Teknik Analisis Data Kecelakaan Kerja

Pengukuran variabel pelatihan K3 didasarkan dari 3 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaba n “ya” diberi skor 1 dan “tidak” diberi skor 0, kemudian variabel pelatihan K3 dikategorikan menjadi : 3. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75 jumlah skor 3 4. Tidak baik, jika responden memperoleh skor ≤ 75 jumlah skor 1-2 Pengukuran variabel behavior based safety didasarkan dari 4 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” diberi skor 1 dan “tidak” diberi skor 0, kemudian variabel behavior based safety dikategorikan menjadi : 1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75 jumlah skor 3-4 2. Tidak baik, jika responden memperoleh skor ≤ 75 jumlah skor 1-2

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup : 1. Analisis Univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel- variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi. 2. Analisis Bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel independen program K3 dengan dependen kecelakaan kerja menggunakan Uji Chi-Square p 0,05 Budiarto, 2002. Rumus uji statistik Chi Square yang digunakan : Keterangan : O Observed : Nilai hasil pengamatan E Expected : Nilai ekspektasi Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL

4.1 Gambaran Umum PT Chevron Pacific Indonesia

4.1.1 Sejarah PT Chevron Pacific Indonesia

PT Chevron Pacific Indonesia CPI merupakan salah satu unit usaha perusahaan minyak Amerika yaitu Chevron Corporation yang berada di bawah unit bisnis wilayah IndoAsia Business Unit IBU. PT Chevron Pacific Indonesia resmi berganti nama dari PT Caltex Pacific Indonesia sejak Oktober 2005. Sejarah CPI berawal dari upaya pencarian minyak oleh tim geologi Chevron Corporation yang dipimpin oleh Emerson M. Butterworth di daerah Sumatera, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan wilayah Papua pada bulan Maret 1924. Tim tersebut bernama Standard Oil Company of California SOCAL. Tahun 1930, pemerintah Hindia Belanda menyetujui permintaan SOCAL untuk memperoleh hak eksplorasi dengan cara menunjuk SOCAL sebagai minority partner dari suatu perusahaan yang didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada bulan Juni 1930 dengan nama NV Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij NPPM untuk melakukan eksplorasi di Papua. Tahun 1935, NPPM menerima tawaran untuk mengeksplorasi daerah di Sumatera Bagian Tengah seluas 600.000 ha. Daerah tersebut belum layak di eksplorasi dan dianggap kurang memberikan keuntungan. Pada bulan Juli 1936, Chevron dan TEXACO Inc. mendirikan kelompok perusahaan minyak bersama yang tawaran pemerintah Hindia Belanda tersebut, Caltex mendapatkan kontrak di Propinsi Riau. Universitas Sumatera Utara Pada bulan Juni 1937 dilakukan eksplorasi geofisika. Setelah itu dilakukan pengeboran perdana pada area Kubu-1 1938-April 1939 dan diperoleh adanya indikasi gas di Rantau Bais. Daerah-daerah migas yang ditemukan adalah : 1. Sebanga Agustus 1936 sebagai sumur perdana 2. Rantau Bais November 1940 3. Duri 1941 Tanggal 2 April 1941 ditandatangani kontrak 5A untuk daerah Rokan I dengan pemasangan mercubor pertama di Minas1. Pada saat itu, pemerintah Indonesia diduduki oleh Jepang dan terjadi Perang Dunia II yang menyebabkan terhentinya seluruh kegiatan eksplorasi minyak dan meninggalkan peralatan pengeboran seharga US 1 juta. Tahun 1944, tentara Jepang menyelesaikan pengeboran eksplorasi Minas1 pada lokasi yang sebelumnya dipilih dan dipersiapkan oleh Caltex dengan memanfaatkan peralatan yang ditinggalkan sebelumnya. Ini merupakan satu-satunya sumur WILDCAT di Indonesia selama Perang Dunia II dengan kedalaman minyak 2623 ft 787,5 m. Setelah Perang Dunia II 1957, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk menasionalisasikan perusahaan penghasil minyak di Indonesia yang dimilik oleh Belanda. Secara tidak langsung keputusan itu mengancam kedudukan Caltex sebagai salah satu perusahaan penghasil minyak asing terbesar di Indonesia. Pada tahun 1950-an Caltex telah menginvestasikan modalnya lebih dari US 50 juta di Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan adanya temuan ladang minyak di Minas yang terbukti memiliki potensi sebagai penghasil minyak terbesar di dunia. Menjelang tahun 1958, produksi minyak Caltex telah mencapai 200.000 barelhari. Universitas Sumatera Utara Tanggal 20 April 1952, Menteri Perekonomian, Sumanang SH meresmikan selesainya proyek pengembangan lapangan Minas yang ditandai dengan Pengapalan Pertama Minas Crude Oil dari Perawang menuju Pakning di Selat Malaka untuk selanjutnya diekspor ke pasar dunia. Tahun 1957 dimulai proyek perluasan pertama meliputi pengembangan lapangan Duri, pembangunan jalan raya dan pemasangan pipa saluran minyak dari Minas melintasi rawa ke Dumai. Tanggal 5 Juni 1958, Menteri Perindustrian, Ir. F.J Inkiriwang meresmikan proyek yang mencakup pengembangan stasiun-stasiun pengumpul, stasiun pompa pusat di Duri, kompleks perumahan, dan perbengkelan di Duri dan Dumai. Sejak itu, Caltex mulai mengekspor hasil melalui Dumai. Bersamaan dengan pelaksanaan proyek perluasan pertama, Jembatan Ponton yang melintasi Sungai Siak dan menghubungkan Pekanbaru dengan Rumbai pun diselesaikan. Jembatan Siak merupakan jalan lintas pulau yang pertama di Sumatera yang merentang sepanjang 500 km dari Padang ke Dumai. Upaya menasionalisasikan perusahaan minyak asing di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 44 tahun 1960. Berdasarkan undang-undang tersebut, ditetapkan bahwa semua kegiatan penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia hanya dilakukan oleh perusahaan minyak Negara PERTAMINA. Pada tahun 1963, Caltex menjadi badan hukum di Indonesia dengan pemilikan saham masing-masing 50 SOCAL dan 50 TEXACO. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1970, dimulai proyek perluasan kedua yaitu penegembangan Lapangan Bangko dan Batang. Dengan berlakunya Undang-Undang No. 44 tahun 1960, maka wilayah NPPM yang disebut Rokan I Block dan Rokan II Block seluas 9.030 km² dikembalikan kepada pemerintah Republik Indonesia dan kegiatan NPPM kemudian dilanjutkan oleh Caltex. Bulan September 1963, Caltex memperoleh ratifikasi DPR RI dalam Perjanjian Karya antara Caltex dengan perusahaan Negara Pertamina yang meliputi Rokan I dan III. Pada tahun 1968 ditambahkan empat area baru yaitu Sebanga, Minas Tenggara, Libo Tenggara, dan Libo Barat Laut sehingga luas kerja Caltex seluruhnya mejadi 9.898 km². Sejak 1983 Caltex berstatus sebagai Kontraktor Bagi Hasil KPSProduction Sharing Contract PSC yang beberapa wilayah kosesinya akan berakhir di tahun 2021. Saat ini kegiatan Caltex di Propinsi Riau meliputi kawasan sekitar 31.700 km². Pada bulan Oktober 2005, terjadi penggabungan Merger antara Chevron dengan Unocal, PT Caltex Pacific Indonesia resmi berganti nama menjadi PT Chevron Pacific Indonesia.

4.1.2 Lokasi dan Daerah Operasi

Daerah kerja PT Chevron Pacific Indonesia CPI yang pertama bernama Kanggaroo terletak di Kabupaten Bengkalis dengan luas hampir 10.000 km². Selain mengeksplorasi daerahnya sendiri, perusahaan ini juga bertindak sebagai operator bagi CalastiaticChevron dan TopcoTexaco CT. Berdasarkan Perjanjian Karya pada Bulan September 1963, ditandatangani Perjanjian CT yang pertama untuk jangka waktu 30 tahun yang meliputi empat daerah seluas 12.328 km² dan dikenal Universitas Sumatera Utara dengan Blok A, B, C, dan D. Setelah mendapat tambahan daerah seluas 4.300 km² maka pada tahun 1968 sebagian Blok A, sebagian Blok D, dan seluruh Blok C diserahkan pada pemerintah Republik Indonesia. Pengembalian daerah-daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978 sehingga tersisa 8.314 km². Pada bulan Agustus 1971, CT menandatangani Perjanjian Coastal Plains Pekanbaru Block seluas 21.975 km², kemudian bulan Januari 1975, CT menandatangani Perjanjian Mountain Front Kuantan Block seluas 6.865 km². Setelah dilakukan pengembalian beberapa bagian daerah kerja secara bertahap, sekarang Coastal Plain Pekanbaru tinggal 9.996 km². Antara tahun 1979 hingga 1991, CT menandatangani lima perjanjian lagi, yaitu : 1. Tahun 1979, Perjanjian Patungan Joint Venture dengan Pertamina Jambi Selatan Blok B seluas 5.826 km² telah dikembalikan seluruhnya tahun 1988. 2. Tahun 1981, KPS Singkarak Blok seluas 7.163 km² di Sumatera Barat telah dikembalikan seluruhnya pada Juni 1984. 3. Tahun 1981, KPS Langsa Blok seluas 7.080 km² di Selat Malaka Lepas Pantai Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh dikembalikan seluruhnya pada Mei 1986. 4. Tahun 1991, KPS Nias Blok seluas 16.116 km². 5. Tanggal 28 November 1993, Perpanjangan Kontrak Karya ke dalam bentuk KPS untuk Siak Blok seluas 8.314 km² yang berlaku selama 20 tahun. Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka CPI membagi lokasi daerah operasi menjadi 5 distrik, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Distrik Jakarta sebagai Pusat Administrasi keseluruhan. 2. Distrik Rumbai sebagai Pusat Kerja Administrasi Wilayah Operasi CPI. 3. Distrik Minas sebagai daerah operasi produksi minyak sekitar 30 km dari Distrik Rumbai. 4. Distrik Duri sebagai daerah operasi produksi minyak sekitar 112 km dari distrik Rumbai 5. Distrik Dumai sebagai tempat pelabuhan untuk pengapalan minyak mentah sekitar 184 km dari Distrik Rumbai.

4.1.3 Bahan Baku dan Produk

CPI secara bisnis bergerak di bidang eksploitasi minyak bumi. Cakupan eksploitasi tersebut mulai dari evaluasi kandungan reservoir hingga memproduksinya dari dalam perut bumi. Produk yang dihasilkan oleh CPI adalah minyak mentah yang dipasarkan di beberapa negara untuk pengolahan lebih lanjut.

4.1.4 Kegiatan Operasi 1.

Kegiatan Eksplorasi Kegiatan seismik secara intensif di Riau mulai dilaksanakan setelah NPPM memperoleh hak eksplorasi pada tahun 1953. Kegiatan tersebut dilakukan di daerah- daerah sepanjang aliran Sungai Rokan. Berdasarkan hasil penyelidikan geologik pada tahun 1936 dan 1937 ditemukan bahwa cadangan minyak yang potensial berada di wilayah yang lebih ke selatan. Oleh karena itu, Caltex mengubah daerah kerjanya kea rah selatan sehingga daerah tersebut berbentuk seperti seekor kangguru menghadap barat. Universitas Sumatera Utara Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologik, pengeboran sumur, dan penelitian seismik. Pada tahun 1941 hingga 1973, penelitian seismik dilakukan dengan cara pengeboran pada lokasi-lokasi yang terpencar-pencar dengan kedalaman seluruhnya 26.208 ft 7.862,4 m. Tahun 1938 mulai dilakukan pengeboran eksplorasi di Kubu, namun tidak terdapat indikasi adanya minyak. Tahun 1938 hingga 1944 sembilan sumur eksplorasi berhasil diselesaikan dengan temuan di tiga tempat yakni gas di Sebanga serta minyak di Duri dan Minas. Temuan gas di Sebanga merupakan tonggak sejarah terpenting bagi eksplorasi perminyakan di bagian Tengah Pulau Sumatera. Setelah Perang Dunia II, Caltex mengembangkan temuannya di Minas dan melanjutkan program eksplorasinya. Enam sumur pengembangan berhasil diselesaikan pada waktu itu. Tahun 1951, penelitian geologik dan pemetaan-pemetaan mulai dilakukan di seluruh daerah kerja kemudian dilanjutkan dengan pengeboran eksplorasi dan penelitian geofisika pada tahun 1955. Pada tahun 1968 Caltex memanfaatkan helikopter untuk mendukung kegiatan pengeboran seismik dan eksplorasi. Transportasi itu berhasil mengurangi secara drastis hambatan yang dihadapi. Hambatan tersebut khususnya dalam penyediaan suplai angkutan tenaga kerja untuk penelitian geofisik. Sumur-sumur yang dibor sejak tahun 1968 hingga 1990 menghasilkan banyak temuan baru. Pengeboran eksplorasi telah menghasilkan 119 temuan minyak atau gas. Tahun 1989 ditemukan temuan utama di lapangan Rintis dan Jingga di daerah KPS Mountain Front-Kuantan yang menjadi daerah-daerah produksi baru sekaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Hingga kini CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km² data seismik, 56.000 km² diantaranya berada di daerah Riau daratan. Kegiatan operasi pencarian ladang minyak baru sudah tidak lagi gencar dilakukan. Kegiatan yang terus dilakukan adalah meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada Enhanced Oil Recovery atau EOR. Kegiatan tersebut didukung dengan teknologi maju dan peralatan serta perlengkapan yang mutakhir di bidang eksplorasi. Dewasa ini CPI menggunakan mercu bor untuk pengeboran eksplorasi dan pengembangan.

2. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur- sumur hasil kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa. Jumlah produksi akumulatif satu miliar barel dicapai pertama kali setelah 17 tahun berproduksi, yaitu pada tanggal 4 Mei 1969 di lapangan Minas. Lapangan Minas menjadi lapangan raksasa pertama di Asia di sebelah timur Iran dan ke-22 di dunia. Pada akhir tahun 1990, jumlah produksi Caltex mencapai tujuh miliar barel yang berasal dari 3.237 sumur yang tersebar di 96 lapangan produksi, lebih dari tiga miliar barel diantaranya berasal dari lading produksi Minas. Oleh negara-negara industri, Minas crude oil digemari karena kadar belerangnya sangat rendah. Selama tahun 1951-1956, walaupun pengeboran eksplorasi menghasilkan tujuh temuan, namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri karena iklim politik RI pada saat itu tidak mendukung penanaman modal. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus menurun, diantaranya yang dilakukan adalah : Universitas Sumatera Utara a. Menginjeksi air water flooding yang dilakukan di distrik Bekasap. b. Menginjeksi air panas hot water flooding yang dilakukan di distrik Minas dan Zamrud. c. Menginjeksi uap air steam flooding yang dilakukan di distrik Duri. Program penyuntikan air water flooding di Lapangan Minas dimulai tahun 1970. Air yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikkan kembali ke dalam tanah sebanyak tiga juta barel sehari. Proses injeksi air lainnya dilaksanakan di Lapangan Kota Batak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-rata 32.000 barel sehari. Sementara itu, Enchanced Oil Recovery EOR terus dikembangkan dengan tujuan memungkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil dengan metode primer, memperbaiki faktor perolehan, dan menahan merosotnya laju produksi lapangan-lapangan yang mulai menua. Tahun 1981, Caltex mulai menerapkan penyuntikan uap panas steam flood di seluruh lapangan Duri atau Duri Steam Flood DSF yang telah dilakukan secara terpola. Penyuntikan uap di area satu kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April 1985, area dua seluas 247 hektar sejak 1986, area tiga seluas 1.457 hektar pada tahun 1987, dan pembangunan sarana produksi di area empat seluas 1.140 hektar. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 3 Maret 1990 yang merupakan proyek sejenis terbesar di dunia dengan menggunakan teknologi maju dan pertama di Indonesia. Saat ini di area tiga dan empat sedang berlangsung sistem produksi penginjeksian dengan pola tujuh titik seven spot pattern dimana satu sumur injeksi dikelilingi oleh enam sumur produksi. Universitas Sumatera Utara Total seluruh area produksi ini mencapai 6.600 ha. Daerah ini akan dikembangkan secara bertahap menjadi belasan area dengan luas masing-masing 100-600 ha. Di ladang minyak Duri, metode injeksi uap Steam Flood dapat menghasilkan 50-70 minyak mentah, hasil produksi ini jauh lebih banyak daripada mempergunakan metode normal yang hanya mampu menghasilkan 5-20 minyak mentah. Hal ini yang mempengaruhi produksi di ladang minyak Duri. Akhir tahun 1990 Duri Steam Flood mampu memproduksi minyak mentah melebihi produksi minyak California Steam Flood Field, Kern River dan Belridge. Hal ini membuat Duri menjadi ladang dari Steam Flood proyek injeksi uap terbesar di dunia. Proyek Duri Steam Flood ini memiliki tujuan untuk memaksimalkan produksi minyak mentah di ladang Duri, kemudian dijual ke pasaran melalui pelabuhan yang ada di Dumai. Menurut penelitian, ladang Duri memiliki 6,5 miliar barel minyak.

4.1.5 Sarana Penunjang Operasi

Sarana-sarana penunjang operasi PT Chevron Pacific Indonesia antara lain : a. Pembangkit tenaga listrik di Duri, Central Duri, dan Minas 21 generator turbin gas berkapasitas 390 MW, serta saluran transmisi dan distribusi listrik sepanjang 1.300 km dengan menggunakan sistem Hotline Maintenance yang memungkinkan dilakukannya perbaikan pada saluran-saluran listrik tegangan tinggi tanpa memutuskan aliran listrik. b. Empat buah dermaga khusus Dumai dua diantaranya mampu melayani kapal- kapal tangki berbobot mati 150.000 ton. c. Kompleks tangki penyimpanan dengan kapasitas 5,8 juta barel. Universitas Sumatera Utara d. Dua jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 90 cm dan 75 cm pada jalur Minas-Dumai dan Bangko-Dumai. e. Saluran Microwave UHF yang menghubungkan ke empat listrik, serta suatu system telepon dan komunikasi radio HFVHFUHF untuk seluruh kegiatan lapangan. f. Pemanfaatan empat saluran Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa untuk hubungan dengan kantor di Jakarta. g. Layanan teleks dan elektronik mail antara Dumai-Rumbai-Jakarta dengan perusahaan pemegang saham dan perusahaan-perusahaan afiliasi di seluruh dunia melalui Satelit Palapa dan Intelsat. h. Pada akhir tahun 1968, CPI memasang unit pengolah data elektronik yang pertama berupa komputer IBM 360 Model 30 dengan core capacity 64 Kbytes untuk memenuhi tuntutan tersedianya sarana informasi yang akurat dan cepat, serta adanya sistem pengendalian yang efektif dalam segala segi. i. Dumai Remote Entry Shipping System DRESS merupakan On-Line Teleprocessing yang pertama diterapkan CPI. DRESS digunakan untuk mengelola pengisian dan pemompaan tangki penyimpanan, mengatur kapal tangki di Dumai, serta menyusun, membuat, dan menghasilkan dokumen teleprocessing untuk Crude Movement, Storage, and Shipping. j. Jaringan computer yang terdiri dari IBM S390, MicroVax, IBM AS400, Servers dan Workstations. Universitas Sumatera Utara k. Sistem komputer Windows Vista Enterprise SP II Processor Inter Core Duo. Perangkat komputer ini bisa menghubungkan informasi secara langsung dengan semua komputer perusahaan di bawah Chevron Corporation di seluruh dunia.

4.1.6 Sumber Daya Manusia

PT Chevron Pacific Indonesia CPI memiliki lebih dari 6000 tenaga kerja yang 98 diantaranya berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1966, CPI telah dipimpin oleh orang Indonesia. CPI telah melaksanakan proses alih teknologi dan alih keterampilan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu pelatihan, pertukaran gagasan, dan proses komunikasi antara tenaga kerja Indonesia dan tenaga asing. Program pengembangan sumber daya manusia untuk karyawan adalah kursus keahlian dasar yang terdiri dari latihan bahasa Inggris dan latihan teknik yang meliputi latihan kejuruan di berbagai bidang serta program pengembangan manajemen dan latihan khusus untuk karyawan senior. Sejumlah tenaga kerja Indonesia tingkat menengah ke atas mengikuti training sambil bekerja di Amerika Serikat setiap tahunnya. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja Indonesia agar mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar tenaga kerja Indonesia siap menerima peralihan teknologi maju. CPI juga memberikan kesempatan kepada setiap karyawan untuk mengikuti latihan dan pengembangan karir secara terus menerus. Inti dari filsafat CPI adalah investasi dalam sumber daya manusia. Universitas Sumatera Utara

4.1.7 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Dasar

Pada bulan Januari 1992, diadakan sarasehan dengan melibatkan semua jajaran manajemen PT Chevron Pacific Indonesia yang bertujuan mematangkan visi, misi, dan nilai-nilai yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Visi CPI adalah “Diakui sebagai sebuah perusahaan kelas dunia yang bertekad untuk mencapai tingkat yang sempurna”. Untuk diakui sebagai perusahaan kelas dunia, CPI melakukan apa yang disebut Continous Quality Improvement perbaikan kualitas yang berkesinambungan. Sedangkan misi CPI yang telah dicanangkan adalah “Sebagai mitra usaha Pertamina, PT. Chevron Pacific Indonesia secara efektif akan mencari dan mengembangkan sumber daya minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan bangsa Indonesia dan kepentingan pemegang saham”. Enam nilai pokok yang harus dijunjung tinggi segenap pimpinan dan karyawan CPI adalah : 1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku. 2. Menjunjung standar etika yang paling tinggi 3. Memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga. 4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor, dan keluarganya. 5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan masyarakat. 6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah hidup. Universitas Sumatera Utara

4.1.8 Organisasi PT Chevron Pacific Indonesia

Sejak tanggal 11 Maret 1995, PT Chevron Pacific Indonesia memberlakukan struktur organisasi baru yaitu dari bentuk departemen menjadi Strategic Bussiness Unit SBU yang bersifat tim kerja, sehingga dalam perusahaan seakan-akan ada perusahaan kecil. Dalam Strategic Bussiness Unit SBU ini dibentuk unit-unit yang beranggotakan orang-orang dengan displin ilmu dan keahlian tertentu. Setiap anggota per unit diarahkan pada kerja sama tim sebagai suatu kelompok kerja. Oleh karena itu, setiap unit memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan bisnis sendiri. Dengan manajemen sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi makin besar desentralisasi sehingga diharapkan tercipta sistem klerja yang efektif. Struktur organisasi CPI diubah kembali pada tahun 2005. Sejak saat itu, kepemimpinan CPI dipegang oleh seorang President Director yang berkedudukan di Jakarta, sedangkan kepemimpinan di Sumatera dipegang oleh seorang Managing Director.

4.1.9 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja

Fasilitas yang disediakan CPI untuk kesejahteraan karyawannya antara lain : 1. Tunjangan khusus yang besarnya sesuai dengan daerah kerja dan golongan pekerja. Sifat tunjangan khusus ini bukan merupakan unsur upah pokok. 2. Tunjangan khusus Batam. Tunjangan ini diberikan apabila pekerja dipindahkan secara permanen dan bertempat tinggal di Pulau Batam. Sifat tunjangan ini bukan merupakan unsur dari upah pokok dan besarnya sebagian dari upah pokok. Universitas Sumatera Utara 3. Fasilitas angkutan atau kendaraan dari perusahaan yang dipergunakan untuk pergi dan pulang dari kantor ke tempat tinggal. 4. Bantuan pengganti biaya angkutan kecuali pekerja yang memperoleh fasilitas angkutankendaraan dari perusahaan. 5. Fasilitas perumahan bagi semua golongan pekerja. 6. Bantuan pengganti biaya perumahan bagi pekerja yang belum mendapat fasilitas perumahan karena terbatasnya fasilitas perumahan perusahaan yang ada atau kepada pekerja yang atas permintaannya tinggal di luar fasilitas perumahan. 7. Perusahaan akan memberikan bantuan biaya pemeliharaan secara bersih setiap bulan menurut kelas upah pekerja kepada pekerja yang sudah mengambil fasilitas pinjaman kepemilikan rumah dari perusahaan dan tidak menempati rumah perusahaan. 8. Tunjangan Hari Raya Keagamaan. 9. Jaminan selama pekerja sakit. 10. Tunjangan istirahat tahunan. 11. Bantuan perusahaan selama menjalankan ibadah haji, baik berupa ongkos naik haji, biaya pengangkutan ke tempat pemberangkatan ataupun kedatangan dan biaya pengurusan dokumen-dokumen yang diperlukan. 12. Bantuan bersalin bagi pekerja wanita atau istri pekerja yang diakui oleh perusahaan. 13. Perlengkapan kerja berupa pakaian kerja, pakaian seragam, sepatu keselamatan, jas hujan, dan jaket. Universitas Sumatera Utara 14. Biaya pengobatan dan pemeliharaan bagi pekerja yang mendapatkan kecelakaan kerja. 15. Tunjangan kematian bagi keluarga pekerja. 16. Pelayanan kesehatan gratis, berupa pemeriksaaan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja dan keluarganya. 17. Sarana olahraga seperti kolam renang, fitness center, bowling, basket, tennis, golf, dan lain-lain. 18. Fasilitas dan tunjangan perjalanan dinas untuk pekerja dan anggota keluarganya yang oleh perusahaan diminat untuk mendampingimengikuti pekerjaan tersebut. 19. Pengangkutan untuk bertemu keluarga bagi pekerja yang tinggal di dalam perusahaan dengan status lajang di tempat kerja yang baru. 20. Bantuan pendidikan bagi anak pekerja, berupa beasiswa anak pekerja di Sekolah Menengah Umum dan Perguruan Tinggi. Resiko bekerja pada lingkungan CPI sangat besar, kemungkinan terjadi kecelakaan sangat tinggi, maka dari itu perusahaan selalu menekankan untuk mementingkan keselamatan kerja Occupational Safety kepada setiap karyawannya. Karyawan harus bekerja dengan penuh kesadaran dan berusaha preventif terhadap segala kemungkinan bahaya yang dapat terjadi setiap saat. CPI menerapkan pelaksanaan program safety. Program tersebut diarahkan pada tiga sasaran yaitu human, equipment , dan procedure dimana tiga elemen itu memiliki peran yang sama pentingnya dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman. Universitas Sumatera Utara Langkah-langkah yang diambil untuk menanamkan kesadaran dan keselamatan kerja bagi karyawannya adalah : 1. Mengadakan latihan rutin tentang keamanan dan keselamatan kerja. 2. Menghilangkan keadaan atau tindakan-tindakan yang berbahaya. 3. Mengadakan inspeksi, pengaturan tata ruang yang baik, dan menyediakan prosedur kerja yang tertib. 4. Mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan berarti menekan biaya produksi dalam penggantian alat-alat maupun pemeliharaan akibat kecelakaan kerja. CPI berkomitmen untuk mematuhi setiap peraturan pemerintah dan menjaga standar etika. CPI juga menyadari bahwa pekerja merupakan sumber daya yang tidak ternilai. CPI senantiasa menjaga lingkungan hidup, menopang masyarakat sekitar serta menerapkan perbaikan kualitas kehidupan. Perhatian CPI atas keselamatan kerja dan lingkungan tertuang dalam filosofinya yaitu “To be recognized as a leader in Safety”.

4.1.10. Komitmen PT Chevron Pacific Indonesia terhadap Pelaksanaan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Operational Excellence Management System Operational Excellence Management System OEMS merupakan konsep SMK3 yang diterapkan oleh perusahaan. Konsep ini tidak hanya memperhatikan aspek keselamatan safety dan kesehatan health, tetapi juga lingkungan environment, efesiensi efficiency, dan kehandalan reliability. Universitas Sumatera Utara Perwujudan dari Operation Excellence OE antara lain dengan mengupayakan hal-hal seperti di bawah ini : a. Keberhasilan mengkondisikan tempat kerja yang bebas kecelakaan zero accident. b. Mengeliminasi kebocoran minyak dan insiden kerusakan lingkungan environment. c. Mengidentifikasi dan mengurangi resiko kerusakan lingkungan environment. d. Mengkampanyekan tempat kerja yang sehat dan mengurangi resiko kesehatan yang signifikan health. e. Proses industri tanpa insiden HES. f. Memaksimalkan efisiensi sumber daya dan asset efficiency reliability. Seperti diungkapkan di atas, konsep OE ini merupakan integrasi dari konsep HES dan reliability serta efisiensi. Oleh karena itu, elemen-elemen OE juga memuat seluruh konsep HES dan reliability serta efisiensi yaitu : a. Pengamanan Security of Personel and Assets b. Desain Peralatan dan Konstruksi Facilities Design and Construstion c. Pengoperasian yang Aman Safe Operations d. Manajemen Perubahan Management Change e. Kehandalan dan Efisiensi Reliability and Efficiency f. Pelayanan pada Pihak Ketiga Third Party Services g. Pengelolaan Lingkungan Environmental Stewardship h. Pengelolaan Produk Product Stewardship Universitas Sumatera Utara i. Investigasi Kecelakaan Incident Investigation j. Kesadaran Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Community Awareness and Outreach k. Manajemen Tanggap Darurat Emergency Management l. Jaminan Ketaatan Compliance Assurance m. Legislative and Regulatory Advocacy.

2. Program TENETS dalam Konsep

Operation Excellent Secara harfiah TENET diartikan sebagai sebuah prinsip atau keyakinan yang menjadi nyata bagi anggota dari suatu kelompok. TENETS dalam konsep Operational Excellent OE bertujuan untuk merancang keyakinan dari setiap pekerja bahwa perilaku di tempat kerja yang baik akan membantu perusahaan mencapai keselamatan, kesehatan, lingkungan, ketangguhan dan efisiensi yang berkelas dunia. Konsep TENETS merupakan bagian yang cukup penting dalam Konsep Budaya Operation Excellence yang akan mengantarkan CPI menjadi perusahaan yang berkelas dunia. Konsep TENETS adalah perwujudan dari : a. Nilai dan prinsip yang diterapkan untuk segenap karyawan manajemen, non manajemen, dan kontraktor. b. Slogan yang dalam pelaksanaannya memberikan pengaruh pada pengambilan keputusan di lapangan. c. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat resiko perusahaan. d. TENETS memberikan sebuah izin untuk melaksanakan suatu tindakan dalam situasi mendesak. Universitas Sumatera Utara e. TENETS bertujuan untuk melindungi manusia, lingkungan, dan harta benda berdasarkan prinsip moral. Prinsip-prinsip TENETS pada PT. Chevron Pacific Indonesia : a. Selalu mengoperasikan dengan batas kemampuan alat sesuai dengan lingkungan sehingga mengurangi resiko cedera dan kerusakan lingkungan serta kerusakan peralatan. b. Selalu mengoperasikan dalam kondisi yang aman dan terkendali. c. Selalu memastikan peralatan keselamatan berada pada posisi yang tepat dan berfungsi dengan baik. d. Selalu mengikuti prosedur dan penerapan keselamatan kerja. e. Selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produkalatsistem. f. Selalu menjaga prinsip kejujuran dan pengabdian. g. Selalu taat pada peraturan yang berlaku. h. Selalu mengenali kondisi tidak wajar dengan mengidentifikasi kondisi tidak wajar, menilai resiko, dan mencari solusi dengan segera. i. Selalu mengikuti prosedur tertulis untuk kasus luar biasa atau resiko tinggi. j. Selalu melibatkan para ahli dalam mengambil kebijakan terkait prosedur dan peralatan. Pengambilan kebijakan harus dilakukan oleh orang berkompeten dan menurut data serta informasi yang akurat. Universitas Sumatera Utara

4.2 Gambaran

Unit Health, Environment, and Safety HES PT Chevron Pacific Indonesia 4.2.1 Health, Environment, and Safety HES Health, Environment, and Safety HES merupakan salah satu kebijakan yang dibuat PT. Chevron Pacific Indonesia CPI untuk menunjang terpenuhinya nilai-nilai dan tujuan perusahaan. CPI sejak lama telah menerapkan keselamatan kerja dalam strategi bisnisnya, tetapi dengan adanya isu baru mengenai dampak lingkungan maka CPI pun turut berperan aktif dalam menerapkan kebijakan yang menyangkut lingkungan hidup dan lingkungan kerja. Health, Environment, and Safety HES merupakan salah satu kebijakan yang bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja, mitra kerja, keluarga, dan masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan. Kebijakan tersebut adalah perwujudan dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pekerja dan masyarakat disekitarnya. CPI senantiasa mematuhi berbagai macam aturan terkait keselamatan, kesehatan, lingkungan, dan industri. Hal ini bertujuan agar CPI mampu mewujudkan cita-citanya sebagai perusahaan yang diakui oleh lingkungan industri dan masyarakat. Cita-cita yang besar sebagai perusahaan pelopor dalam keselamatan, kesehatan, kehandalan, dan efisiensi kerja. Dalam segala kegiatannya, CPI selalu memperlihatkan keteladanan dalam pelaksanaan program HES serta senantiasa memastikan karyawan dan mitra kerjanya memahami dan memenuhi tanggung jawab dalam bidang keselamatan, kesehatan, dan lingkungan. Universitas Sumatera Utara Hal-hal yang menjadi pusat perhatian unit HES adalah sebagai berikut : 1. Pengurangan pembuangan air terproduksi hingga mencapai zero discharge. 2. Penanganan bahan beracun dan berbahaya B3. 3. Pengurangan pemakaian pitkolam penampungan. 4. Pengurangan jumlah tumpahan minyak. 5. Pengurangan limbah minyak. 6. Perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi di hutan. 7. Penghijauan 8. Peningkatan kesadaran akan lingkungan terutama di daerah perumahan. 9. Penindaklanjutan hasil audit. 10. Pengidentifikasian dan penghilangan dampak-dampak yang sensitif terhadap masyarakat. 11. Kualitas air. 12. Peningkatan kinerja keselamatan kerja baik di lingkungan perusahaan maupun rekan kerja. Health, Environment, and Safety HES memiliki tanggung jawab dalam memenuhi tiga bidang, yaitu : 1. Health Kesehatan Bidang ini bertanggung jawab untuk menjaga lingkungan fisik yang benar sehingga tidak berdampak pada kesehatan. Bagian-bagian yang dijaga antara lain: Universitas Sumatera Utara a. Penyediaan air yang akan dikonsumsi atau dibuang ke hutan dengan menjaga parameternya. b. Mengelola limbah dan sampah baik yang berasal dari kotoran manusia, pekerjaan bangunan, laboratorium maupun sampah B3. c. Pengawasan terhadap makanan dan minuman. d. Mengendalikan hewan penyebar penyakit serta pengganggu. 2. Environment Lingkungan Bagian ini mengatasi masalah yang menyangkut pencemaran terhadap lingkungan seperti pencemaran tanah oleh tumpahan minyak atau pencemaran air produksi yang diizinkan dan diinjeksikan kembali ke tanah. 3. Safety Keselamatan Bidang ini menangani masalah keselamatan kerja. Hasil inspeksi dan audit yang dilakukan oleh perusahaan, IBU manajemen, dan tim HES. Hasil inspeksi dan audit beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa dalam beberapa hal di bidang kselamatan, perusahaan bisa lebih baik. Temuan-temuan dan hasil pengamatan itu memberikan peluang untuk perbaikan terutama di area dasar-dasar keselamatan. Berdasarkan inilah kemudian Manajemen IBU mencanangkan fokus perbaikan di bidang fundamental safety. Lebih lanjut kemudian Fundamental Safety Work Practice didefenisikan sebagai 8 elemen dasar keselamatan. Elemen tersebut adalah Accses Control, Work Permit Nine SWP, Personal Protective Equipment PPE, Standard Operating Procedure SOP, Job Safety Analysis JSA, Stop Work Authority SWA, Material Safety Data Sheet MSDS dan Housekeping. Universitas Sumatera Utara Kegiatan yang menjadi tanggung jawab bagian Safety Keselamatan adalah : a. Melakukan pembelian barang-barang penunjang keselamatan kerja dan kesehatan serta lingkungan. b. Melakukan perawatan terhadap alat-alat keselamatan. c. Melakukan pencegahan kecelakaan melalui perencanaan yang baik. d. Melacak sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan melaporkannya. e. Melakukan inspeksi. f. Melakukan pelatihan terhadap HES secara berkesinambungan.

4.2.2 Hierarki HES PT Chevron Pacific Indonesia

Hierarki penerapan Health, Environment, and Safety HES berdasarkan regulasiguideline PT Chevron Pacific Indonesia adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Hierarki Penerapan RegulasiGuideline Health, Environment , and Safety HES PT Chevron Pacific Indonesia UU PP Kepmen Surat Dirjen Surat Dirjen Chevron Texaco Policy HES CPI Policy HES Guidelines Standard Operating Procedure SOP Pelaksanaan di lapangan Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Program Kerja HES PT Chevron Pacific Indonesia

Dalam menjalankan kegiatannya, CPI secara berkesinambungan membuat program-program yang menunjang kegiatan HES. Program ini bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan selamat. Dengan program HES ini, cita-cita CPI untuk diakui dunia sebagai perusahaan pelopor kesehatan, keselamatan, kehandalan, dan efisiensi kerja dapat segera terwujud. Pucuk pimpinan perusahaan memulai langsung program HES dalam bentuk kunjungan lapangan yang terencana khusus setiap bulan. Kunjungan ini untuk melihat dan mendiskusikan masalah-masalah HES dengan pegawai sekaligus memperlihatkan dukungan dan komitmen terhadap HES. Para pimpinan tim dan manajer setiap bulan juga melakukan hal yang sama pada fasilitas-fasilitas produksi daerah operasi mereka masing-masing. Tujuan pelaksanaan program tersebut adalah terjadinya suatu mekanisme role model dari para pucuk pimpinan sehingga menjadi panutan bagi pegawai di bawahnya, sekaligus menjadi media komunikasi dan tatap muka yang efektif. Dalam proses revisi struktur perusahaan, CPI telah menugaskan insiyur, spesialis, dan koordinator HES ke dalam setiap unit bisnis. Hal ini bertujuan agar operasi tidak terpisah dari nilai-nilai HES. Rencana tanggap darurat harus ditinjau kembali oleh proses manajemen secara tepat waktu. Pendidikan dan latihan direncanakan secara periodik dan teratur. Ini adalah suatu proses yang banyak melibatkan mitra kerja dan orang luar. Maka dari itu, sangat penting komunikasi antar mereka dalam semua tahap dari usaha tanggap darurat. Universitas Sumatera Utara Program K3 yang dilakukan oleh PT CPI Duri sebagai berikut : a. Komunikasi dan Kesadaran Program ini bertujuan untuk membina kesadaran pegawai, mitra kerja dan masyarakat serta meningkatkan pengetahuan dan komitmen mereka untuk perbaikan kinerja HES. Program ini merupakan pendorong utama untuk proses- proses kerja lainnya. Kesadaran menghasilkan pengetahuan dan keyakinan untuk melaksanakan proses-proses besar lainnya. b. Inspeksi Terencana dan Pemeliharaan Pencegahan Program resmi untuk memeriksa peralatan, fasilitas, perkakas, dan barang-barang serta bagaimana pegawai menggunakannya secara terencana dengan baik. c. Analisis Tugas Penting dan Prosedur Program resmi untuk mengidentifikasi potensi bahaya dari tugas-tugas penting, penyusunan prosedur standar, pelaksanaan prosedur di lapangan, pengawasan tugas, dan tinjauan secara berkala untuk perbaikan. d. Penyelidikan Analisis Kecelakaan dan Insiden Program ini melibatkan pemeriksaan dan analisis kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, yang mungkin mengakibatkan sakit atau luka kepada manusia, kerusakan properti, dampak lingkungan, terganggunya operasi atau kerugian lainnya. e. Peraturan Kerja dan Izin Kerja Peraturan-peraturan yang didokumentasikan untuk membimbing tingkah laku pegawai, tindakan, dan prosedur resmi untuk tugas-tugas penting yang mengandung potensi tinggi kejadian kerugian. Universitas Sumatera Utara f. Alat Pelindung Diri Persyaratan tertulis untuk pemakaian dan perawatan alat pelindung diri untuk mengendalikan bahaya-bahaya dari pekerjaan. g. Identifikasi Bahaya Terhadap Kesehatan dan Evaluasi Program-program untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya terhadap kesehatan yang mendasari penyusunan program resmi higiene industri. h. Rekayasa dan Manajemen Perubahan Program-program resmi dan prosedur untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan akibat yang dapat ditimbulkan, mengevaluasi resiko dan melaksanakan kontrol secara tepat baik pada fasilitas yang akan dibangun maupun pada fasilitas yang dirubah, atau pada proses yang dikembangkan maupun yang dirubah. i. Manajemen Mitra Kerja Prosedur atau sistem resmi berbentuk pelatihan, program sertifikasi, loka karya, dan inspeksi. Prosedur ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan kerugian yang disebabkan oleh mitra kerja dalam melaksanakan pekerjaan yang dikehendaki perusahaan. j. Identifikasi Permasalahan Lingkungan dan Rencana Tindakan Proses-proses resmi untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang kritis, perkiraan potensi dampak dan perencanaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang termasuk penetapan sasaran kinerja. k. Pemantauan dan Pemeriksaan Program-progam resmi untuk mengevaluasi kinerja lingkungan. Hal ini mencakup proses-proses seperti pemantauan, pencatatan peraturan, pembuangan Universitas Sumatera Utara air limbah, penanganan limbah, pencemaran atmosfir, pencemaran air tanah, dan program-program perbaikan. l. Hubungan Luar Usaha-usaha dan tindakan yang terorganisir untuk mengenali dan memberikan berbagai tanggapan terhadap persoalan dan kepentingan HES yang muncul dan menjadi kepentingan pemerintah, masyarakat setempat dan umum serta media. Pemantauan berkala dilakukan oleh CPI dengan tujuan untuk mengevaluasi tingkat pelaksanaan dan efektifitas program yang dilaksanakan. Hal ini dapat dilakukan dengan pencatatan, analisis, pelaporan bulanan, serta komunikasi kepada pegawai atas tindakan yang mereka lakukan. Tinjauan yang berulang ini memberikan kesempatan terbaik bagi manajemen untuk memenuhi tujuan yang diinginkannya. Proses audit yang dilaksanakan oleh CPI terdiri dari tiga lapis, yaitu : 1. Audit Internal Audit internal adalah tinjauan tahunan oleh sebuah tim dalam unit bisnis untuk memantau ketaatan mereka terhadap peraturan, kualitas program inspeksi terencana internal mereka, dan pelaksanaan temuan dari audit sebelumnya. Alat utama yang dipergunakan adalah daftar periksa check list, protokol dari korporat, program audit eksternal dan laporan audit sebelumnya. 2. Audit Korporat Audit korporat adalah tinjauan tahunan oleh sebuah tim korporat terhadap unit bisnis. Audit ini adalah sistem manajemen Health, Environment, dan Safety HES yang menggunakan protokol yang sama dengan audit sistem manajemen Health, Environment , dan Safety HES eksternal oleh para pemegang saham. Universitas Sumatera Utara 3. Audit Eksternal Audit eksternal adalah tinjauan setiap tiga tahun sekali minimal yang dilakukan oleh pemegang saham atau pihak ketiga. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, program ini berdasarkan Sistem Peringkat Keselamatan Internasional ISRS dan Sistem Peringkat Lingkungan Internasional IERS yang bersertifikat dari DNV- International. Protokol audit berisikan 27 elemen program. Dari 27 elemen tersebut, CPI hanya memakai 23 program yang sesuai dan diprioritaskan dalam operasinya. Dari audit sistem manajemen Health, Environment, dan Safety HES terlihat bahwa semua elemen sistem manajemen Health, Environment, dan Safety HES PT Chevron Pacific Indonesia bisa diukur tingkat pemenuhannya dari pelaksanaan proses-proses kerja yang berada didalamnya. Disamping program kebijakan di atas, ada beberapa program aktivitas lainnya yang diterapkan oleh CPI, antara lain : a. Ceramah HES Presentasi-presentasi HES b. Poster Spanduk-spanduk c. Memo dari senior manajemen memorandum yang berisikan peringatan, kebijakan dan prosedur dari pimpinan puncak d. Artikel dalam buletin keselamatan e. Pembicara tamu f. Mendistribusikan pamflet atau bendera g. Spanduk HES h. Pertandingan atau kompetisi Housekeeping contest, HES cermat cepat, dan lain sebagainya Universitas Sumatera Utara i. Video, film, presentasi pada safety meeting j. Inspeksi atau kunjungan khusus k. Komunikasi ke luar l. Hari Keluarga m. Hari Lingkungan n. Bulan K3 Nasional 12 Januari-12 Februari setiap tahun o. Dasar Budaya Selamat p. Pelatihan K3 q. Pelatihan Kebakaran r. Kursus Mengemudi yang aman s. Kecakapan peralatan dan operator

4.3 Karakteristik Pekerja Kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia

Duri Secara umum dapat digambarkan karakteristik individu pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri berdasarkan umur, pendidikan terakhir, dan masa kerja.

4.3.1 Umur

Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Kontraktor Menurut Umur pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Umur Tahun Frekuensi orang 1 20-39 23 23.7 2 30-39 42 43.3 3 40-49 29 29.9 4 ≥ 50 3 3.1 Total 97 100 Universitas Sumatera Utara Umur terendah pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri adalah 22 tahun dan tertinggi 54 tahun. Data umur dikelompokkan berdasarkan kelas interval dan diperoleh 4 kelompok umur. Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan umur pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri terbanyak berada pada kelompok umur 30 -39 tahun yaitu sebanyak 42 orang 43,3 , sedangkan umur pekerja kontraktor terendah berada pada kelompok umur ≥ 50 sebanyak 3 orang 3,1.

4.3.2 Pendidikan Terakhir

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Kontraktor Menurut Pendidikan Terakhir pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Pendidikan Terakhir Frekuensi orang 1 SMA 69 71.1 2 STM 17 17.5 3 SMK 7 7.2 4 Diploma 3 3.1 5 Sarjana 1 1.0 Total 97 100 Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri mempunyai pendidikan terakhir yaitu SMA sebanyak 69 orang 71,1, STM sebanyak 17 orang 17,5, SMK sebanyak 7 orang 7,2, diploma sebanyak 3 orang 3,1, dan sarjana sebanyak 1 orang 1,0. Universitas Sumatera Utara

4.3.3 Masa Kerja

Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Kontraktor Menurut Masa Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Masa Kerja Tahun Frekuensi orang 1 1-5 56 57.7 2 6-10 24 24.7 3 11-15 8 8.2 4 16-20 5 5.2 5 20 4 4.1 Total 97 100 Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri mempunyai masa kerja 1-5 tahun yaitu sebanyak 56 orang 57,7 dan masa kerja 20 tahun sebanyak 4 orang 4,1.

4.4 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel independen yaitu program keselamatan dan kesehatan kerja pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, job safety analysis, standard operating procedure, behavior based safety, stop work authority , dan alat pelindung diri dan variabel dependen yaitu kecelakaan kerja.

4.4.1 Kecelakaan Kerja

Berdasarkan tabel 4.4 di bawah ini dapat dilihat bahwa dari 97 orang pekerja kontraktor, sebanyak 16 orang 16,5 pernah mengalami kecelakaan kerja selama bekerja di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia Duri dan 81 orang 83,5 tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Kecelakaan Kerja Frekuensi 1 Ya 16 16.5 2 Tidak 81 83.5 Total 97 100 Berdasarkan tabel 4.5 di bawah ini dapat dilihat bahwa dari 16 orang pekerja kontraktor 16,5 yang pernah mengalami kecelakaan kerja selama bekerja di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia Duri ternyata jenis kecelakaan kerja yang terbanyak adalah first aid incident sebanyak 10 orang 62,5 dan unsafe behavior sebanyak 6 orang 37,5. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Jenis Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Jenis Kecelakaan Kerja Frekuensi 1 Fatality - - 2 LTI - - 3 TRI - - 4 First Aid Incident 10 62,5 5 Nearmiss - - 6 Unsafe Behavior 6 37,5 Total 16 100 Berdasarkan tabel 4.6 di bawah ini dapat dilihat bahwa dari 16 orang pekerja kontraktor yang pernah mengalami kecelakaan kerja selama bekerja di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia Duri sebanyak 7 orang 43,8 mendapat luka pada jari-jari tangan, 3 orang 18,8 mendapat luka pada pergelangan tangan 18,8, 3 orang 18,8 pada kaki, dan 2 orang 12,5 mendapat luka pada mata. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Letak Luka pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Letak Luka Frekuensi 1 Mata 2 12.5 2 Pergelangan Tangan 3 18.8 3 Jari-jari Tangan 7 43.8 4 Kaki 3 18.8 5 Lain-lain 1 6.2 Total 16 100 Berdasarkan tabel 4.7 di bawah ini dapat dilihat bahwa dari 16 orang pekerja kontraktor yang pernah mengalami kecelakaan kerja selama bekerja di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia Duri sebanyak 8 orang 50 disebabkan karena lain- lain seperti tergores, tertokok, dan sikap ergonomi, terjepit sebanyak 5 orang 31,2, terjatuh sebanyak 2 orang 12,5, dan tertimpa benda jatuh sebanyak 1 orang 6,2. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Penyebab Kecelakaan pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Penyebab Kecelakaan Frekuensi 1 Terjatuh 2 12.5 2 Tertimpa benda jatuh 1 6.2 3 Terjepit 5 31.2 4 Lain-lain 8 50.0 Total 16 100 Universitas Sumatera Utara

4.4.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4.4.2.1 Standard Operating Procedure

Berdasarkan tabel 4.8 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan program standard operating procedure pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 89,7. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Standard Operating Procedure pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Standard Operating Procedure Frekuensi 1 Baik 87 89,7 2 Tidak baik 10 10,3 Total 97 100

4.4.2.2 Job Safety Analysis

Berdasarkan tabel 4.9 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan program job safety analysis pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 90,7. Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Job Safety Analysis pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Job Safety Analysis Frekuensi 1 Baik 88 90,7 2 Tidak baik 9 9,3 Total 97 100

4.4.2.3 Stop Work Authority

Berdasarkan tabel 4.10 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan program stop work authority pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 85,6. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Stop Work Authority pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Stop Work Authority Frekuensi 1 Baik 83 85,6 2 Tidak baik 14 14,4 Total 97 100

4.4.2.4 Alat Pelindung Diri

Berdasarkan tabel 4.11 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan program alat pelindung diri pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 86,6. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Alat Pelindung Diri pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Alat Pelindung Diri Frekuensi 1 Baik 84 86,6 2 Tidak baik 13 13,4 Total 97 100

4.4.2.5 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan tabel 4.12 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 87,6. Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Pelatihan K3 Frekuensi 1 Baik 85 87,6 2 Tidak baik 12 12,4 Total 97 100 Universitas Sumatera Utara

4.4.2.4 Behavior Based Safety

Berdasarkan tabel 4.11 di bawah ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan program behavior based safety pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 88,7. Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Behavior Based Safety pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Behavior Based Safety Frekuensi 1 Baik 86 88,7 2 Tidak baik 11 11,3 Total 97 100

4.5 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen yaitu program keselamatan dan kesehatan kerja pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, job safety analysis, standard operating procedure, behavior based safety, stop work authority , dan alat pelindung diri dengan variabel dependen yaitu kecelakaan kerja.

4.5.1 Hubungan Pelaksanaan

Standard Operating Procedure dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dengan adanya pelaksanaan standard operating procedure yang baik sebanyak 87 orang 89,7 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan 10 orang 10,3 pekerja kontraktor pernah mendapatkan kecelakaan kerja. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Hubungan Pelaksanaan Standard Operating Procedure dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Standard Operating Procedure Kecelakaan Kerja Total p-Value ya tidak n n n 1 Baik 6 6,2 81 83,5 87 89,7 0,000 2 Tidak baik 10 10,3 10 10,3 Total 16 16,5 81 83,5 97 100 Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan standard operating procedure dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan standard operating procedure dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri terbukti.

4.5.2 Hubungan Pelaksanaan

Job Safety Analysis dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa dengan adanya pelaksanaan job safety analysis yang baik di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia Duri sebanyak 81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan dari 9 orang 9,3 pekerja kontraktor sebanyak 9 orang 9,3 pernah mendapatkan kecelakaan kerja. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.15 Hubungan Pelaksanaan Job Safety Analysis dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Job Safety Analysis Kecelakaan Kerja Total p-Value ya tidak n n n 1 Baik 7 7,2 81 83,5 88 90,7 0,000 2 Tidak baik 9 9,3 9 9,3 Total 16 16,5 81 83,5 97 100 Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan job safety analysis dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan job safety analysis dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri terbukti.

4.5.3 Hubungan Pelaksanaan

Stop Work Authority dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa dengan adanya pelaksanaan stop work authority yang baik, dari 83 orang 85,6 pekerja kontraktor sebanyak 81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan 14 orang 14,4 pekerja kontraktor pernah mendapatkan kecelakaan kerja. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16 Hubungan Pelaksanaan Stop Work Authority dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Stop Work Authority Kecelakaan Kerja Total p-Value ya tidak n n n 1 Baik 2 2,1 81 83,5 83 85,6 0,000 2 Tidak baik 14 14,4 14 14,4 Total 16 16,5 81 83,5 97 100 Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan pelaksanaan stop work authority dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan stop work authority dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri terbukti.

4.5.4 Hubungan Pelaksanaan Alat Pelindung Diri dengan Terjadinya

Kecelakaan Kerja Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa dengan adanya pelaksanaan alat pelindung diri yang baik, dari 84 orang 86,6 pekerja kontraktor sebanyak 81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan 13 orang 13,4 pekerja kontraktor pernah mendapatkan kecelakaan kerja. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.17 Hubungan Pelaksanaan Alat Pelindung Diri dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Alat Pelindung Diri Kecelakaan Kerja Total p-Value ya tidak n n n 1 Baik 3 3,1 81 83,5 84 86,6 0,000 2 Tidak baik 13 13,4 13 13,4 Total 16 16,5 81 83,5 97 100 Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan alat pelindung diri dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan alat pelindung diri dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri terbukti.

4.5.5 Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan

Kerja Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa dari 78 pekerja kontraktor yang mendapat pelatihan K3 yang baik sebanyak 81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan dari 12 orang 12,4 pekerja kontraktor yang tidak mendapat pelatihan K3 sebanyak 12 orang 12,4 pernah mendapatkan kecelakaan kerja. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.18 Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Pelatihan K3 Kecelakaan Kerja Total p-Value ya tidak n n n 1 Baik 4 4,1 81 83,5 85 87,6 0,000 2 Tidak baik 12 12,4 12 12,4 Total 16 16,5 81 83,5 97 100 Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelatihan K3 dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri terbukti.

4.5.6 Hubungan Pelaksanaan

Behavior Based Safety dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa dengan adanya pelaksanaan behavior based safety yang baik, dari 86 orang 88,7 pekerja kontraktor sebanyak 81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja dan 11 orang 11,3 pekerja kontraktor pernah mendapatkan kecelakaan kerja. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.19 Hubungan Pelaksanaan Behavior Based Safety dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011 No Behavior Based Safety Kecelakaan Kerja Total p-Value ya tidak n n n 1 Baik 5 5,2 81 83,5 86 88,7 0,000 2 Tidak baik 11 11,3 11 11,3 Total 16 16,5 81 83,5 97 100 Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan p 0,05 p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan behavior based safety dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan behavior based safety dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri terbukti. Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Pekerja Kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia

Duri 5.1.1 Umur Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa frekuensi umur pekerja kontraktor paling banyak berada pada kelompok umur 30-39 sebanyak 42 orang 43,3 kemudian diikuti kelompok umur 40 –49 sebanyak 29 orang 29,9 dan umur 20-39 sebanyak 23 orang 23,7. Mayoritas pekerja kontraktor berada pada umur 30-39, hal ini berarti bahwa pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri termasuk kelompok usia produktif dan dewasa. Pada usia produktif seorang pekerja akan lebih mudah untuk memahami pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja sehingga pekerja tersebut akan berusaha untuk selamat saat bekerja. Menurut Siregar 2005 yang menyatakan bahwa ternyata pekerja golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan pekerja golongan umur tua. Hal ini disebabkan karena pekerja golongan umur muda mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi dalam menghadapi pekerjaan, sedangkan pekerja golongan umur tua lebih mudah untuk melakukan kecerobohan atau kelalaian terhadap pekerjaan yang mereka hadapi walaupun mereka telah memiliki pengalaman kerja yang banyak. Universitas Sumatera Utara

5.1.2 Pendidikan Terakhir

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan para pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tergolong bervariasi, dimana pekerja yang berpendidikan paling banyak adalah pekerja yang berpendidikan SMA sebanyak 69 orang 71,1, STM sebanyak 17 orang 17,5, SMK sebanyak 7 orang 7,2, diploma sebanyak 3 orang 3,1, dan sarjana sebanyak 1 orang 1,0. Seorang pekerja kontraktor dengan pendidikan sarjana akan memiliki kemampuan berpikir dan bekerja yang lebih efektif daripada pekerja kontraktor dengan pendidikan SMA. Pada dasarnya pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Namun pada dasarnya pekerjaan yang dilakukan lebih membutuhkan pengalaman bekerja daripada pendidikan formal yang didapatkan.

5.1.3 Masa Kerja

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa masa kerja para pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri paling banyak berada pada kelompok 1 –5 tahun sebanyak 56 orang 57,7 dan 6–10 tahun sebanyak 24 orang 24,7 dan kelompok 11-15 sebanyak 8 orang 8,2. Dengan masa kerja yang tergolong cukup lama diharapkan semua pekerja kontraktor telah mengenal lingkungan kerja serta potensial bahaya yang terdapat didalamnya sehingga dapat menyelesaikan setiap pekerjaan dengan selamat. Universitas Sumatera Utara Masa kerja di tempat kerja yang bersangkutan berhubungan dengan pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan. Untuk itu, pengalaman kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang beresiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadinya kecelakan kerja.

5.2 Kecelakaan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 97 pekerja kontraktor pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri khususnya daerah HOOU dapat diketahui bahwa sebanyak 16 orang 16,5 pekerja kontraktor pernah mengalami kecelakaan kerja dan 81 orang 83,5 pekerja kontraktor tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Jenis kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri yang paling banyak terjadi adalah first aid incident sebanyak 10 orang 62,5 dan unsafe behavior sebanyak 6 orang 37,5. First aid incident adalah kecelakaan kerja yang menyebabkan cedera, membutuhkan pertolongan pertama P3K, dan tidak menyebabkan hilangnya hari kerja. Hasil penelitian pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri khususnya daerah HOOU menunjukkan bahwa first aid incident yang paling banyak terjadi adalah tergores. Unsafe behavior adalah kecelakaan kerja yang disebabkan oleh perilaku tidak aman pada saat bekerja dan tidak menyebabkan hilangnya hari kerja. Berdasarkan hasil penelitian pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri sebanyak 16 orang pekerja kontraktor yang pernah mendapat kecelakaan kerja, sebanyak 7 orang 43,8 mendapat luka pada jari-jari tangan, 3 orang 18,8 masing-masing mendapat luka pada pergelangan tangan dan kaki, 2 orang 12,5 Universitas Sumatera Utara mendapat luka pada mata dan 1 orang 6,2 mendapat luka pada pinggang. Pekerja kontraktor yang mendapat luka pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, dan kaki disebabkan karena kurang berhati-hati dan lalai saat bekerja. Hal ini menyebabkan pekerja kontraktor tidak lagi memperhatikan bahaya yang ada disekitar mereka sehingga mudah untuk terjatuh, terjepit maupun tertimpa benda jatuh saat bekerja. Pekerja kontraktor yang mendapat luka pada mata disebabkan karena terkena gramserbuk gerinda saat melakukan proses menggerinda. Penggunaan alat pelindung diri yang kurang baik khususnya kaca mata menjadi penyebab terjadinya kejadian ini. Oleh karena itu diperlukan pengawasan yang lebih baik dari pengawas lapangan terhadap penggunaan alat pelindung diri yang lengkap oleh pekerja kontraktor saat bekerja. Sedangkan untuk pekerja kontraktor yang mendapat luka pada pinggang disebabkan oleh sikap ergonomi yaitu posisi yang salah pada saat melakukan pengangkatan sementara beban yang diangkat tidak berat. Kurangnya pembinaan tentang ergonomi saat bekerja menjadi salah satu penyebab terjadinya kejadian ini. Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan dan menekankan tentang pentingnya ergonomi saat bekerja khususnya kepada pekerja kontraktor di bagian fabrication.

5.3 Hubungan Pelaksanaan

Dokumen yang terkait

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) DENGAN Kejadian Kecelakaan Kerja Di Treat And Ship Operations – Facility Operations PT Chevron Pacific Indonesia Duri

54 255 134

Sistem Pengolahan Limbah Lumpur Pengeboran Minyak Bumi Di PT. Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011

60 290 107

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA Hubungan Antara Perilaku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten.

1 5 13

HUBUNGAN KETAATAN PELAKSANAAN PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN TERJADINYA DERMATITIS Hubungan Ketaatan Pelaksanaan Prosedur Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Terjadinya Dermatitis Kontak Iritan (DKI) Pada Pekerja Perah Ampas

0 1 15

HUBUNGAN KETAATAN PELAKSANAAN PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN TERJADINYA Hubungan Ketaatan Pelaksanaan Prosedur Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Terjadinya Dermatitis Kontak Iritan (DKI) Pada Pekerja Perah Ampas Onggok Pohon Ar

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN STRES KERJA.

0 0 47

PROGRAM COMMUNITY ENGAGEMENT PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA DI DURI-RIAU.

0 0 1

Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Bormindo Nusantara Duri

0 5 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja 2.1.1. Pengertian Kecelakaan Kerja - Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) DENGAN Kejadian Kecelakaan Kerja Di Treat And Ship Operations – Facility Operations PT Chevron Pacific Ind

0 0 25

ANALISIS HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN, PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN

0 0 124