2.1.4 Akumulasi Modal
Kapitalisme adalah suatu paham yang menyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi
prinsip tersebut, kapitalis mengembangkan jaringan usaha produksinya dengan memaksimalkan sirkulasi kapital tersebut atau sirkulasi komoditas, yaitu
keinginan untuk memperoleh banyak keuntungan dan lebih banyak nilai-surplus melalui ekspansi bisnis. Karl Max menyebutkan hal ini sebagai “hukum akumulasi
modal kapitalis ”.
Akumulasi modal adalah proses yang dilakukan oleh para pemilik modal dalam memperbesar faktor produksinya. Dalam buku pertama Kapital, Marx
menjelaskan tiga tipe sirkulasi komoditas. Sirkulasi bentuk pertama adalah ciri kapital, yaitu uang→Komoditas→Uang dengan jumlah yang lebih besar, jika
disimpulkan maka formulanya adalah M1-C-M2
. Operasi ini disebut “ membeli untuk menjual” atau “kapitalisasi nilai lebih” masuk akal hanya jika penjual
tersebut membawa nilai tambah atau sebuah nilai lebih. Dalam hal ini M2
merupakan nilai lebih, jumlah peningkatan dalam nilai M. Sedangkan sirkulasi bentuk kedua bukan ciri kapital, yaitu Komoditas→Uang→Komoditas, maka
formulanya adalah C1-M-C2. Dengan demikian perumusan bagi sirkuit kapital uang adalah M
– C...P...C’-M’money-comodity…production…commodity’-money’. Titik tersebut
menandakan proses peredaran sirkulasi telah diinterupsi, sedangkan C’ dan M’
menandakan peningkatan pada C dan M sebagai hasil nilai-lebih. Nilai lebih dalam bentuk uang ini kemudian bisa dijadikan oleh pemilik modal untuk
pembiayaan faktor produksinya, keuntungan untuk konsumsi pribadinya ataupun
Universitas Sumatera Utara
sebagai modal untuk pengembangan usaha sang pemilik modal yang kemudian awam dikenal dengan akumulasi modal Engels, 2007.
Seorang kapitalis mengeluarkan uang M untuk merekrut pekerja dan membeli alat-alat produksi, kemudian menjual output yang dihasilkan untuk uang
yang cukup untuk menutupi pengeluaran awalnya dan memperoleh keuntungan “nilai-surplus”. Dalam proses ini nilai tampil dalam berbagai-bagai bentuk seperti
uang dan nilai melalui input produksi tenaga kerja, bahan mentah, mesin-mesin dan gedung, setelah memproduksi maka dihasilkan nilai dari hasil komoditi yang
diproduksi kemudian komoditi tersebut dijual akhirnya memperoleh nilai uang surplus.
Adapun hal yang mendasari akumulasi modal yang dilakukan oleh pemilik modal tidak lain lagi karena adanya persaingan bisnis waralaba yang dirangkum
dalam Sistem Ekonomi Kapitalis. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Adam Smith, Sistem Ekonomi Liberal Kapitalis adalah sistem ekonomi yang terbentuk
dengan sendirinya sebagai akibat persaingan yang sehat antar individu dalam memenuhi kepentingan ekonominya. Sebuah perusahaan akan kalah dalam
persaingan apabila produk-produk yang dihasilkannya memiliki kualitas yang kalah bagus dibanding pesaingnya, atau mereka akan gagal mendapatkan
keuntungan maksimal apabila kuantitas produksi mereka tidak mampu memenuhi pemintaan pasar. Solusinya adalah akumulasi kapital dalam bentuk teknologi
mesin dan perkakas produksi muthakir yang akan meningkatkan kapasitas produksi perusahaan Suyanto, 2011.
Marx pada dasarnya berpendapat bahwa struktur dan etos mendorong kapitalis dalam mengarahkan akumulasi pada penumpukan kapital yang lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak lagi. Untuk melakukan ini, kerja merupakan sumber nilai, kapitalis digiring untuk meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat Ritzer, 2003.
Sementara menurut Karl Marx Prawironegoro, 2012 menyatakan bahwa dalam masyarakat kapitalis, persaingan yang terjadi antara kapitalis dengan kapitalis
lainnnya dalam memperebutkan daerah pemasaran. Persaingan itulah yang mendorong akhirnya akumulasi modal, konsentrasi perusahaan, kesengsaraan
proletar, kelebihan produksi dan krisis ekonomi, sosial, dan politik. Salah satu bentuk aplikasi sirkulasi modal Karl Marx adalah melalui ekspansi jaringan
Indomaret di berbagai daerah. Dalam proses sirkulasi komoditas juga dipengaruhi harga, yaitu harga barang itu sendiri menjadi tidak sama persis dengan nilainya
sendiri. Bisnis waralaba Indomaret merupakan salah satu upaya yang dilakukan
kaum kapitalis dalam meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan kekuatan modal yang dimiliki kaum kapitalis dengan mudah dapat bekerjasama
dengan berbagai sumber produksi, baik perusahaan nasional maupun internasional. Hal ini dilakukan supaya dapat mensuplay produk yang akan dijual
digerai Indomaret atau bahkan mampu membeli alat produksi sehingga kaum kapitalis dapat menghasilkan produk dengan label Indomaret. Apabila sebagian
nilai-surplus diakumulasi, daya beli yang berkorespondensi dengannya digunakan untuk menambah alat-alat produksi dan perluasan ekonomi kapitalis.
Secara spesifik, pemilik Indomaret memiliki modal yang besar minimal Rp 500 juta kemudian mensuplay barang dari PT Indomarco Prismatama dan
perusahaan multinasional atau nasional lainya seperti, Unilever, Indogrosir dan lainnya. Komoditas tersebut kemudian dikemas dan disusun dengan layout yang
Universitas Sumatera Utara
menarik dengan berbagai diskon dan harga yang murah yaitu sesuai harga pokok penjualan, selanjutnya didistribusikan kepada konsumen dan pada akhirnya akan
memperoleh nilai uang lebih dari komoditas yang dipasarkan tersebut.
2.2 Franchise Waralaba