Luas panen Kecamatan Kasihan

Luas panen di Kecamatan Kasihan pada tahun 2010 sekitar 1.401 hektar dan mengalami penurunan pada tahun 2011 sekitar 207 hektar, pada tahun 2012 mengalami peningkatan luas panen sekitar 40 hektar, pada tahun 2013 luas panen mengalami penurunan sekitar 99 hektar dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan luas panen sekitar 214 hektar. Penurunan luas panen diakibatkan konversi lahan yang marak terjadi di dua kecamatan tersebut. Hubungan antara variabel luas panen dengan produksi padi dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 4. Hubungan antara luas panen dengan Produksi padi Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar R = 0,464 hal ini menunjukkan bahwa hubungan luas panen dan produksi padi dikategorikan sedang. Nilai koefisien determinasinya R 2 = 0,215 hal ini menunjukkan bahwa luas panen mempengaruhi produksi padi sebesar y = 167,23x - 184267 R² = 0,2154 20000 40000 60000 80000 100000 120000 1000 1100 1200 1300 1400 1500 Luas Panen Hektar P rodu ks i P adi Ton 21,5, sedangkan 78,5 di pengaruhi oleh pupuk. Selanjutnya uji statistik menunjukkan bahwa nilai Sig yaitu sebesar 0,431 sehingga dapat disimpulkan bahwa luas panen tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Persamaan yang berada pada garis linier Y = 167,23x – 184267, nilai koefisien b = 167,23 positif maka model regresi bernilai positif atau searah, artinya jika variabel luas panen X semakin tinggi maka nilai variabel produksi padi Y juga semakin tinggi. Penggunaan pupuk yang berimbang mampu meningkatakan hasil produksi padi, hasil penelitian menunjukkan 52,5 petani Kecamatan Kasihan lampiran 3. menggunakan pupuk kandang sapi sebagai pupuk dasar, penggunaan pupuk dasar ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Selain itu juga, penggunaan pupuk anorganik diperlukan oleh tanaman, petani Kasihan menggunakan pupuk urea dan Ponska yang didapatkan dari pemerintah setempat. Luas areal panen padi adalah jumlah seluruh lahan yang dapat memproduksi padi. Areal panen yang memadai merupakan salah satu syarat untuk terjaminnya produksi beras yang mencukupi.peningkatan luas panen padi secara tidak langsung akan menigkatkan produksi padi. Luas areal panen padi menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap besarnya produksi padi, komponen ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alam yang terjadi pada musim tanam, apabila kondisi alam bersahabat dalam artian tidak terjadi kekeringan maupun kebanjiran, maka dapat diharapkan terjadi peningkatan dalam luas areal panen padi, sehingga berpengaruh terhadap produksi padi. Hal ini menunjukkan bahwa luas panen di Kecamatan Banguntapan dan Kasihan mampu meningkatkan produksi padi, artinya jika luas panen tinggi maka produksi padi akan meningkat berdasarkan informasi dari lapangan yang diperoleh produksi padi yang tinggi tidak hanya dikarenakan luas panen yang tinggi. Produksi padi yang tinggi juga didukung dengan penggunaan benih. Varietas yang sering digunakan di Kecamatan Banguntapan dan Kasihan adalah varietas IR 64 dengan produksi sebanyak 6 ton. Selain penggunaan bibit yang unggul, pupuk memiliki peranan penting sebagai salah satu faktor dalam peningkatan produksi padi. Penggunaan pupuk yang berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman mampu meningkatkan produksi padi, pupuk yang digunakan petani di Kecamatan Banguntapan dan Kasihan pada umumnya yakni pupuk bersubsidi yaitu Urea, ZA, SP36 dan NPK. Penggunaan pupuk subsidi mampu meningkatkan produksi, karena dapat menekan harga sehingga petani tertarik untuk menanam padi. Hal ini sesuai dengan kriteria ekonomi bahwa jika harga input produksi meningkat maka penggunaan terhadap faktor produksi akan berkurang begitupun sebaliknya jika harga input produksi turun maka penggunaan terhadap faktor produksi akan bertambah. Faktor produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk. Jika harga pupuk murah subsidi maka petani akan mudah mendapatkan pupuk, sehingga petani menambah jumlah penggunaan pupuk sesuai aturan dan akan meningkatkan lahan garapannya yang pada akhirnya dapat meningkatkan luas areal panen padi dan meningkatkan produksi padi. Kenyataannya, apabila terjadi kenaikan harga pupuk maka petani akan mengurangi jumlah pembelian pupuk yang akhirnya juga akan berkurangnya jumlah penggunaan pupuk, sehingga produksi padi dan luas areal panen juga berkurang. Menurut Dirjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian, dalam mendapatkan pupuk bersubsidi setiap petani wajib mengajukan usulan permintaan pupuk bersubsidi, yaitu dengan mengisi rencana defentif kebutuhan kelompok tani RDKK. RDKK tersebut harus disetujui dari petugas teknis, penyuluh pertanian lapangan atau kepala cabang dinas setempat di tingkat Kecamatan. Penyimpangan dalam penentuan alokasi pupuk akan dikenakan sanksi administratif kepegawaian. Sementara itu pengecer resmi harus memiliki data petani lengkap dengan kepemilikan lahannya. Berdasarkan informasi dari lapangan yang diperoleh responden di dua kecamatan tersebut rata-rata memiliki kelompok tani, dan menggunakan pupuk subisidi dalam budidaya padi.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konversi Sawah

Konversi lahan sawah pada Kecamatan Banguntapan dan Kasihan dipengaruhi tiga faktor yaitu faktor ekonomi, sosial dan kebijakan pemerintah.

1. Faktor Ekonomi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ekonomi memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan petani mengkonversikan lahan sawah. Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap persepsi petani mengenai konversi lahan sawah, Kecamatan Banguntapan sebanyak 65 26 petani dan Kecamatan Kasihan sebanyak 80 32 petani sebelum melakukan konversi lahan mempunyai pendapatan Rp 1.000.000 kurang dari satu juta dan sebanyak 35 14 petani di Kecamatan Banguntapan dan 20 8 petani di Kecamatan Kasihan yang berpendapat Rp 1.000.000. Jika dibanding dengan upah minimum kabupaten Bantul tahun 2016 sebesar Rp 1.000.000 dan mengacu pada angka kebutuhan hidup layak di kabupaten Bantul sebesar Rp 1.297.700 maka dapat disimpulkan bahwa masih banyak responden yang belum memenuhi angka kebutuhan pendapatan layak. Dengan kondisi dimana kepala keluargalah yang bekerja mencari penghasilan, maka jika menggantungkan pendapatan pada sektor pertanian yang tidak menentu, kesejahteraan yang diinginkan secara perekonomian tidak akan tercapai. Faktor inilah yang membuat petani Kecamatan Banguntapan dan Kasihan mengkonversi lahan sawah ke sektor lainnya. Siklus hidup padi menjadi poin penting bagi petani yang melakukan konversi lahan sawah, siklus yang terlalu lama dan keadaan cuaca serta iklim yang tidak terprediksi membuat petani memilih mengkonversikan lahan sawah padi dengan komoditas lain pertanian maupun non pertanian yang lebih menguntungkan. Biaya operasional komoditas pertanian non padi dirasakan petani pemilik lahan yang melakukan konversi lahan lebih efisien jika di bandingkan dengan komoditas padi. Harga tanah di Kecamatan Banguntapan pada tahun 2015, berkisar antara Rp 1.250.000 hingga Rp 2.000.000 per meter persegi, sedangkan di Kecamatan Kasihan harga tanah berkisar antara Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 per meter persegi. Harga tersebut merupakan harga yang berada di luar areal perumahan, berdekatan dengan jalan raya dan pabrik industri seperti PG Madukismo, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. Kenaikan harga tanah ini pun berdampak pada trend konversi lahan yang makin marak karena harga tanah yang semakin melonjak naik.

2. Faktor Sosial

a. Perubahan Perilaku Prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi yang memadai telah membuka wawasan penduduk pedesaan terhadap dunia baru