Kontradiksi Ekonomi Kerakyatan dengan Liberalisasi Pasar

jumlah Indomaret. Seperti yang diungkapkan Coordinator Officer Distribution Center yaitu Muhammad Ilham, berikut pernyataannya : “Pertumbuhan Indomaret semakin berkembang. Tetapi Sebenarnya Indomaret gak ada ruginya dan gak ada bangkrutnya karena dimana-mana Indomaret ada Bayangkan 10 jutahari bersih dikali 368 toko di Sumatera Utara. Satu hari menyetor duit ke kantor berapa itu ???” Wawancara pada 20 April 2015. Dalam tahap kompetitifnya, masing-masing perusahaan tumbuh dengan menghubungi biaya, mencari keuntungan yang lebih besar, dan menambah kapasitas investasi untuk mengeluarkan produk-produk yang secara essensial tidak dapat dibedakan dari produk-produk saingan, selalu dapat dijual dengan atau sedikit dibawah harga pasar yang sedang berlaku. Akan tetapi ketika sejumlah perusahaan berhasil maju dan tumbuh dan yang lainnya tertinggal di belakang dan tersingkir, maka rata-rata perusahaan dalam suatu industri menjadi demikian besar sehingga ia memperhitungkan dampak produksinya sendiri terhadap harga pasar. Keuntungan-keuntungan memungkinkan pertumbuhan bahkan secara lebih cepat ketimbang di masa lalu, tetapi kebutuhan untuk mempertahankan monopoli mengharuskan suatu kebijaksanaan untuk menurunkan dan dengan berhati-hati mengatur ekspansi kapasitas produksi.

4.5.4 Kontradiksi Ekonomi Kerakyatan dengan Liberalisasi Pasar

Sejalan dengan penjelasan amanat pasal 33 UUD 1945, penyelenggaran pasar dan koperasi dalam sistem ekonomi kerakyatan harus dilakukan dengan terus menerus melakukan penataan kelembagaan, yaitu dengan cara memeratakan penguasaan modal atau faktor-faktor produksi kepada segenap lapisan anggota Universitas Sumatera Utara masyarakat. Proses sistematis untuk mendemokratisasikan penguasaan faktor- faktor produksi atau peningkatan kedaulatan ekonomi rakyat inilah yang menjadi substansi sistem ekonomi kerakyatan. Sedangkan tujuan utama penyelenggaran sistem ekonomi kerakyatan pada dasarnya adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian. Bila tujuan utama ekonomi kerakyatan itu dijabarkan lebih lanjut, maka sasaran pokok ekonomi kerakyatan dalam garis besarnya meliputi lima hal berikut : 1. Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota masyarakat. 2. Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar. 3. Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata di antara anggota masyarakat. 4. Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota masyarakat. 5. Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat-serikat ekonomi. Akan tetapi realitanya, polemik yang dialami oleh kalangan ekonomi kecil seperti pedagang eceran semakin meluas, hal ini diakibatkan kecenderungan terjadinya peralihan sistem ekonomi kerakyatan menuju ekonomi kapitalis. Adapun landasan atau dasar bagi perkembangan suburnya kapitalisme adalah liberalisme. Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi Universitas Sumatera Utara politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Secara umum, liberalisme adalah suatu paham atau keyakinan yang mencita-citakan tumbuhnya suatu masyarakat yang bebas, yang dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi private enterprise yang relatif bebas dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu Suyanto, 2011:90. Penetrasi ideologi tersebut tampaknya sudah merambah ke pola pikir setiap pemilik modal. Implementasi paham tersebut didukung dengan semakin berkurangnya intervensi pemerintah dalam melakukan pembatasan ideologi tersebut, termasuk dalam pemilikan pribadi dan dalam perekonomian. Pemerintah menyadari dan mengetahui bahwa pengembangan jiwa enterprise masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya, bukan hanya itu tetapi turut dalam meningkatkankan daya saing ekonomi Indonesia. Misalnya dalam hal ini pihak Indomaret sebagai pemilik modal tentunya mengembangkan usaha dengan melakukan ekspansi ke berbagai daerah, hal ini dipandang efektif untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi ritel asing yang mulai merambah di Indonesia. Liberalisasi tampaknya sudah berhasil memunculkan formasi-formasi baru yang terus berekspansi merambah ke berbagai wilayah mencari ceruk-ceruk pangsa pasar baru yang terus terbuka. Hal ini menunjukkan dua sisi yang membangun kontradiktif bagi segelintir pemilik modal dan sejumlah besar pedagang eceran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang staff Komisi Universitas Sumatera Utara Pengawas Persaingan Usaha KPPU yaitu Zahara S.E mengatakan sebagai berikut : “Liberalisasi ekonomi tidak dibatasi, melainkan diatur oleh pemerintah sedemikian rupa sehinga menciptakan ekonomi pasar yang efektif” wawancara pada 27 April 2015 Akan tetapi pemerintah kurang dalam melakukan intervensi dalam mengontrol peran ritel Indomaret tersebut, sehingga menyebabkan keresahan sosial bagi kelompok masyarakat ekonomi bawah. Hal tersebut terlihat ketika terjadinya ketidakkonsistenan dalam mengimplementasikan peraturan Wali Kota Medan mengenai penataan dan pembinaan pasar tradisonal dan toko modern. Pada awalnya pemerintah telah memberikan perhatian dengan melakukan pembatasan bagi pemodal dalam mendirikan usahanya, yaitu dengan membuat peraturan Wali Kota Medan Nomor 20 Tahun 2011 mengatur tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Secara khusus perwal tersebut mengatur zonasi dalam mendirikan minimarket, yaitu tertuang dalam pasal 7 ayat 3 yang berisikan; khusus minimarket jarak minimal 500 lima ratus meter dari minimarket yang sudah ada, dan minimal berjarak 500 lima ratus meter dari dari jarak pasar tradisional. Dalam pendirian minimarket tersebut harus memperhatikan jarak dari sekolah dan tempat ibadah. Seperti yang dinyatakan oleh Kepala Biro Hukum Sekretariat Daerah Kota Medan yaitu Bapak Rahmad Doni, S.H, M.Hum, berikut pernyataannya : “Pada dasarnya peraturan walikota tersebut mengatur dan membina pengembangan industri dan perdagangan serta kelancaran distribusi barang sehingga terbangun norma-norma keadilan, saling menguntungkan, tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern serta pengembangan Universitas Sumatera Utara kemitraan dengan usaha kecil, sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, toko modern, dan konsumen di Kota Medan” Wawancara pada 13 Mei 2015. Tujuan pembentukan Peraturan Walikota Medan nomor 20 tahun 2011 tersebut pada dasarnya memandang keseimbangan atau keadilan bagi para pelaku ekonomi, baik usaha besar maupun Usaka Kecil Menengah Mikro UMKM. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan masalah zonasi dalam mendirikan minimarket dapat menciptakan keadilan bagi pedagang eceran. Kebijakan zonasi merupakan sebuah kebijakan yang mencoba menghindarkan terjadinya persaingan head to head antara ritel modern dengan ritel keciltradisional. Hal ini disebabkan ukuran keduanya yang berbeda apabila dibandingkan dari sudut kapital, sehingga kemampuan menciptakan value creation keduanya juga berbeda. Zonasi merupakan sebuah upaya untuk menciptakan equal playing field, sehingga persaingan diharapkan berlangsung dalam suasana yang semangat sehat fair competition karena berada dalam kelas yang sama. Sesungguhhnya dengan melakukan zonasi, maka ketika zona-zona ditetapkan untuk minimarket, maka pada saat itu ada semangat untuk membatasi minimarket di wilayah tersebut. Hal ini misalnya disampaikan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU kepada pemerintah agar tidak membangun ritel modern untuk berhadapan langsung dengan ritel keciltradisional. Makna sesunggguhnya dari ini adalah agar membatasi jumlah ritel modern. Demikian penjelasan salah seorang staff Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU pada saat diwawancarai pada 27 April 2015. Universitas Sumatera Utara Realitanya peraturan Walikota tersebut mengalami perubahan sebanyak dua kali pada tahun 2012. Perubahan pertama menjadi peraturan Walikota Medan nomor 23 Tahun 2012 dan perubahan kedua yaitu nomor 47 Tahun 2012. Di dalam Peraturan Walikota tersebut telah menghapus hal- hal yang mengatur jarak dalam mendirikan minimarket. Peraturan walikota yang dipandang cukup netral bagi seluruh pelaku ekonomi secara khusus pedagang eceran tersebut ternyata sudah tidak ada lagi. Hal ini berarti membuka peluang atau kesempatan yang besar bagi pemilik modal atau pelaku ekonomi besar dalam mengembangkan usahanya. Termasuk dalam mendirikan Indomaret. Tidak heran pada realitanya banyak Indomaret yang berdekatan satu dengan gerai yang lain, di tambah dengan persaingan dari minimarket lainnya. Pada saat peneliti menanyakan kepada Kepala Subbagian peraturan Perundang-undangan Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Medan yaitu Bapak Rahmad Doni S.H, M.Hum, terkait landasan atau pertimbangan dalam melakukan perubahan peraturan walikota tersebut, akan tetapi beliau mengatakan bahwa masalah perubahan tersebut sesuai dengan usulan revisi yang diajukan oleh SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait, dalam hal ini lembaga teknisnya yaitu Badan Pelayanan Perijinan Terpadu BPPT. Lebih jelasnya berikut pernyataan Bapak Rahmad Doni, selaku Kepala Biro Hukum Walikota Medan : BPPT sebagai lembaga teknis yang menangani bagian perijinan pendirian usaha atau toko modern ataupun pasar tradisional. Di dalam pelaksanaan tugas tersebut, bagian hukum mengkaji ulang berdasarkan dasar hukum. Apabila ditemukan ketidaksesuaian maka perwal tersebut tidak berlaku atau dilakukan revisi ulang dan mengusulkan kembali ke Biro Hukum Wali Kota” Wawancara pada 13 Mei 2015. Universitas Sumatera Utara Di dalam pencarian data yang mendalam, kemudian peneliti menanyakan hal tersebut kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha yaitu Bapak Drs. M. Syaffaruddin, M.Si. Sebagai lembaga teknis Sekretariat Daerah Kota Medan, bertugas dan berfungsi dalam menjalankan peraturan walikota, yaitu memproses penerbitan ijin usaha, sepanjang sesuai dengan peraturan selama persyaratan lengkap maka usaha tersebut bisa berdiri, kemudian mensurvei luas, lokasi dan jenis usahanya. Sebagai lembaga teknis pemerintah, tentu BPPT Badan Pelayanan Perijinan Terpadu mengetahui letak kelemahan ataupun kekurangan peraturan tersebut. Oleh karena itu, peneliti menanyakan landasan dalam pengusulan perubahan peraturan Wali Kota tersebut. Berikut pernyataan Bapak Drs. M. Syaffaruddin, M.Si. Sebagai lembaga teknis Wali Kota Medan : “Perwal mempersulit bagi pelaku ekonomi, dimana dia mau membuka usaha. Kita memilih belanja di toko yang sama dengan akan pelayanan, manajemen bahkan barangnya lebih banyak. Minimarket berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat karena jenis barang yang dipasarkan adalah kebutuhan sehari- hari. Kenapa Permendag, PPPerwal dirubah karena terlalu sulit, sangat-sangat membatasi pelaku ekonomi. Sejauh tidak melanggar Peraturan presiden maka hal itu tidak bertentangan. Sehingga minimarket Indomaret di perbanyak di daerah perdagangan ” wawancara pada 20 Mei 2015. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Abdul Rahim selaku Kepala Bidang Kemitraan Usaha dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, berikut pernyataan : Terlalu ribet persyaratannya, sehingga perlu dirubah ” Wawancara pada 4 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan bahwa semakin besarnya peluang bagi seluruh masyarakat, tentunya yang memiliki modal besar, dalam hal ini Indomaret dapat mengembangkan ekspansi usahanya ke seluruh penjuru daerah. Kebebasan dalam mendirikan usaha tersebut pada dasarnya melihat perkembangan perekonomian yang semakin maju. Selain untuk tujuan pribadi akan tetapi hal ini juga akan bermuara pada peningkatan perekonomian Indonesia, yaitu melalui peningkatan APBN anggaran Pendapatan dan Perbelanjaan Negara. Ditambah perubahan perilaku masyarakat yang semakin modern sehingga meninggalkan pola perilaku berbelanja di tempat tradisonal. Indomaret hadir dengan manajemen baru yaitu memberikan pelayanan yang baik dan memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Artinya jumlah Indomaret yang semakin meningkat didukung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Berkaitan konsistensi implementasi Peraturan Walikota Nomor 20 Tahun 2011 tersebut, saat ini tidak dapat diterapkan lagi. Untuk mengetehui terkait landasan dirubahnya peraturan tersebut, salah satu Staff IT BPPT yaitu Bapak Yance, Amd memberikan tanggapan mengenai hal tersebut, berikut pernyataannya : “Apa landasan dirubahnya, yang ikut rapat yang tahu, yaitu mengikuti perkembangan minimarket, tapi menurutku itukan miniarket kalo dulu itu sih pesaingnya pasar tradisional, akan tetapi sekarang juga pedagang eceran. kenapa tidak boleh dekat sekolah dan tempat beribadah, apa hubungannya ?? itu merupakan dasar pertimbangannya, artinya mempermudah syarat- syarat dalam mendirikan minimarket, misalnya dulu pake surat Universitas Sumatera Utara keterangan usaha dari lurah sekarang tidak lagi, karena kita survei langsung. Kalo dibilang income, ya income” Wawancara pada 20 Mei 2015. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Peraturan Wali Kota Nomor 20 Tahun 2011 tidak memiliki relevansi yang jelas mengenai lokasi pendirian Indomaret, yaitu tidak adanya pengaruh berdirinya Indomaret dekat sekolah atau tempat beribadah. Selain itu, perubahan perwal juga mempermudah pihak minimarket Indomaret dalam pemenuhan syarat-syarat pada saat mendirikan Indomaret. Serta mendukung peningkatan perekonomian Indonesia melalui pajak setiap gerainya. Kurangnya intervensi serta pembatasan yang dilakukan pemerintah ternyata diakui oleh Staff Komisi Pengawasan Persaingan Usaha KPPU, seperti yang dinyatakan oleh Zahara, S.E selaku staff di bidang pencegahan, berikut pernyataannya : “...Belum terlaksana dengan baik, banyak dari setiap pasal-pasal belum terealisasi dengan maksimal, baik dari subjek maupun objek ditujukannya peraturan tersebut. Misalnya pemerintah sudah membuat peraturan akan tetapi pelaku bisnis baik dalam skala besar maupun kecil tidak mengindahkan regulasi tersebut, meskipun sebagian sudah sesuai peraturan akan tetapi sebagian belum melaksanakannya. Selain itu, pengawasan pemerintah melalui Dinas Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang terkait belum melakukan pengawasan atau monitoring secara maksimal. Adapun dinas yang dimaksud adalah Tata Ruang dan Tata Bangunan TRTB, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu BPPT dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag Kota Medan” Wawancara pada 27 April 2015. Kurangnya ketegasan dalam penindakan terhadap perlanggaran regulasi tersebut mengakibatkan ketidakmaksimalan penerapan setiap peraturan. Universitas Sumatera Utara Demikian juga dengan lembaga Independen seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam mengawasi persaingan usaha pelaku ekonomi besar maupun keil sehingga teriptanya k eadilan dan persaingan usaha yang sehat. Akan tetapi dalam mengerjakan tugas dan fungsinya KPPU tidak banyak mengambil bagian dalam memberikan sanksi yang tegas seperti hukum pidana. Hal ini sesuai dengan pernyataan staff Investigator utama KPPU yaitu Mari Yunani Sinta Hapsari, S.Sos. M.M, berikut pernyataannyya : “KPPU mempunyai tugas yang diamanatkan UU No. 5 Tahun 1999, dalam hal ini pihak pemerintah yang harus memiliki andil dalam membuat peraturanregulasi terkait penataan, pembinaan pasar tradisional dan pasar modern. Apabila dalam peraturan tersebut terdapat pokok substansi yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, maka dalam hal ini KPPU berhak untuk memberikan saran pertimbangan atas kebijakan pemerintah tersebut. Namun, KPPU tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan hukum pidana kepada pihak pemerintah. Adapun bentuk saran pertimbangan tersebut berupa sanksi Adminstratif yaitu denda minimal Rp. 500.000.000,” Wawancara Pada 27 April 2015. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Yance, Amd selaku Staff IT BPPT. Berikut pernyataannya : “Mengingat dasar untuk menindak masih kurang kayaknya peraturannya” Wawancara pada 25 Mei 2015. Kemudian peneliti bertanya mengenai letak kekurangan peraturan tersebut dan berikut pernyataan Bapak Yance , Amd : “...bisa kita membatasinya? Apa mungkin 1 kelurahan 1 Indomaret, memang ada yah” Wawancara pada 25 Mei 2015. Universitas Sumatera Utara Pernyataan di atas menunjukkan bahwa regulasi tersebut tidak dapat mampu membatasi pemilik modal dalam mengembangkan usahanya. Hal ini juga mendukung etos kapitalis melalui nilai professionalisme dalam berusaha. Etos kerja kapitalis tersebut didukung dengan memberikan bantuan kepada masyarakat umum, adapun bantuan tersebut berupa : 1. Seperti bus untuk membawa masyarakat ke Rumah Sakit. 2. Donasi ke YPAC Yayasan Peduli Anak Cacat Wawancara pada 25 Maret 2015. Selain menguntungkan dirinya sendiri, ternyata jejaring Indomaret juga berdampak positif terhadap seluruh masyarakat, yaitu melalui program bantuan kepada seluruh masyarakat umum.

4.5.5 Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran