F. Kerangka Pikir Penelitian
Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah di Pulau Jawa yang mempunyai lahan subur. Persawahan di Kabupaten Bantul masih didukung
oleh sistem irigasi yang efektif dan efisien. Luas lahan sawah rata-rata Kabupaten Bantul adalah 2.500 m
2
keluarga. Wilayah Kabupaten Bantul yang relatif sempit ini didominasi oleh areal persawahan yang subur.
Melihat luas lahan rata-rata dan produktivitas padi berkisar 7 tonhektar, maka keluarga petani di Kabupaten Bantul relatif mempunyai siklus
pendapatan perbulan sedang, hal ini dikarenakan harga jual gabah yang tidak menentu.
Kecamatan Banguntapan dapat dikatakan sebagai daerah peralihan atau Rural-urban fringe karena lokasinya berbatasan langsung dengan
daerah kota dan daerah desa. Selain itu Kecamatan Banguntapan sebagian wilayahnya telah berkembang menjadi daerah perkotaan terutama di daerah
pinggiran yang berbatasan langsung dengan daerah perkotaan dan sebagian lahan pertanian telah berubah menjadi lahan non pertanian sehingga
kegiatan pertanian mulai berkurang. Sedangkan Kecamatan Kasihan lahan pertanian beralih menjadi pemukiman penduduk.
Luas lahan padi sawah yang pada awalnya cukup luas akhir-akhir ini makin menyusut, luas konversi lahan sawah pada tahun 2009-2013 sekitar
30,49 hektar. Lahan padi sawah yang luas sangat penting untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Namun seiring dengan konversi lahan yang
terjadi maka luas lahan padi sawah semakin menurun. Konversi lahan
merupakan salah satu akibat yang dapat menimbulkan berkurangnya luas lahan padi sawah yang semula lahan padi sawah tersebut cukup luas namun
karena terjadinya laju alih fungsi lahan maka lahan tersebut semakin lama semakin berkurang. Selain itu terdapat beberapa kerugian yang harus
diperhitungkan sebagai dampak negatif konversi sawah, seperti berkurangnya luas tanam dan luas panen yang mengakibatkan hilangnya
potensi produksi beras, hilangnya kesempatan kerja, dan semakin rusaknya lingkungan hidup. Muara dari semua itu adalah kesejahteraan masyarakat
yang sulit meningkat. Dalam proses laju konversi lahan ini juga dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor menurut persepsi masyarakat. Persepsi pertama berasal dari petani, pengambilan keputusan oleh petani untuk mengkonversikan
lahannnya meliputi faktor harga jual lahan pertanian. Harga jual lahan pertanian yang tergolong tinggi menjadikan daya tarik tersendiri bagi
pemilik lahan untuk menjual lahan pertaniannya. Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya konversi lahan pertanian ke non
pertanian, hal ini mendorong para pemilik lahan pertanian khususnya sawah untuk menjual lahan yang dimilikinya karena terdesak kebutuhan hidup dan
tawaran harga jual lahan yang tinggi juga akan menjadi daya tarik yang kuat bagi para perusahaan yang bergerak di bidang non pertanian. Persepsi
selanjutnya berasal dari penyuluh, menurut para penyuluh pengambilan keputusan petani untuk mengkonversikan lahannnya meliputi faktor kondisi
lahan atau tanah yang tidak mendukung untuk budidaya padi, menyebabkan