Bahan Baku dan Produk Kegiatan Operasi 1.

1. Distrik Jakarta sebagai Pusat Administrasi keseluruhan. 2. Distrik Rumbai sebagai Pusat Kerja Administrasi Wilayah Operasi CPI. 3. Distrik Minas sebagai daerah operasi produksi minyak sekitar 30 km dari Distrik Rumbai. 4. Distrik Duri sebagai daerah operasi produksi minyak sekitar 112 km dari distrik Rumbai 5. Distrik Dumai sebagai tempat pelabuhan untuk pengapalan minyak mentah sekitar 184 km dari Distrik Rumbai.

4.1.3 Bahan Baku dan Produk

CPI secara bisnis bergerak di bidang eksploitasi minyak bumi. Cakupan eksploitasi tersebut mulai dari evaluasi kandungan reservoir hingga memproduksinya dari dalam perut bumi. Produk yang dihasilkan oleh CPI adalah minyak mentah yang dipasarkan di beberapa negara untuk pengolahan lebih lanjut.

4.1.4 Kegiatan Operasi 1.

Kegiatan Eksplorasi Kegiatan seismik secara intensif di Riau mulai dilaksanakan setelah NPPM memperoleh hak eksplorasi pada tahun 1953. Kegiatan tersebut dilakukan di daerah- daerah sepanjang aliran Sungai Rokan. Berdasarkan hasil penyelidikan geologik pada tahun 1936 dan 1937 ditemukan bahwa cadangan minyak yang potensial berada di wilayah yang lebih ke selatan. Oleh karena itu, Caltex mengubah daerah kerjanya kea rah selatan sehingga daerah tersebut berbentuk seperti seekor kangguru menghadap barat. Universitas Sumatera Utara Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologik, pengeboran sumur, dan penelitian seismik. Pada tahun 1941 hingga 1973, penelitian seismik dilakukan dengan cara pengeboran pada lokasi-lokasi yang terpencar-pencar dengan kedalaman seluruhnya 26.208 ft 7.862,4 m. Tahun 1938 mulai dilakukan pengeboran eksplorasi di Kubu, namun tidak terdapat indikasi adanya minyak. Tahun 1938 hingga 1944 sembilan sumur eksplorasi berhasil diselesaikan dengan temuan di tiga tempat yakni gas di Sebanga serta minyak di Duri dan Minas. Temuan gas di Sebanga merupakan tonggak sejarah terpenting bagi eksplorasi perminyakan di bagian Tengah Pulau Sumatera. Setelah Perang Dunia II, Caltex mengembangkan temuannya di Minas dan melanjutkan program eksplorasinya. Enam sumur pengembangan berhasil diselesaikan pada waktu itu. Tahun 1951, penelitian geologik dan pemetaan-pemetaan mulai dilakukan di seluruh daerah kerja kemudian dilanjutkan dengan pengeboran eksplorasi dan penelitian geofisika pada tahun 1955. Pada tahun 1968 Caltex memanfaatkan helikopter untuk mendukung kegiatan pengeboran seismik dan eksplorasi. Transportasi itu berhasil mengurangi secara drastis hambatan yang dihadapi. Hambatan tersebut khususnya dalam penyediaan suplai angkutan tenaga kerja untuk penelitian geofisik. Sumur-sumur yang dibor sejak tahun 1968 hingga 1990 menghasilkan banyak temuan baru. Pengeboran eksplorasi telah menghasilkan 119 temuan minyak atau gas. Tahun 1989 ditemukan temuan utama di lapangan Rintis dan Jingga di daerah KPS Mountain Front-Kuantan yang menjadi daerah-daerah produksi baru sekaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Hingga kini CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km² data seismik, 56.000 km² diantaranya berada di daerah Riau daratan. Kegiatan operasi pencarian ladang minyak baru sudah tidak lagi gencar dilakukan. Kegiatan yang terus dilakukan adalah meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada Enhanced Oil Recovery atau EOR. Kegiatan tersebut didukung dengan teknologi maju dan peralatan serta perlengkapan yang mutakhir di bidang eksplorasi. Dewasa ini CPI menggunakan mercu bor untuk pengeboran eksplorasi dan pengembangan.

2. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur- sumur hasil kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa. Jumlah produksi akumulatif satu miliar barel dicapai pertama kali setelah 17 tahun berproduksi, yaitu pada tanggal 4 Mei 1969 di lapangan Minas. Lapangan Minas menjadi lapangan raksasa pertama di Asia di sebelah timur Iran dan ke-22 di dunia. Pada akhir tahun 1990, jumlah produksi Caltex mencapai tujuh miliar barel yang berasal dari 3.237 sumur yang tersebar di 96 lapangan produksi, lebih dari tiga miliar barel diantaranya berasal dari lading produksi Minas. Oleh negara-negara industri, Minas crude oil digemari karena kadar belerangnya sangat rendah. Selama tahun 1951-1956, walaupun pengeboran eksplorasi menghasilkan tujuh temuan, namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri karena iklim politik RI pada saat itu tidak mendukung penanaman modal. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus menurun, diantaranya yang dilakukan adalah : Universitas Sumatera Utara a. Menginjeksi air water flooding yang dilakukan di distrik Bekasap. b. Menginjeksi air panas hot water flooding yang dilakukan di distrik Minas dan Zamrud. c. Menginjeksi uap air steam flooding yang dilakukan di distrik Duri. Program penyuntikan air water flooding di Lapangan Minas dimulai tahun 1970. Air yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikkan kembali ke dalam tanah sebanyak tiga juta barel sehari. Proses injeksi air lainnya dilaksanakan di Lapangan Kota Batak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-rata 32.000 barel sehari. Sementara itu, Enchanced Oil Recovery EOR terus dikembangkan dengan tujuan memungkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil dengan metode primer, memperbaiki faktor perolehan, dan menahan merosotnya laju produksi lapangan-lapangan yang mulai menua. Tahun 1981, Caltex mulai menerapkan penyuntikan uap panas steam flood di seluruh lapangan Duri atau Duri Steam Flood DSF yang telah dilakukan secara terpola. Penyuntikan uap di area satu kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April 1985, area dua seluas 247 hektar sejak 1986, area tiga seluas 1.457 hektar pada tahun 1987, dan pembangunan sarana produksi di area empat seluas 1.140 hektar. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 3 Maret 1990 yang merupakan proyek sejenis terbesar di dunia dengan menggunakan teknologi maju dan pertama di Indonesia. Saat ini di area tiga dan empat sedang berlangsung sistem produksi penginjeksian dengan pola tujuh titik seven spot pattern dimana satu sumur injeksi dikelilingi oleh enam sumur produksi. Universitas Sumatera Utara Total seluruh area produksi ini mencapai 6.600 ha. Daerah ini akan dikembangkan secara bertahap menjadi belasan area dengan luas masing-masing 100-600 ha. Di ladang minyak Duri, metode injeksi uap Steam Flood dapat menghasilkan 50-70 minyak mentah, hasil produksi ini jauh lebih banyak daripada mempergunakan metode normal yang hanya mampu menghasilkan 5-20 minyak mentah. Hal ini yang mempengaruhi produksi di ladang minyak Duri. Akhir tahun 1990 Duri Steam Flood mampu memproduksi minyak mentah melebihi produksi minyak California Steam Flood Field, Kern River dan Belridge. Hal ini membuat Duri menjadi ladang dari Steam Flood proyek injeksi uap terbesar di dunia. Proyek Duri Steam Flood ini memiliki tujuan untuk memaksimalkan produksi minyak mentah di ladang Duri, kemudian dijual ke pasaran melalui pelabuhan yang ada di Dumai. Menurut penelitian, ladang Duri memiliki 6,5 miliar barel minyak.

4.1.5 Sarana Penunjang Operasi

Dokumen yang terkait

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) DENGAN Kejadian Kecelakaan Kerja Di Treat And Ship Operations – Facility Operations PT Chevron Pacific Indonesia Duri

54 255 134

Sistem Pengolahan Limbah Lumpur Pengeboran Minyak Bumi Di PT. Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011

60 290 107

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA Hubungan Antara Perilaku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten.

1 5 13

HUBUNGAN KETAATAN PELAKSANAAN PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN TERJADINYA DERMATITIS Hubungan Ketaatan Pelaksanaan Prosedur Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Terjadinya Dermatitis Kontak Iritan (DKI) Pada Pekerja Perah Ampas

0 1 15

HUBUNGAN KETAATAN PELAKSANAAN PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN TERJADINYA Hubungan Ketaatan Pelaksanaan Prosedur Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Terjadinya Dermatitis Kontak Iritan (DKI) Pada Pekerja Perah Ampas Onggok Pohon Ar

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN STRES KERJA.

0 0 47

PROGRAM COMMUNITY ENGAGEMENT PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA DI DURI-RIAU.

0 0 1

Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Bormindo Nusantara Duri

0 5 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja 2.1.1. Pengertian Kecelakaan Kerja - Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) DENGAN Kejadian Kecelakaan Kerja Di Treat And Ship Operations – Facility Operations PT Chevron Pacific Ind

0 0 25

ANALISIS HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN, PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN

0 0 124