Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa regulasi tersebut tidak dapat mampu membatasi pemilik modal dalam mengembangkan usahanya. Hal ini juga mendukung etos kapitalis melalui nilai professionalisme dalam berusaha. Etos kerja kapitalis tersebut didukung dengan memberikan bantuan kepada masyarakat umum, adapun bantuan tersebut berupa : 1. Seperti bus untuk membawa masyarakat ke Rumah Sakit. 2. Donasi ke YPAC Yayasan Peduli Anak Cacat Wawancara pada 25 Maret 2015. Selain menguntungkan dirinya sendiri, ternyata jejaring Indomaret juga berdampak positif terhadap seluruh masyarakat, yaitu melalui program bantuan kepada seluruh masyarakat umum.

4.5.5 Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran

Para pendukung sistem ekonomi terbuka umumnya yakni liberalisasi perdagangan dapat menghasilkan keuntungan ekonomi nasional. Sebaliknya mereka yang menentang sistem perdagangan bebas pesimistis mengenai kesanggupan dunia usaha di Indonesia memanfaatkan liberalisasi perdagangan ini. Hasil penelitian Institute for Global Justice memberikan kesimpulan bahwa perdagangan bebas hanya melahirkan kemenangan bagi yang kuat dan kekalahan bagi yang lemah. Pasar domestik yang menjadi tumpuan industry local akan tergerus dan pelaksanaannya diperkirakan akan memicu peningkatan impor yang semakin deras dibandingkan dengan ekspor produk manufaktur ke China Waluyo, 2010. Universitas Sumatera Utara Hal ini diperkuat oleh Rahardjo dalam bukunya yang berjudul Kapitalisme Dulu dan Sekarang 1987, menyatakan hubungan antara bagian –bagian yang maju dan terbelakang dari sistem kapitalis dunia didasarkan pada kekuatan. Yang lebih kuat menaklukkan yang lebih lemah, merampas sumber-sumber ekonomi mereka, membelenggu mereka dalam hubungan dagang yang tidak seimbang, dan mengorganisasi kembali struktur-struktur ekonomi mereka. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya Indomaret berjejaring yang secara perlahan dapat menggerus pedagang eceran yang kenyataannya pedagang eceran secara mutlak memang tidak bisa disandingkan dengan pedagang modern baik itu dari sisi modal maupun pendukung lainnya. Hal tersebut pada akhirnya menimbulkan keresahan sosial. Keresahan sosial yang dimaksud adalah persaingan yang terjadi antara pelaku usaha besar dan pelaku usaha kecil yang menimbulkan gangguan keseimbangan yang berpotensi menurunkan kesejahteraan pelaku usaha kecil. Disamping itu juga disebabkan oleh hal-hal berkaitan dengan perijinan usaha, lokasi usaha, jam pelayanan, dan tata ruang yang berasaskan kepentingan secara terpadu guna mewujudkan keseimbangan kepentingan. Hal ini sesuai dengan pernyataan pedagang pada saat di wawancarai mengenai tanggapan terhadap kehadiran Indomaret di Kelurahan Padang Bulan. Dari 40 jumlah responden terdapat 13 orang 32,5 yang kemerosotan usaha, dan 11 orang 27,5 menyatakan sangat merosot. Bentuk peminggiran sosial tersebut terjadi tidak hanya secara ekonomi, akan tetapi juga secara sosial dan politik. Secara sosial yaitu tidak adanya pembinaan yang sistematis terhadap pedagang kecil, malahan pembinaan itu lebih banyak diberikan kepada pengusaha minimarket dengan alasan minimarket Universitas Sumatera Utara sedang berkembang pesat di Kota Medan. Hal ini sesuai dengan hasil kuesioner dan juga wawancara dari seluruh responden pedagang eceran yaitu sebanyak 40 orang mengatakan bahwa mereka tidak pernah dibimbing atau dibina dalam suatu pelatihan. Di bidang politik juga dirasakan pedagang eceran, yaitu khususnya mengenai aturan yang mengatur keberadaan minimarket, yaitu Perwali No. 20 Tahun 2011, tetapi dalam praktiknya minimarket sering melanggar, misalnya beroperasi tanpa izin, menjual barang diluar ketentuan, dan kurangnya pengawasan sehingga minimarket tumbuh dengan pesat melampaui ketentuan zonasi. Bahkan peraturan Walikota Medan tersebut direvisi sebanyak dua kali dengan menghapus substansi terkait dengan ketentuan zonasi mendirikan minimarket. Jika dilihat dari jalur distribusi yang dilakukan, maka distribusi ritel modern jauh lebih efisien dari model ritel tradisional yang apabila dibiarkan bersaing secara bebas, maka pelan tapi pasti jalur distribusi tradisional akan terhapus. Dalam hal inilah harus disadari bahwa setiap kehadiran pasar modern juga akan menimbulkan sebuah multiplier effect yang akan menjadi masalah sosial baru, yakni kehilangan pekerjaan dari beberapa orang yang menggantungkan hidupnya dalam jalur distribusi tradisional. Berikut pernyataan Bapak M. Syafruddin, M,Si selaku Kepala Bidang Tata Usaha BPPT. Indomaret hantu seperti game tetris yang memakan usaha, tapi kenyataan berdampak kepada semua kondisi sosial masyarakat, kenapa ? karena semua mau bersih mau nyaman dan rapi, coba ketika adek mau belanja di toko eceran ada tikus lewat apakah adek nyaman ? Universitas Sumatera Utara Dasar manusia itukan mau bersih, mau rapi itukan sifat dasar manusia, mau nyaman, ada yang mau beli ke toko kelontong beli 1 barang aja payah kali terkadang kenapa karena penjualnya 1 orang, padahal yang mau beli ada 5 orang jadi lama, jadi ini berdampak, saya mau yang cepat, habis dapat barang tek bayar dan langsung pulang, itu factor-faktornya semua, Indomaret itu jadi momok yang menghantam dan memakan pedagang kecil” Wawancara pada 26 Mei 2015. Pernyataan tersebut didukung Koordinator Officer PT INDOMARCO PRISMATAMA yaitu M. Ilham, berikut pernyataannya : Indomaret berbeda dengan pedagang eceran, Indomaret membangun bisnis waralaba hiegenis, bersih dan praktis dan berdampak positif, serta lebih untung apabila ada indomaret, akan tetapi berbeda dengan pedagang eceran gitu-gitu aja. Pertanyaannya mampukah pedagang eceran menyaingi indomaret ? Ekonomi makin lama makin naik, padahal pedagang gitu- gitu aja, ibarat orang udah naik keretamotor padahal pedagang masih jalan. Atau ibarat becak dayung dan becak mesin mana orang lebih memilih, yang bersih dan nyaman serta cepat. Terkadang kalau di pedagang eceran barang yang sudah expired pun dijual, tapi kalo di Indomart barang yang sudah expired langsung di singkirkan pemerintah Wawancara pada 20 April 2015. Perbedaan mekanisme dan manajemen pelayanan kedua jenis usaha tersebut secara tidak langsung menciptakan persaingan yang tidak seimbang yang bermuara pada terjadinya marginalisasi pada satu kelompok sosial. Dalam hal ini, Indomaret dengan kekuatan modal dan pelayanan yang maksimal, mulai dari kelengkapan produk, promosi, ruang yang dilengkapi Air Conditioning, kebersihan, dan pelayanan jasa lain menjadi momok yang menghantam atau menghancurkan usaha kecil lainnya. Segmen pasar orang-orang yang belanja di Indomaret atau di warung eceran juga berbeda. Adapun landasan segmen pasar tersebut berdasarkan Universitas Sumatera Utara pendapatan atau kelas sosial tertentu. Misalnya pendapatan menengah ke atas akan memilih berbelanja di Indomaret Karena mendapatkan pelayanan yang baik, kualitas barang terjamin, harga yang pasti tidak ada uploating harga, ada tawaran diskon, nyaman, dan display barang yang rapi. Hal ini di tambah dengan higienitas produk yang terjamin. Hal yang berbeda dengan konsumen yang berbelanja di warung yaitu pendapatan menengah ke bawah. Hal ini dikarenakan berbelanja di warung dapat memudahkan konsumen berbelanja dalam skala yang kecil ketenangan, strategi ini tentu sangat hemat bagi konsumen. Berbeda dengan Indomaret, belanja di warung tidak ada diskon, display barang tidak menarik atau bertumpukan, higienitas produk kurang dipercaya, harga barang yang mahal dan tidak memberikan hadiah. Hal ini mendukung aktualisasi kapitalis dalam tahap kompetitifnya, akumulasi modal selalu cenderung melampaui ekspansi pasar. Kelanjutan eksistensinya, berbagai kekuatan penawar yang cukup kuat untuk melanjutkan sistem tersebut. Dalam suasana monopoli, persaingan diantara berbagai korporasi raksasa tidak menghilang, tetapi bergeser dari segi harga ke segi promosi penjualan melalui iklan, diferensiasi dan inovasi produksi, perubahan-perubahan model dan bentuk-bentuk lain dari peremajaan dan lain-lain Rahardjo, 1987. Hal inilah yang dikehendaki konsumen yaitu memperoleh kepuasan dari setiap pelayanan yang diberikan oleh pihak Indomaret. Hal ini terbukti dari hasil angket yang telah disebar kepada 40 orang jumlah responden, diantaranya 24 orang 60 menyatakan display barang di Indomaret menarik, 28 orang 70 Universitas Sumatera Utara menyatakan kondisi fisik bangunan Indomaret adalah baik, 29 orang 72,5 menyatakan ketersediaan fasilitas parkir Indomaret adalah memadai, 34 orang 85 menyatakan suasana berbelanja di Indomaret adalah nyaman, 34 orang 85 menyatakan kondisi Indomaret adalah bersih, 26 orang 65 menyatakan belanja di Indomaret adalah aman, 26 orang 65 menyatakan harga promosi di Indomaret menggiurkan untuk belanja, 26 orang 65 menyatakan suasana Indomaret membuat konsumen betah belanja di Indomaret, 18 orang 45 menyatakan ketersediaan barang di Indomaret cukup lengkap, 27 orang 67,5 menyatakan produk di Indomaret berkualitas, 27 orang 67,5 menyatakan pelayanan di Indomaret adalah baik, 33 orang 82,5 menyatakan kemasan produk Indomaret adalah menarik, 25 orang 62,5 menyatakan setuju dengan mekanismekinerja Indomaret, 21 orang 52,5 menyatakan harga di Indomaret biasa saja, 21 orang 52,5 menyatakan belanja di Indomaret cukup mengkuti trend, 22 orang 55 menyatakan belanja di Indomaret cukup bergengsi, 23 orang 57,5 menyatakan setuju bahwa faktor jarak yang mendorong untuk berbelanja di Indomaret. Data diatas menunjukkan efektivitas kehadiran Indomaret dalam menunjukkan eksistensi dirinya di masyarakat. Akan tetapi menimbulkan permasalahan baru bagi pedagang kecil. Demikianlah modus produksi kapitalis yang berkembang pada dewasa ini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mandel 2006 yang menguraikan hukum gerak kapitalisme, yaitu sebagai berikut : 1. Konsentrasi dan sentralisasi kapital dalam kompetisi ikan yang besar menelan ikan yang kecil, perusahaan-perusahaan yang besar mengalahkan yang kecil yang memiliki sedikit alat yang tidak memperoleh keuntungan dari kemajuan Universitas Sumatera Utara produksi massal, dan tidak dapat menggunakan teknik-teknik yang paling maju dan mahal. Pada waktu yang sama, banyak perusahaan yang hancur oleh kompetisi di serap oleh pesaing mereka yang menang sentralisasi kapital. Analogi diatas menggambarkan fenomena kompetisi waralaba Indomaret yang mengalahkan pedagang eceran yang secara jelas berbeda menajemen atau mekanismenya. Pada satu pihak yaitu Indomaret mampu menggunakan teknik-teknik yang paling maju dan modern dalam menarik perhatian konsumen, sementara di pihak lain yaitu pedagang eceran tidak dapat menggunakan teknik-teknik tersebut karena keterbatasan modal. 2. Proletarisasi progresif terhadap populasi pekerja. Sentralisasi kapital membuat jumlah bos-bos kecil yang bekerja atas usaha sediri setiap waktu dihancurkan. Lebih lagi konsentrasi kapital berarti bahwa biaya mendirikan bisnis meningkat secara terus menerus, dan menghalangi mayoritas bourjuis kecil dan seluruh kelas pekerja dari akses kepemilikan industri dan perusahaan komersial yang besar. Indomaret dengan kekuatan modal yang dimiliki mampu mengambangkan bisnisnya secara terus menerus, sementara hal ini dapat menghalangi sejumlah besar pedagang eceran dalam menjalankan usahanya. 3. Pertumbuhan komposisi organik kapital. Fungsi kapital dibagi menjadi dua yaitu; 1 untuk membeli mesin, bangunan, dan bahan baku. Nilainya tetap sama selama proses produksi, nilai kapital hanya dipertahankan tenaga kerja. Hal ini disebut kapital konstan. 2. Membeli tenaga kerja untuk membayar upah. Universitas Sumatera Utara 4. Jika komposisi organik kapital meningkat, keuntungan akan cenderung meningkat, keuntungan akan cenderung menurun dalam hubungannya dengan total kapital, karena hanya kapital variabel yang menghasilkan keuntungan. Hal ini memberikan gambaran bahwa semakin banyak jumlah gerai Indomaret, maka keuntungan akan cenderung meningkat, dalam artian akumulasi modal akan semakin meningkat. Seperti pernyataan kepala toko Indomaret yaitu Hendri Hutagalung, berikut pernyataannya : “...Pertumbuhan Indomaret semakin berkembang. Tetapi Sebenarnya Indomaret gak ada ruginya gak ada bangkrutnya karena dimana-mana Indomaret ada Bayangkan 10 jutahari bersih dikali 580 toko di medan. 1 hari menyetor duit ke kantor berapa itu ??? ”wawancara pada 25 Maret 2015. 5. Sosialisasi objektif dari produktif. Seiring dengan berkembangnya sistem kapitalis, ikatan teknik dan sosial saling ketergantungan dan berkembang diantara perusahaan dan sektor industri terus bertambah. Ernest Mandel: 53- 58. Manajamen pelayanan yang maksimal memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen ketika berbelanja di Indomaret, hal ini membuat konsumen bergantung dan lebih memilih berbelanja di Indomaret dari pada di warung eceran. Hal ini sesuai dengan hasil kuesioner dari 40 konsumen Indomaret menyatakan nyaman berbelanja di Indomaret yaitu sebanyak 4 orang 85. Hal ini didukung dengan data keusioner konsumen eceran yang menyatakan jika ada kesempatan lebih memilih berbelanja di Indomaret yaitu sebanyak 17 orang 42,5. Universitas Sumatera Utara Dari 40 orang jumlah responden pedagang, terdapat 15 orang 37,5 menyatakan sangat tidak setuju dengan kehadiran Indomaret di Kelurahan Padang Bulan. 13 orang 32,5 menyatakan usaha dagangnya semakin merosot. 37 orang 85 menyatakan tidak ada yang membantu usaha dagangnya, 13 orang 32,5 menyatakan rata-rata jumlah konsumen perhari adalah sedikit. 13 orang 32,5 menyatakan intensitas memasok barang 2 kaliminggu. 19 orang 47,5 menyatakan sangat setuju jarak Indomaret berdampak negatif terhadap usaha dagang responden. 20 orang 50 menyatakan sangat setuju bahwa jam kerja Indomaret berdampak negatif terhadap usaha dagang responden. 19 orang 47,5 menyatakan omzet pedagang Rp. 500.050-Rp 1.000.000 per hari. 24 orang 60 menyatakan keuntungan Rp.25.050-Rp.100.000 per hari. 14 orang 35 menyatakan jumlah pengeluaran keluarga adalah Rp.2.500.050-Rp.3.000.000 per bulan. 13 orang 32,5 menyatakan sangat setuju bahwa kehadiran Indomaret mempengaruhi intensitas pedagang untuk menabung. 24 orang 60 menyatakan puskesmas sebagai sarana pengobatan pedagang eceran. 28 orang 70 menyatakan biasa saja mengenai jenis makanan sesudah berdirinya Indomaret. 18 orang 45 menyatakan 4-5 kali mengkonsumsi daging per minggu. 22 orang 55 menyatakan 0-1 kali mengkonsumsi junk food sesudah berdirinya Indomaret. 17 orang 42,5 menyatakan tidak pernah melakukan proses tawar menawar dengan konsumen. 12 orang 30 menyatakan jarang berinteraksi dengan pedagang eceran lainnya. 23 orang 57,5 menyatakan pendidikan anak cukup terpenuhi. 30 orang 75 menyatakan hubungan antar pedagang baik. Temuan ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lufti 2008 dengan judul “Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Universitas Sumatera Utara Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional Dikelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemunculan gerai ini memberikan dampak negatif terhadap pedagang yang produknya sama dengan Indomaret. Hal ini disebabkan minat konsumen lebih nyaman belanja di Indomaret, selain tempat yang nyaman, pelayanan yang diberikan pramuniaga juga memuaskan terlebih adanya promo-promo dan potongan harga yang diberikan untuk harga bahan pokok rumah tangga. Selain itu, penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini juga dilakukan oleh Fadhilah 2011 yang mengkaji tentang “Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional” penelitian ini dilakukan pada Pasar Ngaliyah di kota Semarang. Dari sebanyak 71 pedagang kelontong, 37 pedagang 52,11 mengalami penurunan pendapatan beras, 52 pedagang 73,23 mengalami penurunan pendapatan penjualan telur, 44 pedagang 61,97 mengalami penurunan pendapatan penjualan minyak goreng, 53 pedagang 74,47 penurunan penjualan mie instan, 65 pedagang 91,54 mengalami penurunan pendapatan penjualan susu, 23 pedagang 32,39 mengalami penurunan pendapatan penjualan tepung terigu, 23 pedagang 32,39 mengalami penurunan pendapatan penjualan sabun cucideterjen. 47 pedagang 66,20 mengalami penurunan penjualan sabun mandi, 38 pedagang 53,52 mengalami penurunan pendapatan shampoo, 59 pedagang 83,09 mengalami penurunan pendapatan pada penjualan pasta gigi. Didukung dengan penelitian lain yang berjudul Kompleksivitas perekonomian Indonesia melalui studi kasus pada minimarket di Semarang. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terjadinya marginalisasi pedagang kecil Universitas Sumatera Utara dengan tumbuhnya Minimarket di Semarang. Menyangkut keterpinggiran ekonomi, yaitu berupa berkurangnya jumlah kunjungan pembeli dan turunnya nilai penjualan yang secara langsung menurunkan perolehan laba. Hal ini disebabkan oleh persaingan yang begitu ketat yang akhirnya dimenangkan oleh minimarket. Hal itu terjadi karena ditemukan minimarket yang letaknya bersebelahan dengan pedagang keciltoko kelontong. Dalam operasionalnya bisnis minimarket memiliki jaringan yang sangat luas dan andal. Sebaliknya, pedagang kecil biasanya tidak memiliki jaringan yang khusus sehingga waktu kedatangan barang kadang tidak tepat dan berdampak pada penyediaan barang. Keterpinggiran pedagang kecil juga dirasakan dari bidang sosial dan politik. Universitas Sumatera Utara 183

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian tentang dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran, dengan studi korelasi terhadap pedagang eceran di Kelurahan Padang Bulan dapat disimpulkan sebagai berikut : Sistem Ekonomi Kapitalis merupakan suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi, menjual, maupun menyalurkan suatu barang dan lain sebagainya. Dalam sistem perekonomian ini setiap warga masyarakat diberi kebebasan untuk dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Semua orang dapat dengan bebas bersaing dalam suatu bisnis untuk dapat memperoleh keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya. Salah satu cara “tak tik “ yang dilakukan adalah dengan melakukan ekspansi bisnis waralaba Indomaret ke berbagai daerah. Didukung oleh pemerintah dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada para pelaku ekonomi untuk mengembangkan bisnisnya tanpa ada hambatan regulasi ataupun kebijakan pemerintah. Kapitalisme bahkan sanggup mengubah Peraturan Walikota Medan Nomor 20 tahun 2011, sebagai salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam membentuk keadilan sosial ekonomi bagi semua pelaku ekonomi. Universitas Sumatera Utara