Pengukuran variabel pelatihan K3 didasarkan dari 3 pertanyaan yang
diajukan dengan alternatif jawaba n “ya” diberi skor 1 dan “tidak” diberi skor 0,
kemudian variabel pelatihan K3 dikategorikan menjadi : 3.
Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75 jumlah skor 3 4.
Tidak baik, jika responden memperoleh skor ≤ 75 jumlah skor 1-2 Pengukuran variabel behavior based safety didasarkan dari 4 pertanyaan
yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” diberi skor 1 dan “tidak” diberi skor 0, kemudian variabel behavior based safety dikategorikan menjadi :
1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75 jumlah skor 3-4
2. Tidak baik, jika responden memperoleh skor ≤ 75 jumlah skor 1-2
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mencakup : 1. Analisis Univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-
variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi. 2. Analisis Bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel
independen program K3 dengan dependen kecelakaan kerja menggunakan Uji Chi-Square p 0,05 Budiarto, 2002.
Rumus uji statistik Chi Square yang digunakan :
Keterangan : O Observed : Nilai hasil pengamatan
E Expected : Nilai ekspektasi
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL
4.1 Gambaran Umum PT Chevron Pacific Indonesia
4.1.1 Sejarah PT Chevron Pacific Indonesia
PT Chevron Pacific Indonesia CPI merupakan salah satu unit usaha perusahaan minyak Amerika yaitu Chevron Corporation yang berada di bawah unit
bisnis wilayah IndoAsia Business Unit IBU. PT Chevron Pacific Indonesia resmi berganti nama dari PT Caltex Pacific Indonesia sejak Oktober 2005.
Sejarah CPI berawal dari upaya pencarian minyak oleh tim geologi Chevron Corporation yang dipimpin oleh Emerson M. Butterworth di daerah Sumatera, Jawa
Timur, Kalimantan Timur, dan wilayah Papua pada bulan Maret 1924. Tim tersebut bernama Standard Oil Company of California SOCAL. Tahun 1930, pemerintah
Hindia Belanda menyetujui permintaan SOCAL untuk memperoleh hak eksplorasi dengan cara menunjuk SOCAL sebagai minority partner dari suatu perusahaan yang
didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada bulan Juni 1930 dengan nama NV Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij
NPPM untuk melakukan eksplorasi di Papua.
Tahun 1935, NPPM menerima tawaran untuk mengeksplorasi daerah di Sumatera Bagian Tengah seluas 600.000 ha. Daerah tersebut belum layak di
eksplorasi dan dianggap kurang memberikan keuntungan. Pada bulan Juli 1936, Chevron dan TEXACO Inc. mendirikan kelompok perusahaan minyak bersama yang
tawaran pemerintah Hindia Belanda tersebut, Caltex mendapatkan kontrak di Propinsi Riau.
Universitas Sumatera Utara
Pada bulan Juni 1937 dilakukan eksplorasi geofisika. Setelah itu dilakukan pengeboran perdana pada area Kubu-1 1938-April 1939 dan diperoleh adanya
indikasi gas di Rantau Bais. Daerah-daerah migas yang ditemukan adalah : 1. Sebanga Agustus 1936 sebagai sumur perdana
2. Rantau Bais November 1940 3. Duri 1941
Tanggal 2 April 1941 ditandatangani kontrak 5A untuk daerah Rokan I dengan pemasangan mercubor pertama di Minas1. Pada saat itu, pemerintah
Indonesia diduduki oleh Jepang dan terjadi Perang Dunia II yang menyebabkan terhentinya seluruh kegiatan eksplorasi minyak dan meninggalkan peralatan
pengeboran seharga US 1 juta. Tahun 1944, tentara Jepang menyelesaikan pengeboran eksplorasi Minas1 pada lokasi yang sebelumnya dipilih dan
dipersiapkan oleh Caltex dengan memanfaatkan peralatan yang ditinggalkan sebelumnya. Ini merupakan satu-satunya sumur WILDCAT di Indonesia selama
Perang Dunia II dengan kedalaman minyak 2623 ft 787,5 m. Setelah Perang Dunia II 1957, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah
untuk menasionalisasikan perusahaan penghasil minyak di Indonesia yang dimilik oleh Belanda. Secara tidak langsung keputusan itu mengancam kedudukan Caltex
sebagai salah satu perusahaan penghasil minyak asing terbesar di Indonesia. Pada tahun 1950-an Caltex telah menginvestasikan modalnya lebih dari US 50 juta di
Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan adanya temuan ladang minyak di Minas yang terbukti memiliki potensi sebagai penghasil minyak terbesar di dunia.
Menjelang tahun 1958, produksi minyak Caltex telah mencapai 200.000 barelhari.
Universitas Sumatera Utara
Tanggal 20 April 1952, Menteri Perekonomian, Sumanang SH meresmikan selesainya proyek pengembangan lapangan Minas yang ditandai dengan Pengapalan
Pertama Minas Crude Oil dari Perawang menuju Pakning di Selat Malaka untuk selanjutnya diekspor ke pasar dunia.
Tahun 1957 dimulai proyek perluasan pertama meliputi pengembangan lapangan Duri, pembangunan jalan raya dan pemasangan pipa saluran minyak dari
Minas melintasi rawa ke Dumai. Tanggal 5 Juni 1958, Menteri Perindustrian, Ir. F.J Inkiriwang meresmikan proyek yang mencakup pengembangan stasiun-stasiun
pengumpul, stasiun pompa pusat di Duri, kompleks perumahan, dan perbengkelan di Duri dan Dumai. Sejak itu, Caltex mulai mengekspor hasil melalui Dumai.
Bersamaan dengan pelaksanaan proyek perluasan pertama, Jembatan Ponton yang melintasi Sungai Siak dan menghubungkan Pekanbaru dengan Rumbai pun
diselesaikan. Jembatan Siak merupakan jalan lintas pulau yang pertama di Sumatera yang merentang sepanjang 500 km dari Padang ke Dumai.
Upaya menasionalisasikan perusahaan minyak asing di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 44 tahun 1960. Berdasarkan undang-undang tersebut,
ditetapkan bahwa semua kegiatan penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia hanya dilakukan oleh perusahaan minyak Negara PERTAMINA. Pada tahun 1963,
Caltex menjadi badan hukum di Indonesia dengan pemilikan saham masing-masing 50 SOCAL dan 50 TEXACO.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1970, dimulai proyek perluasan kedua yaitu penegembangan Lapangan Bangko dan Batang. Dengan berlakunya Undang-Undang No. 44 tahun
1960, maka wilayah NPPM yang disebut Rokan I Block dan Rokan II Block seluas 9.030 km² dikembalikan kepada pemerintah Republik Indonesia dan kegiatan NPPM
kemudian dilanjutkan oleh Caltex. Bulan September 1963, Caltex memperoleh ratifikasi DPR RI dalam
Perjanjian Karya antara Caltex dengan perusahaan Negara Pertamina yang meliputi Rokan I dan III. Pada tahun 1968 ditambahkan empat area baru yaitu Sebanga, Minas
Tenggara, Libo Tenggara, dan Libo Barat Laut sehingga luas kerja Caltex seluruhnya mejadi 9.898 km².
Sejak 1983
Caltex berstatus
sebagai Kontraktor
Bagi Hasil
KPSProduction Sharing Contract PSC yang beberapa wilayah kosesinya akan berakhir di tahun 2021. Saat ini kegiatan Caltex di Propinsi Riau meliputi kawasan
sekitar 31.700 km². Pada bulan Oktober 2005, terjadi penggabungan Merger antara Chevron dengan Unocal, PT Caltex Pacific Indonesia resmi berganti nama menjadi
PT Chevron Pacific Indonesia.
4.1.2 Lokasi dan Daerah Operasi
Daerah kerja PT Chevron Pacific Indonesia CPI yang pertama bernama Kanggaroo terletak di Kabupaten Bengkalis dengan luas hampir 10.000 km². Selain
mengeksplorasi daerahnya sendiri, perusahaan ini juga bertindak sebagai operator bagi CalastiaticChevron dan TopcoTexaco CT. Berdasarkan Perjanjian Karya
pada Bulan September 1963, ditandatangani Perjanjian CT yang pertama untuk jangka waktu 30 tahun yang meliputi empat daerah seluas 12.328 km² dan dikenal
Universitas Sumatera Utara
dengan Blok A, B, C, dan D. Setelah mendapat tambahan daerah seluas 4.300 km² maka pada tahun 1968 sebagian Blok A, sebagian Blok D, dan seluruh Blok C
diserahkan pada pemerintah Republik Indonesia. Pengembalian daerah-daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978 sehingga tersisa 8.314 km².
Pada bulan Agustus 1971, CT menandatangani Perjanjian Coastal Plains Pekanbaru Block seluas 21.975 km², kemudian bulan Januari 1975, CT
menandatangani Perjanjian Mountain Front Kuantan Block seluas 6.865 km². Setelah dilakukan pengembalian beberapa bagian daerah kerja secara bertahap, sekarang
Coastal Plain Pekanbaru tinggal 9.996 km². Antara tahun 1979 hingga 1991, CT menandatangani lima perjanjian lagi, yaitu :
1. Tahun 1979, Perjanjian Patungan Joint Venture dengan Pertamina Jambi Selatan Blok B seluas 5.826 km² telah dikembalikan seluruhnya tahun 1988.
2. Tahun 1981, KPS Singkarak Blok seluas 7.163 km² di Sumatera Barat telah dikembalikan seluruhnya pada Juni 1984.
3. Tahun 1981, KPS Langsa Blok seluas 7.080 km² di Selat Malaka Lepas Pantai Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh dikembalikan seluruhnya pada Mei
1986. 4. Tahun 1991, KPS Nias Blok seluas 16.116 km².
5. Tanggal 28 November 1993, Perpanjangan Kontrak Karya ke dalam bentuk KPS untuk Siak Blok seluas 8.314 km² yang berlaku selama 20 tahun.
Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka CPI membagi lokasi daerah operasi menjadi 5
distrik, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Distrik Jakarta sebagai Pusat Administrasi keseluruhan. 2. Distrik Rumbai sebagai Pusat Kerja Administrasi Wilayah Operasi CPI.
3. Distrik Minas sebagai daerah operasi produksi minyak sekitar 30 km dari Distrik Rumbai.
4. Distrik Duri sebagai daerah operasi produksi minyak sekitar 112 km dari distrik Rumbai
5. Distrik Dumai sebagai tempat pelabuhan untuk pengapalan minyak mentah sekitar 184 km dari Distrik Rumbai.
4.1.3 Bahan Baku dan Produk
CPI secara bisnis bergerak di bidang eksploitasi minyak bumi. Cakupan eksploitasi tersebut mulai dari evaluasi kandungan reservoir hingga memproduksinya
dari dalam perut bumi. Produk yang dihasilkan oleh CPI adalah minyak mentah yang dipasarkan di beberapa negara untuk pengolahan lebih lanjut.
4.1.4 Kegiatan Operasi 1.
Kegiatan Eksplorasi
Kegiatan seismik secara intensif di Riau mulai dilaksanakan setelah NPPM memperoleh hak eksplorasi pada tahun 1953. Kegiatan tersebut dilakukan di daerah-
daerah sepanjang aliran Sungai Rokan. Berdasarkan hasil penyelidikan geologik pada tahun 1936 dan 1937 ditemukan bahwa cadangan minyak yang potensial berada di
wilayah yang lebih ke selatan. Oleh karena itu, Caltex mengubah daerah kerjanya kea rah selatan sehingga daerah tersebut berbentuk seperti seekor kangguru menghadap
barat.
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologik, pengeboran sumur, dan penelitian seismik. Pada tahun 1941 hingga 1973, penelitian
seismik dilakukan dengan cara pengeboran pada lokasi-lokasi yang terpencar-pencar dengan kedalaman seluruhnya 26.208 ft 7.862,4 m. Tahun 1938 mulai dilakukan
pengeboran eksplorasi di Kubu, namun tidak terdapat indikasi adanya minyak. Tahun 1938 hingga 1944 sembilan sumur eksplorasi berhasil diselesaikan dengan temuan di
tiga tempat yakni gas di Sebanga serta minyak di Duri dan Minas. Temuan gas di Sebanga merupakan tonggak sejarah terpenting bagi eksplorasi perminyakan di
bagian Tengah Pulau Sumatera. Setelah Perang Dunia II, Caltex mengembangkan temuannya di Minas dan
melanjutkan program eksplorasinya. Enam sumur pengembangan berhasil diselesaikan pada waktu itu. Tahun 1951, penelitian geologik dan pemetaan-pemetaan
mulai dilakukan di seluruh daerah kerja kemudian dilanjutkan dengan pengeboran eksplorasi dan penelitian geofisika pada tahun 1955.
Pada tahun 1968 Caltex memanfaatkan helikopter untuk mendukung kegiatan pengeboran seismik dan eksplorasi. Transportasi itu berhasil mengurangi
secara drastis hambatan yang dihadapi. Hambatan tersebut khususnya dalam penyediaan suplai angkutan tenaga kerja untuk penelitian geofisik.
Sumur-sumur yang dibor sejak tahun 1968 hingga 1990 menghasilkan banyak temuan baru. Pengeboran eksplorasi telah menghasilkan 119 temuan minyak
atau gas. Tahun 1989 ditemukan temuan utama di lapangan Rintis dan Jingga di daerah KPS Mountain Front-Kuantan yang menjadi daerah-daerah produksi baru
sekaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
Hingga kini CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km² data seismik, 56.000 km² diantaranya berada di daerah Riau daratan. Kegiatan operasi pencarian ladang
minyak baru sudah tidak lagi gencar dilakukan. Kegiatan yang terus dilakukan adalah meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada Enhanced
Oil Recovery atau EOR. Kegiatan tersebut didukung dengan teknologi maju dan
peralatan serta perlengkapan yang mutakhir di bidang eksplorasi. Dewasa ini CPI menggunakan mercu bor untuk pengeboran eksplorasi dan pengembangan.
2. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur- sumur hasil kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa. Jumlah
produksi akumulatif satu miliar barel dicapai pertama kali setelah 17 tahun berproduksi, yaitu pada tanggal 4 Mei 1969 di lapangan Minas. Lapangan Minas
menjadi lapangan raksasa pertama di Asia di sebelah timur Iran dan ke-22 di dunia. Pada akhir tahun 1990, jumlah produksi Caltex mencapai tujuh miliar barel yang
berasal dari 3.237 sumur yang tersebar di 96 lapangan produksi, lebih dari tiga miliar barel diantaranya berasal dari lading produksi Minas. Oleh negara-negara industri,
Minas crude oil digemari karena kadar belerangnya sangat rendah. Selama tahun 1951-1956, walaupun pengeboran eksplorasi menghasilkan
tujuh temuan, namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri karena iklim politik RI pada saat itu tidak mendukung penanaman modal. Ada beberapa cara yang
dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus menurun, diantaranya yang dilakukan adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Menginjeksi air water flooding yang dilakukan di distrik Bekasap. b. Menginjeksi air panas hot water flooding yang dilakukan di distrik Minas
dan Zamrud. c. Menginjeksi uap air steam flooding yang dilakukan di distrik Duri.
Program penyuntikan air water flooding di Lapangan Minas dimulai tahun 1970. Air yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikkan kembali ke dalam
tanah sebanyak tiga juta barel sehari. Proses injeksi air lainnya dilaksanakan di Lapangan Kota Batak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-rata 32.000 barel
sehari. Sementara itu, Enchanced Oil Recovery EOR terus dikembangkan dengan
tujuan memungkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil dengan metode primer, memperbaiki faktor perolehan, dan menahan merosotnya laju
produksi lapangan-lapangan yang mulai menua. Tahun 1981, Caltex mulai menerapkan penyuntikan uap panas steam flood di seluruh lapangan Duri atau Duri
Steam Flood DSF yang telah dilakukan secara terpola. Penyuntikan uap di area satu
kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April 1985, area dua seluas 247 hektar sejak 1986, area tiga seluas 1.457 hektar pada tahun 1987, dan pembangunan sarana produksi di
area empat seluas 1.140 hektar. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 3 Maret 1990 yang merupakan proyek sejenis terbesar di dunia dengan
menggunakan teknologi maju dan pertama di Indonesia. Saat ini di area tiga dan empat sedang berlangsung sistem produksi penginjeksian dengan pola tujuh titik
seven spot pattern dimana satu sumur injeksi dikelilingi oleh enam sumur produksi.
Universitas Sumatera Utara
Total seluruh area produksi ini mencapai 6.600 ha. Daerah ini akan dikembangkan secara bertahap menjadi belasan area dengan luas masing-masing 100-600 ha.
Di ladang minyak Duri, metode injeksi uap Steam Flood dapat menghasilkan 50-70 minyak mentah, hasil produksi ini jauh lebih banyak daripada
mempergunakan metode normal yang hanya mampu menghasilkan 5-20 minyak mentah. Hal ini yang mempengaruhi produksi di ladang minyak Duri. Akhir tahun
1990 Duri Steam Flood mampu memproduksi minyak mentah melebihi produksi minyak California Steam Flood Field, Kern River dan Belridge. Hal ini membuat
Duri menjadi ladang dari Steam Flood proyek injeksi uap terbesar di dunia. Proyek Duri Steam Flood ini memiliki tujuan untuk memaksimalkan produksi minyak
mentah di ladang Duri, kemudian dijual ke pasaran melalui pelabuhan yang ada di Dumai. Menurut penelitian, ladang Duri memiliki 6,5 miliar barel minyak.
4.1.5 Sarana Penunjang Operasi
Sarana-sarana penunjang operasi PT Chevron Pacific Indonesia antara lain : a.
Pembangkit tenaga listrik di Duri, Central Duri, dan Minas 21 generator turbin gas berkapasitas 390 MW, serta saluran transmisi dan distribusi listrik
sepanjang 1.300 km dengan menggunakan sistem Hotline Maintenance yang memungkinkan dilakukannya perbaikan pada saluran-saluran listrik tegangan
tinggi tanpa memutuskan aliran listrik. b.
Empat buah dermaga khusus Dumai dua diantaranya mampu melayani kapal- kapal tangki berbobot mati 150.000 ton.
c. Kompleks tangki penyimpanan dengan kapasitas 5,8 juta barel.
Universitas Sumatera Utara
d. Dua jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 90 cm dan 75 cm pada jalur
Minas-Dumai dan Bangko-Dumai. e.
Saluran Microwave UHF yang menghubungkan ke empat listrik, serta suatu system telepon dan komunikasi radio HFVHFUHF untuk seluruh kegiatan
lapangan. f.
Pemanfaatan empat saluran Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa untuk hubungan dengan kantor di Jakarta.
g. Layanan teleks dan elektronik mail antara Dumai-Rumbai-Jakarta dengan
perusahaan pemegang saham dan perusahaan-perusahaan afiliasi di seluruh dunia melalui Satelit Palapa dan Intelsat.
h. Pada akhir tahun 1968, CPI memasang unit pengolah data elektronik yang
pertama berupa komputer IBM 360 Model 30 dengan core capacity 64 Kbytes untuk memenuhi tuntutan tersedianya sarana informasi yang akurat dan cepat,
serta adanya sistem pengendalian yang efektif dalam segala segi. i.
Dumai Remote Entry Shipping System DRESS merupakan On-Line Teleprocessing
yang pertama diterapkan CPI. DRESS digunakan untuk mengelola pengisian dan pemompaan tangki penyimpanan, mengatur kapal
tangki di Dumai, serta menyusun, membuat, dan menghasilkan dokumen teleprocessing
untuk Crude Movement, Storage, and Shipping. j.
Jaringan computer yang terdiri dari IBM S390, MicroVax, IBM AS400, Servers
dan Workstations.
Universitas Sumatera Utara
k. Sistem komputer Windows Vista Enterprise SP II Processor Inter Core Duo.
Perangkat komputer ini bisa menghubungkan informasi secara langsung dengan semua komputer perusahaan di bawah Chevron Corporation di seluruh dunia.
4.1.6 Sumber Daya Manusia
PT Chevron Pacific Indonesia CPI memiliki lebih dari 6000 tenaga kerja yang 98 diantaranya berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1966, CPI telah
dipimpin oleh orang Indonesia. CPI telah melaksanakan proses alih teknologi dan alih keterampilan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu pelatihan, pertukaran gagasan, dan
proses komunikasi antara tenaga kerja Indonesia dan tenaga asing. Program pengembangan sumber daya manusia untuk karyawan adalah
kursus keahlian dasar yang terdiri dari latihan bahasa Inggris dan latihan teknik yang meliputi latihan kejuruan di berbagai bidang serta program pengembangan
manajemen dan latihan khusus untuk karyawan senior. Sejumlah tenaga kerja Indonesia tingkat menengah ke atas mengikuti training sambil bekerja di Amerika
Serikat setiap tahunnya. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja Indonesia agar mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi. Selain itu,
hal tersebut dilakukan agar tenaga kerja Indonesia siap menerima peralihan teknologi maju. CPI juga memberikan kesempatan kepada setiap karyawan untuk mengikuti
latihan dan pengembangan karir secara terus menerus. Inti dari filsafat CPI adalah investasi dalam sumber daya manusia.
Universitas Sumatera Utara
4.1.7 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Dasar
Pada bulan Januari 1992, diadakan sarasehan dengan melibatkan semua jajaran manajemen PT Chevron Pacific Indonesia yang bertujuan mematangkan visi,
misi, dan nilai-nilai yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Visi CPI adalah “Diakui sebagai sebuah perusahaan kelas dunia yang
bertekad untuk mencapai tingkat yang sempurna”. Untuk diakui sebagai perusahaan kelas dunia, CPI melakukan apa yang disebut Continous Quality Improvement
perbaikan kualitas yang berkesinambungan. Sedangkan misi CPI yang telah dicanangkan adalah “Sebagai mitra usaha
Pertamina, PT. Chevron Pacific Indonesia secara efektif akan mencari dan mengembangkan sumber daya minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan bangsa
Indonesia dan kepentingan pemegang saham”. Enam nilai pokok yang harus dijunjung tinggi segenap pimpinan dan
karyawan CPI adalah : 1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku.
2. Menjunjung standar etika yang paling tinggi 3. Memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga.
4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor, dan keluarganya.
5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan masyarakat. 6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah hidup.
Universitas Sumatera Utara
4.1.8 Organisasi PT Chevron Pacific Indonesia
Sejak tanggal 11 Maret 1995, PT Chevron Pacific Indonesia memberlakukan struktur organisasi baru yaitu dari bentuk departemen menjadi Strategic Bussiness
Unit SBU yang bersifat tim kerja, sehingga dalam perusahaan seakan-akan ada
perusahaan kecil. Dalam Strategic Bussiness Unit SBU ini dibentuk unit-unit yang beranggotakan orang-orang dengan displin ilmu dan keahlian tertentu. Setiap anggota
per unit diarahkan pada kerja sama tim sebagai suatu kelompok kerja. Oleh karena itu, setiap unit memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan bisnis sendiri.
Dengan manajemen sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi makin besar desentralisasi sehingga diharapkan tercipta sistem klerja yang efektif. Struktur
organisasi CPI diubah kembali pada tahun 2005. Sejak saat itu, kepemimpinan CPI dipegang oleh seorang President Director yang berkedudukan di Jakarta, sedangkan
kepemimpinan di Sumatera dipegang oleh seorang Managing Director.
4.1.9 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja
Fasilitas yang disediakan CPI untuk kesejahteraan karyawannya antara lain : 1.
Tunjangan khusus yang besarnya sesuai dengan daerah kerja dan golongan pekerja. Sifat tunjangan khusus ini bukan merupakan unsur upah pokok.
2. Tunjangan khusus Batam. Tunjangan ini diberikan apabila pekerja dipindahkan
secara permanen dan bertempat tinggal di Pulau Batam. Sifat tunjangan ini bukan merupakan unsur dari upah pokok dan besarnya sebagian dari upah
pokok.
Universitas Sumatera Utara
3. Fasilitas angkutan atau kendaraan dari perusahaan yang dipergunakan untuk
pergi dan pulang dari kantor ke tempat tinggal. 4.
Bantuan pengganti biaya angkutan kecuali pekerja yang memperoleh fasilitas angkutankendaraan dari perusahaan.
5. Fasilitas perumahan bagi semua golongan pekerja.
6. Bantuan pengganti biaya perumahan bagi pekerja yang belum mendapat
fasilitas perumahan karena terbatasnya fasilitas perumahan perusahaan yang ada atau kepada pekerja yang atas permintaannya tinggal di luar fasilitas
perumahan. 7.
Perusahaan akan memberikan bantuan biaya pemeliharaan secara bersih setiap bulan menurut kelas upah pekerja kepada pekerja yang sudah mengambil
fasilitas pinjaman kepemilikan rumah dari perusahaan dan tidak menempati rumah perusahaan.
8. Tunjangan Hari Raya Keagamaan.
9. Jaminan selama pekerja sakit.
10. Tunjangan istirahat tahunan. 11. Bantuan perusahaan selama menjalankan ibadah haji, baik berupa ongkos naik
haji, biaya pengangkutan ke tempat pemberangkatan ataupun kedatangan dan biaya pengurusan dokumen-dokumen yang diperlukan.
12. Bantuan bersalin bagi pekerja wanita atau istri pekerja yang diakui oleh perusahaan.
13. Perlengkapan kerja berupa pakaian kerja, pakaian seragam, sepatu keselamatan, jas hujan, dan jaket.
Universitas Sumatera Utara
14. Biaya pengobatan dan pemeliharaan bagi pekerja yang mendapatkan kecelakaan kerja.
15. Tunjangan kematian bagi keluarga pekerja. 16. Pelayanan kesehatan gratis, berupa pemeriksaaan kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan bagi pekerja dan keluarganya. 17. Sarana olahraga seperti kolam renang, fitness center, bowling, basket, tennis,
golf, dan lain-lain. 18. Fasilitas dan tunjangan perjalanan dinas untuk pekerja dan anggota keluarganya
yang oleh perusahaan diminat untuk mendampingimengikuti pekerjaan tersebut.
19. Pengangkutan untuk bertemu keluarga bagi pekerja yang tinggal di dalam perusahaan dengan status lajang di tempat kerja yang baru.
20. Bantuan pendidikan bagi anak pekerja, berupa beasiswa anak pekerja di Sekolah Menengah Umum dan Perguruan Tinggi.
Resiko bekerja pada lingkungan CPI sangat besar, kemungkinan terjadi kecelakaan sangat tinggi, maka dari itu perusahaan selalu menekankan untuk
mementingkan keselamatan kerja Occupational Safety kepada setiap karyawannya. Karyawan harus bekerja dengan penuh kesadaran dan berusaha preventif terhadap
segala kemungkinan bahaya yang dapat terjadi setiap saat. CPI menerapkan pelaksanaan program safety. Program tersebut diarahkan pada tiga sasaran yaitu
human, equipment , dan procedure dimana tiga elemen itu memiliki peran yang sama
pentingnya dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Universitas Sumatera Utara
Langkah-langkah yang diambil untuk menanamkan kesadaran dan keselamatan kerja bagi karyawannya adalah :
1. Mengadakan latihan rutin tentang keamanan dan keselamatan kerja.
2. Menghilangkan keadaan atau tindakan-tindakan yang berbahaya.
3. Mengadakan inspeksi, pengaturan tata ruang yang baik, dan menyediakan
prosedur kerja yang tertib. 4.
Mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan berarti menekan biaya produksi dalam penggantian alat-alat maupun pemeliharaan akibat kecelakaan
kerja. CPI berkomitmen untuk mematuhi setiap peraturan pemerintah dan menjaga
standar etika. CPI juga menyadari bahwa pekerja merupakan sumber daya yang tidak ternilai. CPI senantiasa menjaga lingkungan hidup, menopang masyarakat sekitar
serta menerapkan perbaikan kualitas kehidupan. Perhatian CPI atas keselamatan kerja dan lingkungan tertuang dalam filosofinya yaitu “To be recognized as a leader in
Safety”.
4.1.10. Komitmen PT Chevron Pacific Indonesia terhadap Pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1.
Operational Excellence Management System
Operational Excellence Management System OEMS merupakan konsep
SMK3 yang diterapkan oleh perusahaan. Konsep ini tidak hanya memperhatikan aspek keselamatan safety dan kesehatan health, tetapi juga lingkungan
environment, efesiensi efficiency, dan kehandalan reliability.
Universitas Sumatera Utara
Perwujudan dari Operation Excellence OE antara lain dengan mengupayakan hal-hal seperti di bawah ini :
a. Keberhasilan mengkondisikan tempat kerja yang bebas kecelakaan zero accident.
b. Mengeliminasi kebocoran minyak dan insiden kerusakan lingkungan environment.
c. Mengidentifikasi
dan mengurangi
resiko kerusakan
lingkungan environment.
d. Mengkampanyekan tempat kerja yang sehat dan mengurangi resiko kesehatan yang signifikan health.
e. Proses industri tanpa insiden HES.
f. Memaksimalkan efisiensi sumber daya dan asset efficiency reliability.
Seperti diungkapkan di atas, konsep OE ini merupakan integrasi dari konsep HES dan reliability serta efisiensi. Oleh karena itu, elemen-elemen OE juga memuat
seluruh konsep HES dan reliability serta efisiensi yaitu : a.
Pengamanan Security of Personel and Assets b.
Desain Peralatan dan Konstruksi Facilities Design and Construstion c.
Pengoperasian yang Aman Safe Operations d.
Manajemen Perubahan Management Change e.
Kehandalan dan Efisiensi Reliability and Efficiency f.
Pelayanan pada Pihak Ketiga Third Party Services g.
Pengelolaan Lingkungan Environmental Stewardship h.
Pengelolaan Produk Product Stewardship
Universitas Sumatera Utara
i. Investigasi Kecelakaan Incident Investigation
j. Kesadaran Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Community Awareness and
Outreach k.
Manajemen Tanggap Darurat Emergency Management l.
Jaminan Ketaatan Compliance Assurance m. Legislative and Regulatory Advocacy.
2. Program TENETS dalam Konsep
Operation Excellent
Secara harfiah TENET diartikan sebagai sebuah prinsip atau keyakinan yang menjadi nyata bagi anggota dari suatu kelompok. TENETS dalam konsep
Operational Excellent OE bertujuan untuk merancang keyakinan dari setiap pekerja
bahwa perilaku di tempat kerja yang baik akan membantu perusahaan mencapai keselamatan, kesehatan, lingkungan, ketangguhan dan efisiensi yang berkelas dunia.
Konsep TENETS merupakan bagian yang cukup penting dalam Konsep Budaya Operation Excellence
yang akan mengantarkan CPI menjadi perusahaan yang berkelas dunia.
Konsep TENETS adalah perwujudan dari : a. Nilai dan prinsip yang diterapkan untuk segenap karyawan manajemen, non
manajemen, dan kontraktor. b. Slogan yang dalam pelaksanaannya memberikan pengaruh pada pengambilan
keputusan di lapangan. c. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat resiko perusahaan.
d. TENETS memberikan sebuah izin untuk melaksanakan suatu tindakan dalam situasi mendesak.
Universitas Sumatera Utara
e. TENETS bertujuan untuk melindungi manusia, lingkungan, dan harta benda berdasarkan prinsip moral.
Prinsip-prinsip TENETS pada PT. Chevron Pacific Indonesia : a. Selalu mengoperasikan dengan batas kemampuan alat sesuai dengan lingkungan
sehingga mengurangi resiko cedera dan kerusakan lingkungan serta kerusakan peralatan.
b. Selalu mengoperasikan dalam kondisi yang aman dan terkendali. c. Selalu memastikan peralatan keselamatan berada pada posisi yang tepat dan
berfungsi dengan baik. d. Selalu mengikuti prosedur dan penerapan keselamatan kerja.
e. Selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produkalatsistem. f. Selalu menjaga prinsip kejujuran dan pengabdian.
g. Selalu taat pada peraturan yang berlaku. h. Selalu mengenali kondisi tidak wajar dengan mengidentifikasi kondisi tidak
wajar, menilai resiko, dan mencari solusi dengan segera. i.
Selalu mengikuti prosedur tertulis untuk kasus luar biasa atau resiko tinggi. j.
Selalu melibatkan para ahli dalam mengambil kebijakan terkait prosedur dan peralatan. Pengambilan kebijakan harus dilakukan oleh orang berkompeten dan
menurut data serta informasi yang akurat.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Gambaran
Unit Health,
Environment, and
Safety HES
PT Chevron Pacific Indonesia 4.2.1
Health, Environment, and Safety HES
Health, Environment, and Safety HES merupakan salah satu kebijakan
yang dibuat PT. Chevron Pacific Indonesia CPI untuk menunjang terpenuhinya nilai-nilai dan tujuan perusahaan. CPI sejak lama telah menerapkan keselamatan kerja
dalam strategi bisnisnya, tetapi dengan adanya isu baru mengenai dampak lingkungan maka CPI pun turut berperan aktif dalam menerapkan kebijakan yang menyangkut
lingkungan hidup dan lingkungan kerja. Health, Environment, and Safety
HES merupakan salah satu kebijakan yang bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja, mitra kerja,
keluarga, dan masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan. Kebijakan tersebut adalah perwujudan dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pekerja dan
masyarakat disekitarnya. CPI senantiasa mematuhi berbagai macam aturan terkait keselamatan,
kesehatan, lingkungan, dan industri. Hal ini bertujuan agar CPI mampu mewujudkan cita-citanya sebagai perusahaan yang diakui oleh lingkungan industri dan masyarakat.
Cita-cita yang besar sebagai perusahaan pelopor dalam keselamatan, kesehatan, kehandalan, dan efisiensi kerja. Dalam segala kegiatannya, CPI selalu
memperlihatkan keteladanan dalam pelaksanaan program HES serta senantiasa memastikan karyawan dan mitra kerjanya memahami dan memenuhi tanggung jawab
dalam bidang keselamatan, kesehatan, dan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal yang menjadi pusat perhatian unit HES adalah sebagai berikut : 1. Pengurangan pembuangan air terproduksi hingga mencapai zero discharge.
2. Penanganan bahan beracun dan berbahaya B3. 3. Pengurangan pemakaian pitkolam penampungan.
4. Pengurangan jumlah tumpahan minyak. 5. Pengurangan limbah minyak.
6. Perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi di hutan. 7. Penghijauan
8. Peningkatan kesadaran akan lingkungan terutama di daerah perumahan. 9. Penindaklanjutan hasil audit.
10. Pengidentifikasian dan penghilangan dampak-dampak yang sensitif terhadap masyarakat.
11. Kualitas air. 12. Peningkatan kinerja keselamatan kerja baik di lingkungan perusahaan maupun
rekan kerja. Health, Environment, and Safety
HES memiliki tanggung jawab dalam memenuhi tiga bidang, yaitu :
1. Health Kesehatan Bidang ini bertanggung jawab untuk menjaga lingkungan fisik yang benar
sehingga tidak berdampak pada kesehatan. Bagian-bagian yang dijaga antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Penyediaan air yang akan dikonsumsi atau dibuang ke hutan dengan menjaga parameternya.
b. Mengelola limbah dan sampah baik yang berasal dari kotoran manusia, pekerjaan bangunan, laboratorium maupun sampah B3.
c. Pengawasan terhadap makanan dan minuman. d. Mengendalikan hewan penyebar penyakit serta pengganggu.
2. Environment Lingkungan Bagian ini mengatasi masalah yang menyangkut pencemaran terhadap
lingkungan seperti pencemaran tanah oleh tumpahan minyak atau pencemaran air produksi yang diizinkan dan diinjeksikan kembali ke tanah.
3. Safety Keselamatan Bidang ini menangani masalah keselamatan kerja. Hasil inspeksi dan audit yang
dilakukan oleh perusahaan, IBU manajemen, dan tim HES. Hasil inspeksi dan audit beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa dalam beberapa hal di bidang
kselamatan, perusahaan bisa lebih baik. Temuan-temuan dan hasil pengamatan itu memberikan peluang untuk perbaikan terutama di area dasar-dasar
keselamatan. Berdasarkan inilah kemudian Manajemen IBU mencanangkan fokus perbaikan di bidang fundamental safety. Lebih lanjut kemudian
Fundamental Safety Work Practice didefenisikan sebagai 8 elemen dasar
keselamatan. Elemen tersebut adalah Accses Control, Work Permit Nine SWP, Personal Protective Equipment PPE, Standard Operating Procedure SOP,
Job Safety Analysis JSA, Stop Work Authority SWA, Material Safety Data Sheet MSDS
dan Housekeping.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan yang menjadi tanggung jawab bagian Safety Keselamatan adalah : a. Melakukan pembelian barang-barang penunjang keselamatan kerja dan
kesehatan serta lingkungan. b. Melakukan perawatan terhadap alat-alat keselamatan.
c. Melakukan pencegahan kecelakaan melalui perencanaan yang baik. d. Melacak sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan melaporkannya.
e. Melakukan inspeksi. f. Melakukan pelatihan terhadap HES secara berkesinambungan.
4.2.2 Hierarki HES PT Chevron Pacific Indonesia
Hierarki penerapan Health, Environment, and Safety HES berdasarkan regulasiguideline
PT Chevron Pacific Indonesia adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Hierarki Penerapan RegulasiGuideline Health, Environment
, and Safety HES PT Chevron Pacific Indonesia UU
PP Kepmen
Surat Dirjen Surat Dirjen
Chevron Texaco Policy HES CPI Policy
HES Guidelines Standard Operating Procedure SOP
Pelaksanaan di lapangan
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Program Kerja HES PT Chevron Pacific Indonesia
Dalam menjalankan kegiatannya, CPI secara berkesinambungan membuat program-program yang menunjang kegiatan HES. Program ini bertujuan menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan selamat. Dengan program HES ini, cita-cita CPI untuk diakui dunia sebagai perusahaan pelopor kesehatan, keselamatan, kehandalan,
dan efisiensi kerja dapat segera terwujud. Pucuk pimpinan perusahaan memulai langsung program HES dalam bentuk
kunjungan lapangan yang terencana khusus setiap bulan. Kunjungan ini untuk melihat dan mendiskusikan masalah-masalah HES dengan pegawai sekaligus memperlihatkan
dukungan dan komitmen terhadap HES. Para pimpinan tim dan manajer setiap bulan juga melakukan hal yang sama pada fasilitas-fasilitas produksi daerah operasi mereka
masing-masing. Tujuan pelaksanaan program tersebut adalah terjadinya suatu mekanisme role model dari para pucuk pimpinan sehingga menjadi panutan bagi
pegawai di bawahnya, sekaligus menjadi media komunikasi dan tatap muka yang efektif. Dalam proses revisi struktur perusahaan, CPI telah menugaskan insiyur,
spesialis, dan koordinator HES ke dalam setiap unit bisnis. Hal ini bertujuan agar operasi tidak terpisah dari nilai-nilai HES.
Rencana tanggap darurat harus ditinjau kembali oleh proses manajemen secara tepat waktu. Pendidikan dan latihan direncanakan secara periodik dan teratur.
Ini adalah suatu proses yang banyak melibatkan mitra kerja dan orang luar. Maka dari itu, sangat penting komunikasi antar mereka dalam semua tahap dari usaha tanggap
darurat.
Universitas Sumatera Utara
Program K3 yang dilakukan oleh PT CPI Duri sebagai berikut : a. Komunikasi dan Kesadaran
Program ini bertujuan untuk membina kesadaran pegawai, mitra kerja dan masyarakat serta meningkatkan pengetahuan dan komitmen mereka untuk
perbaikan kinerja HES. Program ini merupakan pendorong utama untuk proses- proses kerja lainnya. Kesadaran menghasilkan pengetahuan dan keyakinan untuk
melaksanakan proses-proses besar lainnya. b. Inspeksi Terencana dan Pemeliharaan Pencegahan
Program resmi untuk memeriksa peralatan, fasilitas, perkakas, dan barang-barang serta bagaimana pegawai menggunakannya secara terencana dengan baik.
c. Analisis Tugas Penting dan Prosedur Program resmi untuk mengidentifikasi potensi bahaya dari tugas-tugas penting,
penyusunan prosedur standar, pelaksanaan prosedur di lapangan, pengawasan tugas, dan tinjauan secara berkala untuk perbaikan.
d. Penyelidikan Analisis Kecelakaan dan Insiden Program ini melibatkan pemeriksaan dan analisis kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan, yang mungkin mengakibatkan sakit atau luka kepada manusia, kerusakan properti, dampak lingkungan, terganggunya operasi atau kerugian
lainnya. e. Peraturan Kerja dan Izin Kerja
Peraturan-peraturan yang didokumentasikan untuk membimbing tingkah laku pegawai, tindakan, dan prosedur resmi untuk tugas-tugas penting yang
mengandung potensi tinggi kejadian kerugian.
Universitas Sumatera Utara
f. Alat Pelindung Diri Persyaratan tertulis untuk pemakaian dan perawatan alat pelindung diri untuk
mengendalikan bahaya-bahaya dari pekerjaan. g. Identifikasi Bahaya Terhadap Kesehatan dan Evaluasi
Program-program untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya terhadap kesehatan yang mendasari penyusunan program resmi higiene industri.
h. Rekayasa dan Manajemen Perubahan Program-program resmi dan prosedur untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan
akibat yang dapat ditimbulkan, mengevaluasi resiko dan melaksanakan kontrol secara tepat baik pada fasilitas yang akan dibangun maupun pada fasilitas yang
dirubah, atau pada proses yang dikembangkan maupun yang dirubah. i.
Manajemen Mitra Kerja Prosedur atau sistem resmi berbentuk pelatihan, program sertifikasi, loka karya,
dan inspeksi. Prosedur ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan kerugian yang disebabkan oleh mitra kerja dalam melaksanakan pekerjaan yang
dikehendaki perusahaan. j.
Identifikasi Permasalahan Lingkungan dan Rencana Tindakan Proses-proses resmi untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang
kritis, perkiraan potensi dampak dan perencanaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang termasuk penetapan sasaran kinerja.
k. Pemantauan dan Pemeriksaan Program-progam resmi untuk mengevaluasi kinerja lingkungan. Hal ini
mencakup proses-proses seperti pemantauan, pencatatan peraturan, pembuangan
Universitas Sumatera Utara
air limbah, penanganan limbah, pencemaran atmosfir, pencemaran air tanah, dan program-program perbaikan.
l. Hubungan Luar
Usaha-usaha dan tindakan yang terorganisir untuk mengenali dan memberikan berbagai tanggapan terhadap persoalan dan kepentingan HES yang muncul dan
menjadi kepentingan pemerintah, masyarakat setempat dan umum serta media. Pemantauan berkala dilakukan oleh CPI dengan tujuan untuk mengevaluasi
tingkat pelaksanaan dan efektifitas program yang dilaksanakan. Hal ini dapat dilakukan dengan pencatatan, analisis, pelaporan bulanan, serta komunikasi kepada
pegawai atas tindakan yang mereka lakukan. Tinjauan yang berulang ini memberikan kesempatan terbaik bagi manajemen untuk memenuhi tujuan yang diinginkannya.
Proses audit yang dilaksanakan oleh CPI terdiri dari tiga lapis, yaitu : 1. Audit Internal
Audit internal adalah tinjauan tahunan oleh sebuah tim dalam unit bisnis untuk memantau ketaatan mereka terhadap peraturan, kualitas program inspeksi
terencana internal mereka, dan pelaksanaan temuan dari audit sebelumnya. Alat utama yang dipergunakan adalah daftar periksa check list, protokol dari
korporat, program audit eksternal dan laporan audit sebelumnya. 2. Audit Korporat
Audit korporat adalah tinjauan tahunan oleh sebuah tim korporat terhadap unit bisnis. Audit ini adalah sistem manajemen Health, Environment, dan Safety
HES yang menggunakan protokol yang sama dengan audit sistem manajemen Health, Environment
, dan Safety HES eksternal oleh para pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
3. Audit Eksternal Audit eksternal adalah tinjauan setiap tiga tahun sekali minimal yang dilakukan
oleh pemegang saham atau pihak ketiga. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, program ini berdasarkan Sistem Peringkat Keselamatan Internasional ISRS dan
Sistem Peringkat Lingkungan Internasional IERS yang bersertifikat dari DNV- International. Protokol audit berisikan 27 elemen program. Dari 27 elemen
tersebut, CPI hanya memakai 23 program yang sesuai dan diprioritaskan dalam operasinya. Dari audit sistem manajemen Health, Environment, dan Safety HES
terlihat bahwa semua elemen sistem manajemen Health, Environment, dan Safety HES PT Chevron Pacific Indonesia bisa diukur tingkat pemenuhannya dari
pelaksanaan proses-proses kerja yang berada didalamnya. Disamping program kebijakan di atas, ada beberapa program aktivitas
lainnya yang diterapkan oleh CPI, antara lain : a. Ceramah HES Presentasi-presentasi HES
b. Poster Spanduk-spanduk c. Memo dari senior manajemen memorandum yang berisikan peringatan,
kebijakan dan prosedur dari pimpinan puncak d. Artikel dalam buletin keselamatan
e. Pembicara tamu f. Mendistribusikan pamflet atau bendera
g. Spanduk HES h. Pertandingan atau kompetisi Housekeeping contest, HES cermat cepat, dan
lain sebagainya
Universitas Sumatera Utara
i. Video, film, presentasi pada safety meeting j. Inspeksi atau kunjungan khusus
k. Komunikasi ke luar l. Hari Keluarga
m. Hari Lingkungan n. Bulan K3 Nasional 12 Januari-12 Februari setiap tahun
o. Dasar Budaya Selamat p. Pelatihan K3
q. Pelatihan Kebakaran r. Kursus Mengemudi yang aman
s. Kecakapan peralatan dan operator
4.3 Karakteristik Pekerja Kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia
Duri
Secara umum dapat digambarkan karakteristik individu pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri berdasarkan umur, pendidikan terakhir, dan
masa kerja.
4.3.1 Umur
Tabel 4.1 Distribusi
Pekerja Kontraktor
Menurut Umur
pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Umur Tahun
Frekuensi orang 1
20-39 23
23.7
2 30-39
42 43.3
3 40-49
29 29.9
4
≥ 50 3
3.1
Total
97 100
Universitas Sumatera Utara
Umur terendah pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri adalah 22 tahun dan tertinggi 54 tahun. Data umur dikelompokkan berdasarkan kelas
interval dan diperoleh 4 kelompok umur. Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan umur pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific
Indonesia Duri terbanyak berada pada kelompok umur 30 -39 tahun yaitu sebanyak 42 orang 43,3 , sedangkan umur pekerja kontraktor terendah berada pada
kelompok umur ≥ 50 sebanyak 3 orang 3,1.
4.3.2 Pendidikan Terakhir
Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Kontraktor Menurut Pendidikan Terakhir pada
PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Pendidikan Terakhir
Frekuensi orang
1 SMA
69 71.1
2 STM
17 17.5
3 SMK
7 7.2
4 Diploma
3 3.1
5 Sarjana
1 1.0
Total
97 100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri mempunyai pendidikan terakhir
yaitu SMA sebanyak 69 orang 71,1, STM sebanyak 17 orang 17,5, SMK sebanyak 7 orang 7,2, diploma sebanyak 3 orang 3,1, dan sarjana sebanyak 1
orang 1,0.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Masa Kerja
Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Kontraktor Menurut Masa Kerja pada
PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Masa Kerja Tahun
Frekuensi orang
1 1-5
56 57.7
2 6-10
24 24.7
3 11-15
8 8.2
4 16-20
5 5.2
5 20
4 4.1
Total
97 100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri mempunyai masa kerja 1-5 tahun
yaitu sebanyak 56 orang 57,7 dan masa kerja 20 tahun sebanyak 4 orang 4,1.
4.4 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel independen yaitu program keselamatan dan
kesehatan kerja pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, job safety analysis, standard operating procedure, behavior based safety, stop work authority
, dan alat pelindung diri dan variabel dependen yaitu kecelakaan kerja.
4.4.1 Kecelakaan Kerja
Berdasarkan tabel 4.4 di bawah ini dapat dilihat bahwa dari 97 orang pekerja kontraktor, sebanyak 16 orang 16,5 pernah mengalami kecelakaan kerja selama
bekerja di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia Duri dan 81 orang 83,5 tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific
Indonesia Duri Tahun 2011
No Kecelakaan Kerja
Frekuensi
1 Ya
16 16.5
2 Tidak
81 83.5
Total
97 100
Berdasarkan tabel 4.5 di bawah ini dapat dilihat bahwa dari 16 orang pekerja kontraktor 16,5 yang pernah mengalami kecelakaan kerja selama bekerja di
daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia Duri ternyata jenis kecelakaan kerja yang terbanyak adalah first aid incident sebanyak 10 orang 62,5 dan unsafe
behavior sebanyak 6 orang 37,5.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Jenis Kecelakaan
Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Jenis Kecelakaan Kerja
Frekuensi
1 Fatality
- -
2 LTI
- -
3 TRI
- -
4 First Aid Incident
10 62,5
5 Nearmiss
- -
6 Unsafe Behavior
6 37,5
Total
16 100
Berdasarkan tabel 4.6 di bawah ini dapat dilihat bahwa dari 16 orang pekerja kontraktor yang pernah mengalami kecelakaan kerja selama bekerja di daerah operasi
PT Chevron Pacific Indonesia Duri sebanyak 7 orang 43,8 mendapat luka pada jari-jari tangan, 3 orang 18,8 mendapat luka pada pergelangan tangan 18,8,
3 orang 18,8 pada kaki, dan 2 orang 12,5 mendapat luka pada mata.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Letak Luka pada
PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Letak Luka
Frekuensi
1 Mata
2 12.5
2 Pergelangan Tangan
3 18.8
3 Jari-jari Tangan
7 43.8
4 Kaki
3 18.8
5 Lain-lain
1 6.2
Total
16 100
Berdasarkan tabel 4.7 di bawah ini dapat dilihat bahwa dari 16 orang pekerja kontraktor yang pernah mengalami kecelakaan kerja selama bekerja di daerah operasi
PT Chevron Pacific Indonesia Duri sebanyak 8 orang 50 disebabkan karena lain- lain seperti tergores, tertokok, dan sikap ergonomi, terjepit sebanyak 5 orang 31,2,
terjatuh sebanyak 2 orang 12,5, dan tertimpa benda jatuh sebanyak 1 orang 6,2.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Penyebab
Kecelakaan pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Penyebab Kecelakaan
Frekuensi
1 Terjatuh
2 12.5
2 Tertimpa benda jatuh
1 6.2
3 Terjepit
5 31.2
4 Lain-lain
8 50.0
Total
16 100
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4.4.2.1 Standard Operating Procedure
Berdasarkan tabel 4.8 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan program standard operating procedure
pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 89,7.
Tabel 4.8 Distribusi
Frekuensi Standard
Operating Procedure
pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Standard Operating Procedure
Frekuensi
1 Baik
87 89,7
2 Tidak baik
10 10,3
Total
97 100
4.4.2.2 Job Safety Analysis
Berdasarkan tabel 4.9 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan program
job safety analysis pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk dalam kategori
baik yaitu sebesar 90,7.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi
Job Safety Analysis pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Job Safety Analysis
Frekuensi
1 Baik
88 90,7
2 Tidak baik
9 9,3
Total
97 100
4.4.2.3 Stop Work Authority
Berdasarkan tabel 4.10 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan program stop work authority pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk
dalam kategori baik yaitu sebesar 85,6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Stop Work Authority pada PT Chevron Pacific
Indonesia Duri Tahun 2011 No
Stop Work Authority Frekuensi
1 Baik
83 85,6
2 Tidak baik
14 14,4
Total
97 100
4.4.2.4 Alat Pelindung Diri
Berdasarkan tabel 4.11 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan program alat pelindung diri pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk dalam
kategori baik yaitu sebesar 86,6. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Alat Pelindung Diri pada PT Chevron Pacific
Indonesia Duri Tahun 2011 No
Alat Pelindung Diri Frekuensi
1 Baik
84 86,6
2 Tidak baik
13 13,4
Total 97
100
4.4.2.5 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan tabel 4.12 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk
dalam kategori baik yaitu sebesar 87,6.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Pelatihan K3
Frekuensi
1 Baik
85 87,6
2 Tidak baik
12 12,4
Total
97 100
Universitas Sumatera Utara
4.4.2.4 Behavior Based Safety
Berdasarkan tabel 4.11 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan program behavior based safety pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk
dalam kategori baik yaitu sebesar 88,7.
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Behavior Based Safety pada PT Chevron
Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No
Behavior Based Safety Frekuensi
1 Baik
86 88,7
2 Tidak baik
11 11,3
Total
97 100
4.5 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen yaitu program keselamatan dan kesehatan kerja pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja, job safety analysis, standard operating procedure, behavior based safety, stop work authority
, dan alat pelindung diri dengan variabel dependen yaitu kecelakaan kerja.
4.5.1 Hubungan Pelaksanaan
Standard Operating Procedure dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dengan adanya pelaksanaan standard operating procedure
yang baik sebanyak 87 orang 89,7 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan 10 orang 10,3 pekerja
kontraktor pernah mendapatkan kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Hubungan Pelaksanaan Standard Operating Procedure dengan
Terjadinya Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Standard
Operating Procedure
Kecelakaan Kerja Total
p-Value ya
tidak n
n n
1 Baik
6 6,2
81 83,5
87 89,7
0,000 2
Tidak baik 10
10,3 10
10,3
Total
16 16,5
81 83,5
97 100
Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan standard operating procedure
dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan standard
operating procedure dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific
Indonesia Duri terbukti.
4.5.2 Hubungan Pelaksanaan
Job Safety Analysis dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa dengan adanya pelaksanaan job safety analysis
yang baik di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia Duri sebanyak 81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan
kerja dan dari 9 orang 9,3 pekerja kontraktor sebanyak 9 orang 9,3 pernah mendapatkan kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15 Hubungan Pelaksanaan
Job Safety Analysis dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri
Tahun 2011
No Job Safety
Analysis Kecelakaan Kerja
Total p-Value
ya tidak
n n
n
1 Baik
7 7,2
81 83,5
88 90,7
0,000 2
Tidak baik 9
9,3 9
9,3
Total
16 16,5
81 83,5
97 100
Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan job safety analysis dengan
terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan job safety
analysis dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri
terbukti.
4.5.3 Hubungan Pelaksanaan
Stop Work Authority dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa dengan adanya pelaksanaan
stop work authority
yang baik, dari 83 orang 85,6 pekerja kontraktor sebanyak 81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan 14
orang 14,4 pekerja kontraktor pernah mendapatkan kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Hubungan Pelaksanaan Stop Work Authority dengan Terjadinya
Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Stop Work
Authority Kecelakaan Kerja
Total p-Value
ya tidak
n n
n
1 Baik
2 2,1
81 83,5
83 85,6
0,000 2
Tidak baik 14
14,4 14
14,4
Total
16 16,5
81 83,5
97 100
Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan pelaksanaan stop work authority
dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan stop work
authority dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia
Duri terbukti.
4.5.4 Hubungan Pelaksanaan Alat Pelindung Diri dengan Terjadinya
Kecelakaan Kerja
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa dengan adanya pelaksanaan alat pelindung diri yang baik, dari 84 orang 86,6 pekerja kontraktor sebanyak
81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan 13 orang 13,4 pekerja kontraktor pernah mendapatkan kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17 Hubungan Pelaksanaan Alat Pelindung Diri dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri
Tahun 2011
No Alat
Pelindung Diri
Kecelakaan Kerja Total
p-Value ya
tidak n
n n
1 Baik
3 3,1
81 83,5
84 86,6
0,000 2
Tidak baik 13
13,4 13
13,4
Total
16 16,5
81 83,5
97 100
Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan alat pelindung diri dengan
terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan alat
pelindung diri dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri terbukti.
4.5.5 Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa dari 78 pekerja kontraktor yang mendapat pelatihan K3 yang baik sebanyak 81 orang 83,5 pekerja
kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan dari 12 orang 12,4 pekerja kontraktor yang tidak mendapat pelatihan K3 sebanyak 12 orang 12,4
pernah mendapatkan kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18 Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Pelatihan K3 Kecelakaan Kerja
Total p-Value
ya tidak
n n
n
1 Baik
4 4,1
81 83,5
85 87,6
0,000 2
Tidak baik 12
12,4 12
12,4
Total
16 16,5
81 83,5
97 100
Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelatihan K3 dengan terjadinya kecelakaan
kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dengan
terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri terbukti.
4.5.6 Hubungan Pelaksanaan
Behavior Based Safety dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa dengan adanya pelaksanaan
behavior based safety yang baik, dari 86 orang 88,7 pekerja kontraktor sebanyak
81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan 11 orang 11,3 pekerja kontraktor pernah mendapatkan kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19 Hubungan Pelaksanaan Behavior Based Safety dengan Terjadinya
Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
No Behavior
Based Safety Kecelakaan Kerja
Total p-Value
ya tidak
n n
n
1 Baik
5 5,2
81 83,5
86 88,7
0,000 2
Tidak baik 11
11,3 11
11,3
Total
16 16,5
81 83,5
97 100
Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan behavior based safety dengan
terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan behavior
based safety
dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri terbukti.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Pekerja Kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia
Duri 5.1.1 Umur
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa frekuensi umur pekerja kontraktor paling banyak berada pada kelompok umur 30-39 sebanyak 42 orang
43,3 kemudian diikuti kelompok umur 40 –49 sebanyak 29 orang 29,9 dan
umur 20-39 sebanyak 23 orang 23,7. Mayoritas pekerja kontraktor berada pada umur 30-39, hal ini berarti bahwa pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific
Indonesia Duri termasuk kelompok usia produktif dan dewasa. Pada usia produktif seorang pekerja akan lebih mudah untuk memahami pentingnya penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja sehingga pekerja tersebut akan berusaha untuk selamat saat bekerja.
Menurut Siregar 2005 yang menyatakan bahwa ternyata pekerja golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah
dibandingkan pekerja golongan umur tua. Hal ini disebabkan karena pekerja golongan umur muda mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi dalam menghadapi
pekerjaan, sedangkan pekerja golongan umur tua lebih mudah untuk melakukan kecerobohan atau kelalaian terhadap pekerjaan yang mereka hadapi walaupun mereka
telah memiliki pengalaman kerja yang banyak.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2 Pendidikan Terakhir
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan para pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tergolong bervariasi, dimana
pekerja yang berpendidikan paling banyak adalah pekerja yang berpendidikan SMA sebanyak 69 orang 71,1, STM sebanyak 17 orang 17,5, SMK sebanyak 7
orang 7,2, diploma sebanyak 3 orang 3,1, dan sarjana sebanyak 1 orang 1,0. Seorang pekerja kontraktor dengan pendidikan sarjana akan memiliki
kemampuan berpikir dan bekerja yang lebih efektif daripada pekerja kontraktor dengan pendidikan SMA.
Pada dasarnya pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek
maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Namun pada dasarnya pekerjaan yang dilakukan lebih
membutuhkan pengalaman bekerja daripada pendidikan formal yang didapatkan.
5.1.3 Masa Kerja
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa masa kerja para pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri paling banyak berada pada
kelompok 1 –5 tahun sebanyak 56 orang 57,7 dan 6–10 tahun sebanyak 24 orang
24,7 dan kelompok 11-15 sebanyak 8 orang 8,2. Dengan masa kerja yang tergolong cukup lama diharapkan semua pekerja kontraktor telah mengenal
lingkungan kerja serta potensial bahaya yang terdapat didalamnya sehingga dapat menyelesaikan setiap pekerjaan dengan selamat.
Universitas Sumatera Utara
Masa kerja di tempat kerja yang bersangkutan berhubungan dengan pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan. Untuk itu, pengalaman kerja
yang sedikit terutama di perusahaan yang beresiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadinya kecelakan
kerja.
5.2 Kecelakaan Kerja
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 97 pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri khususnya daerah HOOU dapat diketahui bahwa
sebanyak 16 orang 16,5 pekerja kontraktor pernah mengalami kecelakaan kerja dan 81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.
Jenis kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri yang paling banyak terjadi adalah first aid incident sebanyak 10 orang 62,5 dan unsafe
behavior sebanyak 6 orang 37,5. First aid incident adalah kecelakaan kerja yang
menyebabkan cedera, membutuhkan pertolongan pertama P3K, dan tidak menyebabkan hilangnya hari kerja. Hasil penelitian pada PT Chevron Pacific
Indonesia Duri khususnya daerah HOOU menunjukkan bahwa first aid incident yang paling banyak terjadi adalah tergores. Unsafe behavior adalah kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh perilaku tidak aman pada saat bekerja dan tidak menyebabkan hilangnya hari kerja.
Berdasarkan hasil penelitian pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri sebanyak 16 orang pekerja kontraktor yang pernah mendapat kecelakaan kerja,
sebanyak 7 orang 43,8 mendapat luka pada jari-jari tangan, 3 orang 18,8 masing-masing mendapat luka pada pergelangan tangan dan kaki, 2 orang 12,5
Universitas Sumatera Utara
mendapat luka pada mata dan 1 orang 6,2 mendapat luka pada pinggang. Pekerja kontraktor yang mendapat luka pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, dan kaki
disebabkan karena kurang berhati-hati dan lalai saat bekerja. Hal ini menyebabkan pekerja kontraktor tidak lagi memperhatikan bahaya yang ada disekitar mereka
sehingga mudah untuk terjatuh, terjepit maupun tertimpa benda jatuh saat bekerja. Pekerja kontraktor yang mendapat luka pada mata disebabkan karena terkena
gramserbuk gerinda saat melakukan proses menggerinda. Penggunaan alat pelindung diri yang kurang baik khususnya kaca mata menjadi penyebab terjadinya kejadian ini.
Oleh karena itu diperlukan pengawasan yang lebih baik dari pengawas lapangan terhadap penggunaan alat pelindung diri yang lengkap oleh pekerja kontraktor saat
bekerja. Sedangkan untuk pekerja kontraktor yang mendapat luka pada pinggang disebabkan oleh sikap ergonomi yaitu posisi yang salah pada saat melakukan
pengangkatan sementara beban yang diangkat tidak berat. Kurangnya pembinaan tentang ergonomi saat bekerja menjadi salah satu penyebab terjadinya kejadian ini.
Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan dan menekankan tentang pentingnya ergonomi saat bekerja khususnya kepada pekerja kontraktor di bagian fabrication.
5.3 Hubungan Pelaksanaan