Faktor Sosial Faktor-faktor yang mempengaruhi Konversi Sawah
diluar lingkungannya. Mereka merasa dirinya sebagai petani yang ketinggalan zaman dan sama sekali belum modern. Persepsi
mereka,terutama generasi mudanya, terhadap profesi petani tidak jauh berbeda dengan persepsi masyarakat perkotaan, yaitu bahwa profesi
petaniadalah pekerjaan yang kurang bergengsi. Akibat dari perubahan cara pandang tersebut, citra petani dibenak
mereka semakin menurun. Dengan demikian lahan pertanian bukan lagi merupakan aset sosial semata, tetapi lebih diandalkan sebagai aset
ekonomi atau modal kerja bila mereka beralih profesi di luar bidang pertanian. keadaan tersebut semakin diperburuk dengan kondisi
ekonomi seperti saat ini, dimana kesempatan kerja formal semakin sedikit. Tidak sedikit petani menjual lahannya untuk biaya hidup,
pendidikan serta kesehatan. b. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang dalam menjalani hidup ini. Tinggi rendahnya pendidikan petani
berpengaruh pada keputusan dalam mengkonversi lahan, semakin tinggi tingkat pendidikan petani semakin kritis dalam pengambilan
keputusan. Sebaliknya semakin rendah pendidikannya berarti semakin mudah petani tersebut untuk terpengaruh pada orang lain.
Pada penelitian ini tingkat pendidikan diukur berdasarkan pendidikan formal yang ditempuh oleh responden, yang digolongkan
menjadi tiga bagian yaitu tidak tamat SD, SD dan SMP. Semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin matang pula ia dalam berpikir dan bertindak,yang pada akhirnya akan meningkatkan
produktivitas kerja. Rendahnya produktivitas seseorang dapat diakibatkan rendahnya pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.
Disamping itu pendidikan memiliki peran yang penting bagi seseorang yang hendak melakukan pekerjaan. Tingkat pendidikan mempunyai
korelasi dengan pekerjaan, semakin tinggi pendidikan seseorang makin besar kemungkinan untuk memperoleh kesempatan kerja.
Untuk lebih jelasnya tentang jenjang pendidikan yang dimiliki responden dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 5. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh Kecamatan
Pendidikan jumlah
Persentase Banguntapan Tidak Tamat SD
16 40
SD 18
45 SMP
6 15
Kasihan Tidak Tamat SD
20 50
SD 13
32,5 SMP
7 17,5
Sumber : Data Primer kuisioner Berdasarkan data pada tabel 14, diketahui bahwa mayoritas
petani di Kecamatan Banguntapan yaitu SD yaitu sebesar 45 18 petani, tidak tamat SD sebesar 40 16 Responden dan SMP sebesar
15 6 petani. Sedangkan pada Kecamatan Kasihan mayoritas petani tidak tamat SD sebesar 50 20 responden, SD sebesar 32,5 13
petani dan SMP sebesar 17,5 7 petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki pendidikan yang
rendah. Banyaknya petani yang tidak tamat SD berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk mengkonversi lahan mereka menjadi
sektor non pertanian. Jika pendidikan petani rendah, tidak menutup kemungkinan petani tersebut akan mudah terpengaruh orang lain.
Pengaruh tersebut bisa datang dari tetangga disekitarnya atau dari aparat
desa yang
bersangkutan. Sebaliknya
jika petani
memilikipendidikan tinggi maka dapatberpikir rasional dalam mengambil keputusan untuk mengkonversi lahan sawah yang dimiliki.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi teknik budidaya yang dilakukan petani, petani yang memiliki teknik pendidikan rendah
membudidayakan padi berdasarkan pengalaman turun temurun sedangkan petani yang memiliki pendidikan tinggi membudidayakan
padi sesuai dengan GAP good agriculture practice. c. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk di suatu wilayah sangat mempengaruhi tingkat konversi lahan yang terjadi di wilayah tersebut. Semakin besar
jumlah penduduk maka kebutuhan lahan yang akan dijadikan tempat tinggal juga meningkat. Berdasarkan Tabel 11 kepadatan penduduk di
kecamatan Banguntapan dan Kasihan dalam lima tahun terakhir 2010-2014 mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk ini
diprediksi akan terus meningkat jika dilihat dari perkembangan Kota Yogyakarta. Adapun rumus kepadatan Penduduk yaitu :
r = PtPo
1t
– 1 x 100 keterangan : r = laju pertumbuhan penduduk
Pt = jumlah penduduk tahun terakhir Po = jumlah penduduk tahun dasar
t = selisih antara tahun terakhir dan tahun dasar Tabel 6. Kepadatan Penduduk Kecamatan Banguntapan Dan
Kasihan
Kecamatan Tahun
Luas Wilayah
Kepadatan Penduduk
Laju Pertumbuhan
Penduduk
Banguntapan 2010
120.123 4.218
2,42 2011
122.510 4.302
2012 128.838
4.384 2013
131.584 4.620
2014 135.420
4.755
Kasihan 2010
92.688 3.367
5,64 2011
109.030 1.724
2012 114.412
3.533 2013
119.271 3.683
2014 121.995
3.768 Sumber : Kabupaten Bantul, 2015
Laju pertumbuhan jumlah penduduk kecamatan Banguntapan mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir sekitar 2,42 jiwa
dan kecamatan Kasihan sekitar 5,64 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk di kecamatan Banguntapan dan Kasihan dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi serta banyaknya fasilitas umum yang semakin pesat. Hal ini juga didukung dengan letak wilayah yang berbatasan
langsung dengan Kota Yogyakarta sehingga banyaknya pembangunan perumahan-perumahan baru di kecamatan Banguntapan dan Kasihan.
Salah satu penyebabnya adalah semakin sempitnya lahan kosong di daerah Kota Yogyakarta yang dijadikan sebagai tempat bisnis dan
kantor sehingga harus beralih pada daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta