1.2 Tinjauan Pustaka
Kebudayaan adalah suatu sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melaui proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka,
dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Asumsinya adalah bahwa setiap masyarakat mempunyai satu sistem yang unik
dalam mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti benda-benda, kejadian, perilaku dan emosi. Karena itu, objek kajiannya bukanlah fenomena material
tersebut, tetapi tentang cara fenomena material tersebut diorganisasikan dalam pikiran mind manusia Spradley dalam Amiruddin: 1997.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketaui oleh manusia dalam suatu kebudayaan mengenai lingkungan alam maupun lingkungan sosial menurut asas-asas
susunan tertentu Ariyono, 1985: 376 dalam buku Yety Rohwulaningsu 1993:1. Selanjutnya Yeti Rohwulaningsu mengatakan, “adapun pengetahuan bermula dari
pengalaman-pengalaman individu atau kelompok idividu dalam berinteraksi terhadap lingkungannya dalam arti luas yang kemudian diabstraksikan menjadi konsep-konsep dan
dan pendirian-pendirian atau pedoman dalam tingkah lakunya. Dengan demikia pengetauan sangat besar peranananya dalam kehidupan manusia termasuk petani,
sehingga tanpa pengetahuan kemungkinan manusia tidak dapat melangsungkan kehidupanya”. Pengetahuan dimaksud pada petani disini adalah pengetahuan yang sudah
melekat pada diri mereka yang mereka anggap berharga, sama halnya dengan pengertian nilai budaya yang sudah terkonsep dalam alam pikiran sebagian masyarakat yang mereka
anggap berharga, bernilai, dan penting dalam hidup mereka sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman mereka.
Pertanian adalah suatu mata pencaharian dan suatu cara kehidupan, bukan suatu cara kehidupan, dapat dikatakan bahwa petani-petani mengerjakan pertanian untuk
penanaman modal kembali dan usaha, dengan sudut pandang tanah sebagai modal dan komoditi. Seorang melihat petani sebagai seorang yang mengendalikan secara efektif
sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan. Tanah dan dirinya bagian dari satu hal, suatu kerangka hubungan yang telah
berdiri lama. Redfield, 1982: 29-51. Tanaman nilam sering juga disebut pogostemon patchouli pellet atau dilem wangi
jawa, merupakan tanan yang belum begitu dikenal secara meluas oleh masyarakat. Nilam banyak ditanam orang untuk diambil minyaknya. Minyak nilam merupakan salah
satu dari beberapa jenis minyak atsiri. Minyak ini banyak digunakan dalam industry kosmetika dan banyak dicari konsumen di luar negeri Sudaryani, Titik dan Endang
Sugiharti, 1999: 1. Kearifan tradisi yang tercermin dalam sistem pengetahuan dan teknologi lokal di
masyarakat dari berbagai daerah masih mempertimbangkan nilai-nilai adat, seperti bagaimana masyarakat melakukan prinsip-prinsip konservasi, manajemen dan eksploitasi
sumber daya alam, ekonomi dan sosial. Hal ini tampak jelas pada perilaku mereka yang memiliki rasa hormat begitu tinggi terhadap lingkungan alam yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dari kehidupanya. Dalam melakukan eksploitasi sumber daya alam, sistem pengetahuan dan daya adaptasi penggunaan teknologi akan selalu di sesuaikan dengan
kondisi lingkungan alam serta sistem distribusi dan pengalokasian hasil eksploitasi tersebut. Adimihardja, 2000: 7.
Kearifan dan sistem pengetahuan serta teknologi tradisional yang masih perlu digali dan dikaji. Karena banyak diantaranya yang mempunyai implikasi positif bagi
program-program pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dengan mengetahui persepsi mereka mengenai lingkunganya akan memberikan masukan-masukan bagi upaya
pemeliharaan, pelestarian serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup para petani di daerah pedesaan dengan tetap berpijak pada kearifan tradisional yang telah mereka miliki
secara turun-temurun. Konsep kearifan lokal atau kearifan tradisional atau sistem pengetahuan lokal
indigenous knowledge system adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan
timbal-balik antara masyarakat dengan lingkungannya Marzali, dalam Mumfangati, dkk., 2004. Jadi, konsep sistem kearifan lokal berakar dari sistem pengetahuan dan
pengelolaan lokal atau tradisional. Karena hubungan yang dekat dengan lingkungan dan sumber daya alam, masyarakat lokal, tradisional, atau asli, melalui “uji coba” telah
mengembangkan pemahaman terhadap sistem ekologi dimana mereka tinggal yang telah dianggap mempertahankan sumber daya alam, serta meninggalkan kegiatan-kegiatan
yang dianggap merusak lingkungan Mitchell, 2003
3
Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya
manusia. Hubungan erat antara manusia dan lingkungan kehidupan fisiknya itulah yang melahirkan budaya manusia. Budaya lahir karena kemampuan manusia mensiasati
lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk ditinggali waktu demi waktu. Kebudayaan
3
http:aluhlangkar.blogspot.com200808kearifan-lokal-dalam-pengelolaan.html diakses 5302015
dipandang sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau kelompok orang yang selalu mengubah alam. Kebudayaan merupakan usaha manusia, perjuangan setiap orang atau
kelompok dalam menentukan hari depannya. Kebudayaan merupakan aktivitas yang dapat diarahkan dan direncanakan. Oleh sebab itu dituntut adanya kemampuan,
kreativitas, dan penemuan-penemuan baru. Manusia tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan lama melainkan dituntut mencari jalan baru dalam mencapai kehidupan yang
lebih manusiawi. Dasar dan arah yang dituju dalam perencanaan kebudayaan adalah manusia sendiri sehingga humanisasi menjadi kerangka dasar dalam strategi
kebudayaan
4
Perwujutan bentuk kearifan tradisi yang merupakan pencerminan dari sistem pengetahuan dan teknologi lokal di berbagai daerah di Indonesia, dapat dilihat pada
petani nilam di Pakpak. Masyarakat Pakpak memiliki sejumlah nilai budaya, pengetahuan, aturan, kepercayaan, tabu, sanksi, upacara dan sejumlah perilaku budaya
yang arif dalam pengelolaan lingkungan. Usman pelly 1987: 269 dalam bukunya Mariana Makmur dkk menyatakan bahwa masyarakat Pakpak sangat menghargai alam
dengan adanya tabu-tabu yang selalu dipatuhi. Lebih lanjut Zuraida dkk, 1992 juga dalam buku Mariani dkk, menyatakan bahwa orang Pakpak memiliki aturan-aturan dalam
menjaga konservasi alam. Kearifan .
5
4
dalam konservasi alam tersebut terjadi dalam berhubungan dengan alam. Ada yang disadari dan ada pula yang tidak disadari oleh
masyarakat Pakpak yang tekandung dalam sejumlah nilai, aturan, tabu dan upacara terutama kegiatan yang berhubungan langsung dengan alam seperti dalam sistem ladang
berpindah, mencari damar, berburu dan meramu dan pengolahan hutan kemeyan.
http:naninorhandayani.blogspot.com201105pengertian-kearifan-lokal.html diakses 26 mei 2015
5
Kearifan tradisional pakpak dalam berhubungan dengan alam memiliki sejumlah nilai budaya, pengetahuan, aturan, kepercayaan, tabu, sanksi, upacara dan sejumlah perilaku budaya yang arif.
Selain itu berhubungan dengan kepercayaan tradisional di setiap lebuh dan kuta ditemukan atau dikenal adanya area-area yang pantang untuk diganggu unsur biotic dan
abiotik yang ada didalamnya karena dianggap mempunyai kekuatan gaib, antara lain: rabang, gua, daerah pinggiran sungai, dan jenis-jenis pohon dan binatang tetentu yang
dianggap memiliki mana
6
6
Mana merupakan tempat penunggu mahluk halus tempat ini bisa berupa pohon besar, goa, bahkan di tengah hutan yang belum pernah disentuh.
. Jenis tumbuhan tersebut misalnya pohon ara, simbernaik sejenis pohon penyubur tanah. Jenis binatang yang jarang di ganggu misalnya: monyat,
kera, dan harimau. Pada awalnya tempat-tempat tersebut dijadikan sebagai tempat persembahan terhadap kekuatan gaib, namun saat ini walaupun umumnya mereka telah
menganut agama-agama besar seperti Islam dan Kristen, tetap dianggab keramat dan mempunyi kekuatan sehingga kalau diganggu dapat berakibat terhadap keselamatan baik
secara langsung maupun tidak langsung Berutu, 1994. Masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup dewasa ini semakin banyak dibicarakan. Masalah ini muncul
bersamaan dengan timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara lingkungan hidup demi kelangsungan hidup manusia dan untuk terpeliharanya kelestarian
lingkungan itu sendiri. Orang semakin menyadari betapa kerusakan lingkungan telah membawa kerugian yang sangat besar bagi manusia.
Menurut Bintarto 1979 : 22, lingkungan hidup manusia terdiri atas lingkungan hidup fiscal sungai, udara, air, rumah dan lainya, lingkungan biologis organism hidup,
antara lain: hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia, lingkungan social sikap kemasyarakatan, sikap kerohanian dan sebagainya. Dengan katalain, manusia adalah
bagian bagian dari lingkungan itu sendiri. Ia tidak dapat lepas dari lingkunganya, baik lingkungan alam maupun lingkungan social.
Manusia sebagai bagian dari lingkungannya, mempunyai hubungan timbal-balik yang selaras dengan lingkunganya; dengan kata lain, ada keseimbangan dan interaksi.
Dalam interaksinya yang terus-menerus itu, manusia mendapatkan pengalaman tentang lingkungan hidupnya. Gambaran tentang lingkungan hidupnya itu disebut citra lingyang
dapat diharapkan manusia dari lingkunganya, baik secara alamiah maupun sebagai hasil dari tindakanya, serta tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Dari semua makhluk hidup, manusialah yang mampu beradaptasi dengan
lingkunganya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan biotic. Dalam beradaptasi itu ia selalu berupaya untuk memanfaatkan sumber-sumber alam yang ada untuk menunjang
hidupnya, iteraksi manusia terhadap lingkunganya maupun ekosistemnya tersebut dapat melibatkan terganggunya keseimbangan ekologis. Dengan semakin pesatnya kemajun
teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dapat dikatakan telah menguasai alam dan dapat mempengaruhi lingkungan hidupnya. Namun yang terjadi kemudian manfaat
teknologi mulai disangsikan dan dianggab merusak tata lingkungan yang membawa bencana. Sesungguhnya kesadara akan pentingya memelihara keseimbangan lingkungan
hidup bukanlah suatu hal yang baru bagi masyarakat kita. Jauh sebelum Undang-Undang Nomor 4 itu lahir, para leluhur kita telah memiliki kearifan dalam pemeliharaan
lingkungan hidup. Dengan caranya sendiri, sesuai dengan cara berpikir dan tradisi-tradisi yang berlangsung pada zamanya, telah mampu menciptakan cara-cara dan media untuk
melestarikan lingkungan. Untuk menjaga kearifan dan pemeliharaan lingkungan hidup masyarakat Pakpak
menggunakan pengetahuan tradisional. Menurut Zainul Daulay “Pengetahuan
tradisional
7
Pakpak Bharat khususnya Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe, merupakan salah satu kecamatan yang secara umum berprofesi sebagai petani untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah “pengetahuan petani Pakpak khususnya
adalah pengetahuan masyarakat asli dan lokal yang membadankan gaya hidup tradisional yang relevan untuk konservai dan penggunaan keanekaragaman hayati
yang berkelanjutan”. Namun pengetahuan tradisional tidak selalu bisa dijadikan sebagai pedoman untuk seterusnya, karena semakin lama masyarakat semakin pintar dan
pengetahuan semkin maju. Melalui proses sosialisasi atau pendidikan, pengetahuan yang dimiliki oleh petani
akan di wariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga masyarakat yang menepati lingkungan tertentu akan tahu apa yang harus dilakukan. Walalupun nantinya
ada orang luar atau yang ingin masuk ke lingkungan tersebut, mereka tahu tindakan apa yang akan mereka lakukan. Karena orang luar kadang bisa masuk dan membawa suatu
perubahan yang tidak sesui dengan apa yang diketahui oleh masyarakat setempat. Seperti yang dikatakan oleh Michael R. Dove tentang Manusia dan Alang-Alang
di Indonesia, disini Michael menuliskan bahwa orang luar dan masyarakat setempat yang mempunyai pengetahuan yang berbeda tentang alang-alang. Masyarakat setempat
berpendapat bahwa tanaman alang-alang bermanfaat bagi mereka, sementarata orang luar yang datang ketempat mereka menganggap bahwa tanaman tersebut hanya sebagai
tanaman perusak tanah.
1.3 Rumusan Masalah