kenaikan biaya produksi c. Analisis sensitiviitas apabila terjadi perubahan penurunan harga jual
d. Analisis sensitivitas terjadi bila terjadi kenaikan pada rata-rata tingkat suku bunga pinjaman pada bank umum.
Menghitung laju kepekaan dengan rumus sebagai berikut : X
1
– X X x 100
Laju kepekaan =
Y
1
– Y x 100
Y dengan :
X
1
= NPVIRRNet BCGross BCPP setelah perubahan X
= NPVIRRNet BCGross BCPP sebelum perubahan X
= rata-rata perubahan NPVIRRNet BCGross BCPP Y
1
= Biaya produksiharga jualsuku bunga setelah perubahan Y
= Biaya produksiharga jualsuku bunga sebelum perubahan Y
= Rata-rata perubahan biaya produksiharga jualsuku bunga
4. Analisis efisiensi pemasaran
Menurut Anwar Sanusi, dkk 2002 indikator yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi suatu sistem pemasaran adalah sebaran ratio profit marjin
RPM pada setiap lembaga pemasaran yang ikut serta dalam suatu proses pemasaran. Rasio profit marjin lembaga pemasaran ini merupakan
perbandingan antara keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang
bersangkutan, rumus ratio profit marjin RPM:
RPM =
ti i
b
Untuk menghitung marjin pemasaran dan marjin keuntungan sehingga menghasilkan rasio profit marjin, digunakan rumus :
m
ji
= P
si
- P
bi
atau m
j
= b
u
+
i
atau
1
=
m
j i
- b
u
Nilai total marjin pemasaran diperoleh dengan rumus : M
j
=
m
j i
, atau M
j
= P
r
- P
F
dimana : m
ji
= marjin pemasaran tingkat ke-i P
si
= harga jual lembaga pemasaran tingkat ke-i Pbi
= harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i b
ti
= biaya total lembaga pemasaran tingkat ke-i
i
= keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i i
= 1,2,3,.. .,n M
j
= total marjin pemasaran P
r
= harga pada tingkat pengecer P
f
= harga pada tingkat produsen
5. Elastisitas transmisi harga
Elastisitas transmisi harga adalah nisbah perubahan relatif secara eceran dengan perubahan relatif harga ditingkat produsen. Menurut Hasyim
1994 , bila Et 1 berarti laju perubahan harga ditingkat petani lebih kecil dari pada laju perubahan harga tingkat konsumen artinya pasar yang
dihadapi tidak bersaing sempurna. Perhitungan elastisitas transmisi harga menggunakan rumus :
Et =
Pf b
Pf Pf
Pr .
Pr .
Pr
dimana :
b = koefisien kontans Pf = harga petani
Pr = harga pedagang. Kriteria pengukuran pada analisis elastisitas transmisi harga adalah
sebagai berikut : 1. Bila ET=1, menunjukkan laju perubahan harga di tingkat petani adalah
sama dengan laju perubahan harga pada pedagang pengecer, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem tataniaga yang terjadi sudah efisien dan
pasar yang dihadapi adalah pasar bersaing sempurna. 2. Bila ET1, menunjukkan laju perubahan harga di tingkat petani adalah
lebih kecil dibanding laju perubahan harga pada pedagang pengecer dan pasar yang dihadapi adalah pasar tidak bersaing sempurna
kekuatan monopsoniktikoligopsoni.
3. Bila ET1, menunjukkan laju perubahan harga di tingkat petani adalah lebih besar dengan laju perubahan harga pada pedagang pengecer, hal
tersebut menunjukkan pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A.
Keadaan Fisik Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Secara administratif letak Desa Sungai Langka di
sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bernung dan Negeri Sakti, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wiyono dan PTPN VII, sebelah Selatan
berbatasan dengan Hutan Negara Gunung Betung, dan disebelah Timur berbatasan dengan Desa Kurungan Nyawa.
Berdasarkan letaknya, Desa Sungai Langka merupakan salah satu desa yang mempunyai potensi lahan pertanian yang luas. Adanya jalan yang baik
merupakan keuntungan tersendiri bagi penduduk Desa Sungai Langka khususnya dibidang transportasi. Terdapatnya jalan aspal ini memungkinkan
mobilitas penduduk akan semakin tinggi, juga memudahkan hubungan dengan pihak luar khususnya instansi-instansi pemerintah dan pihak swasta
yang berkepentingan dalam hal pengembangan pedesaan. Hal ini didukung pula dari letak Desa Sungai Langka dari Ibu Kota Kecamatan Gedong Tataan
yang hanya 7 Km dengan jarak tempuh 0,5 jam dan 15 Km dari Ibu Kota Kabupaten Pesawaran dengan jarak tempuh 0,75 jam.
B. Topografi dan Iklim