1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahui hubungan pelaksanaan program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada
PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.
2. Untuk mengetahui jenis kecelakaan kerja, penyebab kecelakaan kerja, maupun letak luka akibat kecelakaan kerja yang terjadi pada PT Chevron Pacific
Indonesia Duri tahun 2011. 3. Untuk mengetahui hubungan pelatihan K3 dengan terjadinya kecelakaan kerja
pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011. 4. Untuk mengetahui hubungan Job Safety Analysis dengan terjadinya kecelakaan
kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011. 5. Untuk mengetahui hubungan Standard Operating Procedure dengan terjadinya
kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
6. Untuk mengetahui hubungan Behavior Based Safety dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.
7. Untuk mengetahui hubungan Stop Work Authority dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.
8. Untuk mengetahui hubungan Alat Pelindung Diri dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai pentingnya pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja dan meningkatkan produktifitas. 2. Sebagai bahan masukan bagi pekerja mengenai pelaksanaan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di suatu perusahaan. 3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis khususnya tentang
pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada suatu perusahaan terutama pada perusahaan migas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Dewan K3 Nasional, program K3 adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan
manajemen. Program ini meliputi administrasi dan manajemen, P2K3, kebersihan dan tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun, pencegahan kebakaran,
keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi program DK3N, 1993. Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang
memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman, meliputi :
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan. 3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan peralatan
baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya. 4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen. 6. Rapat bulanan P2K3
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan
semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat
kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan sehingga
tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain Ramli, 2010.
Efektifitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan
meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja antara lain Nasution, 2005 :
1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan menyusulkan rekomendasi bagi perbaikan.
2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum. 3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja. Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting
adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan
analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan Nasution, 2005.
Universitas Sumatera Utara
AOMA American Occupational Medical Assosiation dalam Soehatman Ramli 2010 membagi komponen penting dari program K3, yaitu :
I. Komponen Pokok, meliputi:
1. Pemerikasaan Kesehatan Pekerja a. Pre-placement yaitu pemeriksaan kesehatan atau status kesehatan termasuk
penilaian emosional, untuk memberikan rekomendasi pada manajemen mengenai kemampuan seorang pekerja untuk dapat melakukan pekerjaannya
secara aman tanpa membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja dan orang lainnya. Dalam memberikan rekomendasi tersebut ada beberapa faktor
yang diperhatikan yaitu riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan, penilaian terhadap fisik dan alat-alat tubuh, apakah tidak akan terpengaruh oleh
pekerjaannya, evaluasi dari macam kerja yang akan diberikan. b. Pemeriksaan kesehatan berkala yang bertujuan untuk mengetahui status
kesehatan pekerja yang mempunyai efek buruk terhadap kesehatannya. c. Pemeriksaan kesehatan setelah pekerja menderita sakit atau kecelakaan.
d. Pemerikasaan kesehatan pada waktu pensiun atau berhenti bekerja yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada gangguan kesehatan akibat kerja.
2. Diagnosa dan pengobatan atau kecelakaan akibat kerja, termasuk rehabilitasinya. 3. Pengobatan darurat dan pengobatan atas kecelakaan yang bukan akibat kerja.
4. Pendidikan terhadap pekerja akan potensial occupationalhazard dan tindakan pencegahan dan pengetahuan akan bahaya terhadap kesehatan.
5. Program penentuan perlunya alat-alat perlindungan diri dan pengadaannya.
Universitas Sumatera Utara
6. Inspeksi berkala dan evaluasi atas lingkungan kerja untuk mengetahui apakah ada kemungkinan berbahaya terhadap kesehatan serta pencegahannya.
7. Pemeriksaan atau studi terhadap bahan kimia yang dipergunakan yang belum mendapat pemeriksaan secara toksikologis.
8. Studi epidemiologik untuk mengevaluasi dampak daripada lingkungan kerja. 9. Pemerikasaan occupational health records.
10. Imunisasi terhadap penyakit infeksi. 11. Ikut serta dalam penentuan dan evaluasi dari ansuransi pekerja.
12. Keikutsertaan dalam program peraturan dari perusahaan yang berhubungan dengan kesehatan.
13. Mengevaluasi secara periodik efektivitas program kesehatan kerja yang ada.
II. Komponen Pilihan, meliputi:
1. Penyediaan tempat pengobatan klinik untuk hal-hal yang sifatnya minor dan non occupational
. 2. Pengobatan yang berulang-ulang dan kondisi non occupational yang diberikan
oleh dokter pribadi seperti fisioterapis, suntikan yang rutin, dapat disediakandiadakan demi mencegah hilangnya waktu kerja dan tentunya
menurunkan biaya dari pekerja itu sendiri. 3. Program bantuan terhadap pekerja bertujuan untuk membantu memecahkan
masalah atau keadaan yang ada hubungannya dan dapat mempengaruhi kesehatankesejahteraan serta pekerjaan.
4. Pendidikan kesehatan dan konsultasi.
Universitas Sumatera Utara
5. Bantuan terhadap pimpinan perusahaan dalam mengontrol absen kerja oleh karena sakit.
6. Program keadaan darurat di tempat kerja, termasuk koordinasi dengan bagian yang penting di luar perusahaan.
Program keselamatan dan kesehatan kerja akan memperbaiki kualitas hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menciptakan
situasi kerja yang aman, tenteram dan sehat sehingga dapat mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif. Melalui program keselamatan dan kesehatan kerja, terjadinya
kerugian dapat dihindarkan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerjanya Siregar, 2005.
Heinrich menyatakan prinsip dasar dari program keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu diterapkan dalam upaya pencegahan kecelakaan, yaitu :
1. Melakukan usaha inspeksi keselamatan kerja untuk mengidentifikasikan kondisi- kondisi yang tidak aman.
2. Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara kerja yang aman.
3. Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh semua pekerja.
4. Pembinaan displin dan ketaatan terhadap semua peraturan di bidang keselamatan kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Tujuan dan Sasaran Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja secara umum adalah mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya memberdayakan keselamatan
dan kesehatan kerja guna mencapai kecelakaan nihil. Sasaran dari program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
1. Meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman dan penghayatan K3 semua unsur pimpinan dan pekerja pada sutau perusahaan.
2. Meningkatkan fungsi manajemen K3 atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Mendorong terbentuknya manajemen K3 pada setiap perusahaan. 4. Mendorong pembinaan K3 pada sektor informal dan masyrakat umum.
2.2 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.2.1 Defenisi Pelatihan K3
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan langkah penting dalam meningkatkan kemampuan dan prestasi kerja karyawan. Untuk meningkatkan
sumber daya manusia diperlukan sebuah pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetisi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja Sastrohadiwiryo, 2002. Program pelatihan merupakan suatu keharusan bagi sebuah industri perusahaan bila menghendaki hasil
yang lebih maksimal dari kinerja para pekerjanya. Pelatihan K3 adalah pengertian yang seksama tentang prosedur pelaksanaan tugas dan pengetahuan tentang bahaya-
bahaya yang menyertai kinerja akan mengeliminasi berbagai kecelakaan Sukarmin, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan merupakan proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui
pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak Sastrohadiwiryo, 2002.
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pelatihan yang diselenggarakan
dan diarahkan
untuk membekali,
meningkatkan, dan
mengembangkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan tenaga kerja. Kebutuhan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain berbeda sesuai sifat bahaya, skala kegiatan dan kondisi pekerja Ramli, 2010.
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting mengingat kebanyakan kecelakaan terjadi pada pekerja yang belum terbiasa bekerja secara
selamat. Penyebabnya adalah ketidaktahuan tentang bahaya atau cara mencegahnya meskipun tahu tentang adanya suatu resiko Santoso,2002.
Menurut Soehatman Ramli 2010, pengembangan pelatihan K3 yang baik dan efektif dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain :
1. Analisa Jabatan atau pekerjaan
Dalam tahapan ini dilakukan identifikasi dan analisa semua pekerjaan atau jabatan yang ada dalam perusahaan kemudian akan dibuat daftar pekerjaan
yang dilakukan oleh setiap pekerja. 2.
Identifikasi pekerjaan atau tugas kritis Melakukan identifikasi tentang pekerjaan yang tergolong berbahaya dan
beresiko tinggi dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pekerja.
Universitas Sumatera Utara
3. Mengkaji data-data kecelakaan
Informasi kecelakaan yang pernah terjadi merupakan masukan penting dalam merancang
pelatihan K3.
Kecelakaan mengidentifikasikan
adanya penyimpangan atau kelemahan dalam sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja SMK3, salah satu diantaranya adalah kurangnya kompetensi atau kepedulian mengenai K3. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan dan
pelatihan. 4.
Survei kebutuhan pelatihan Melakukan survei mengenai kebutuhan pelatihan dan jenis pelatihan yang
diperlukan untuk meningkatkan keterampilan pekerja sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan selamat di masing-masing tempat kerja.
5. Analisa kebutuhan pelatihan
Melakukan analisa keselamatan kerja untuk mengetahui apa saja potensi bahaya yang ada dalam suatu pekerjaan. Dari analisa keselamatan kerja dapat
diidentifikasi jenis bahaya dan tingat resiko dari setiap pekerjaan. 6.
Menentukan sasaran dan target pelatihan Pelatihan K3 diharapkan akan memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku dari masing-masing pekerja. Sasaran dan target pelatihan harus ditetapkan dengan tepat sebagai masukan untuk merancang
format dan silabus pelatihan. 7.
Mengembangkan objektif pembelajaran Pelatihan K3 harus dapat menjangkau semua tingkat dan perbedaan pekerja
yang ada dalam suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
8. Melaksanakan pelatihan
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilakukan secara eksternal melalui lembaga pelatihan atau secara internal yang dirancang sesuai dengan
kebutuhan. 9.
Melakukan evaluasi Hasil pelatihan harus dievaluasi untuk menentukan efektifitasnya. Evaluasi
dilakukan terhadap seluruh aspek pelatihan seperti materi pelatihan dan dampak terhadap pekerja setelah kembali ke tempat kerja masing-masing.
10. Melakukan perbaikan Langkah terakhir dalam proses pelatihan adalah melakukan perbaikan
berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Dalam melaksanakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja terdapat
beberapa teknik yang dapat dilakukan Ridley, 2008, antara lain : 1.
Perkulihan dan percakapan 2.
Video dan film 3.
Peran yang langsung dimainkan oleh peserta pelatihan 4.
Studi kasus 5.
Diskusi kelompok 6.
Latihan dan praktek di luar kelas 7.
Pelatihan langsung di tempat kerja
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Jenis Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Soehatman Ramli 2010, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Induksi K3
Induksi K3 yaitu pelatihan yang diberikan sebelum seseorang mulai bekerja atau memasuki tempat kerja. Pelatihan ini ditujukan untuk pekerja baru,
pindahan, mutasi, kontraktor dan tamu yang berada di tempat kerja. 2.
Pelatihan Khusus K3 Pelatihan ini berkaitan dengan tugas dan pekerjaan masing-masing pekerja.
Misalnya pekerja di lingkungan pabrik kimia harus diberi pelatihan mengenai bahan-bahan kimia dan pengendaliannya.
3. Pelatihan K3 Umum
Pelatihan K3 umum merupakan program pelatihan yang bersifat umum dan diberikan kepada semua pekerja mulai level terbawah sampai manejemen
puncak. Pelatihan ini umumnya bersifat awareness yaitu untuk menanamkan budaya atau kultur K3 di kalangan pekerja. Misalnya pelatihan mengenai dasar
K3 dan petunjuk keselamatan seperti keadaan darurat dan pemadam kebakaran.
2.2.3 Manfaat Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Widuri 1992 setiap program pelatihan kerja ada manfaatnya, demikian juga dengan pelatihan K3. Manfaat pelatihan K3 yaitu :
1. Meningkatkan ilmu dan keterampilan pekerja 2. Mengurangi kecelakaan kerja
3. Mengurangi absensi dan penggantian pekerja
Universitas Sumatera Utara
4. Mengurangi beban pengawasan 5. Mengurangi waktu yang terbuang
6. Mengurangi biaya lembur 7. Mengurangi biaya pemeliharaan mesin
8. Mengurangi keluhan-keluhan 9. Meningkatkan kepuasaan kerja
10. Meningkatkan produksi 11. Komunikasi yang baik
12. Kerjasama yang baik 2.2.4
Indikator Keberhasilan Pelatihan K3
Untuk mengetahui efektifitas dari suatu pelatihan K3 dapat diukur dengan memperhatikan indikator keberhasilan pelatihan Widuri, 1992, yaitu :
1. Prestasi kerja karyawan 2. Kedisplinan karyawan
3. Absensi karyawan 4. Tingkat kerusakan produksi, alat-alat dan mesin
5. Tingkat kecelakaan karyawan 6. Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu
7. Tingkat kerja sama karyawan 8. Tingkat upah karyawan
9. Prakarsa karyawan 10. Kepemimpinan dan kepuasaan manajerial.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Job Safety Analysis
2.3.1 Defenisi
Job Safety Analysis
Dalam membuat prosedur pekerjaan, bahaya yang akan timbul sudah diidentifikasi dan telah disiapkan cara penanggulangannya melalui penerapan
program analisa keselamatan kerja Ladou, 2007. Job safety analysis adalah suatu pendekatan struktural untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam suatu pekerjaan
dan memberikan langkah-langkah perbaikan Anonim, 2007. Job safety analysis
merupakan uraian setiap operasi dalam pekerjaan, menelaah bahaya-bahaya dari tiap-tiap kegiatan dan menunjukkan tindakan
pencegahannya. Analisa keselamatan kerja berhubungan dengan penelaahan izin kerja, rencana peralatan, kualifikasi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan
pedoman kerja serta latihan yang diperlukan Suma’mur, 1996. Job safety analysis
merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di tempat kerja dan mencari cara untuk menanggulangi resiko bahaya. Dalam analisa
keselamatan kerja dilakukan peninjauan terhadap metode kerja dan menemukan bahaya yang mungkin diabaikan dalam proses design peralatan, pemasangan mesin
dan proses kerja. Melalui penerapan analisa keselamatan kerja dapat dilakukan perubahan prosedur kerja menjadi lebih aman Greenwood, 2006.
Tujuan melaksanakan job safety analysis adalah sebagai beikut : 1. Memberikan pelatihan individu mengenai keselamatan dan prosedur kerja
efisien. 2. Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.
Universitas Sumatera Utara
3. Meninjau prosedur kerja setelah terjadi kecelakaan. 4. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.
5. Meningkatkan partisipasi pekerja mengenai keselamatan di tempat kerja. 6. Mengurangi absen.
7. Mengurangi biaya kompensasi pekerja. 8. Meningkatkan produktivitas.
2.4 Proses Job Safety Analysis
Menurut Greenwood 2006, proses job safety analysis terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu : 1. Memilih Pekerjaan
Pekerjaan dengan kecelakaan yang besar akan menjadi prioritas dan dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, terdapat beberapa
faktor yang harus dipenuhi antara lain : 1. Frekuensi kecelakaan.
Pekerjaan dengan frekuensi kecelakaan tinggi memjadi prioritas utama dalam
job safety analysis
. 2. Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.
Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam job
safety analysis .
3. Kekuatan potensi
Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun berpotensi untuk menimbulkan bahaya.
Universitas Sumatera Utara
4. Pekerjaan baru
Job safety analysis untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat segera mungkin.
Job safety analysis
untuk pekerjaan baru tidak boleh ditunda hingga dapat terjadi kecelakaan atau hampir terjadi kecelakaan.
5. Mendekati bahaya Pekerjaan dengan tingkat bahaya yang besar harus menjadi prioritas dalam
job safety analysis .
2. Membagi Pekerjaan Untuk membagi pekerjaan diperlukan seorang pekerja yang mampu melakukan
observasi. Pekerja yang mampu melakukan observasi adalah pekerja yang berpengalaman dan kooperatif sehingga mampu berbagi ide.
3. Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja
Tahap berikutnya untuk mengembangkan job safety analysis adalah melakukan
identifikasi semua bahaya. Identifikasi dilakukan terhadap bahaya yang disebabkan oleh lingkungan dan yang berhubungan dengan prosedur kerja.
4. Mengembangkan Solusi
Langkah terakhir dalam job safety analysis adalah mengembangkan prosedur
kerja yang aman untuk mencegah kejadian atau potensi kecelakaan. Beberapa solusi yang dapat diterapkan antara lain :
a. Menemukan cara baru untuk suatu pekerjaan. b. Mengubah prosedur kerja,
c. Mengurangi frekuensi pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Standard Operating Procedure