mempertahankan diri dari musuh atau pesaingnya. Jika dibandingkan dengan kerabatnya Bos gaurus, banteng relatif lebih tidak agresif jika terganggu Lekagul
McNeely 1977.
5.3.5 Perilaku kawin
Pada musim-musim tertentu banteng dewasa mengalami musim kawin. Banteng termasuk satwa monoestrus artinya mempunyai satu musim kawin dalam
setahun Hogerwerf 1970. Menurut Hogerwerf 1970 masa kawin banteng di Ujung Kulon adalah bulan Juli, September, Oktober. Diduga selama penelitian
terjadi musim kawin di Taman Nasional Meru Betiri dikarenakan selama penelitian berlangsung terdapat aktivitas kawin dan perkelahian banteng jantan
dewasa untuk memperebutkan kekuasaan untuk memilih betina yang akan dikawininya. Selama pengamatan ditemukan tiga kali aktivitas kawin yaitu pagi
hari pukul 05.15 dan dua kali pada sore hari pukul 16.30. Selama pengamatan banteng memerlukan suasana yang tenang untuk memulai aktivitas kawin.
Banteng jantan yang akan melakukan kegiatan ini lebih sensitif jika dalam proses kawin tersebut terganggu.
Gambar 14 Tahapan aktivitas kawin. Aktivitas kawin ini diawali dengan gelisahnya banteng jantan dengan
menanduk-nandukkan tanduknya ke semak dan tanah, selain itu banteng dewasa yang akan melakukan kawin cenderung lebih agresif dan makan lebih banyak,
banteng jantan bersuara lebih banyak dari biasanya, banteng jantan mendekati banteng betina dan menjilati pantatnya dan sering mendongakkan kepala seperti
gambar 14. Menurut Alikodra 1983 dalam musim kawin, banteng dewasa tampak lebih agresif. Banteng jantan yang memenangkan perkelahian biasanya
memilih betina yang akan dikawininya dengan cara mendekati betina dan mulai menciumi pantat betina, aktivitas ini dilakukan berulangkali pada saat musim
kawin terjadi.
5.3.6 Perilaku bermain
Bermain adalah aktivitas yang paling sering dilakukan oleh anak banteng. Aktivitas ini dilakukan anak banteng untuk melatih otot agar dapat beradaptasi
dengan lingkungannya. Dari kelompok banteng yang diamati di Bandealit terlihat bahwa anak banteng terlihat sangat aktif bergerak. Anak banteng ini lebih suka
berlari kesana kemari walau banteng yang lain sedang makan. Dari pengamatan ada beberapa perilaku anakan yang terlihat adalah berlari-larian di sekitar
kelompok, meloncat-loncat di sekitar kelompok dan menanduk pelan ke arah banteng lain.
Aktivitas bermain ini biasanya dilakukan anak banteng sendirian. kadang kala anak banteng berlari-larian sendiri agak jauh namun jika ada gangguan
seperti datangnya pengamat maka banteng anakan tersebut diam sejenak memandangi sumber gangguan lalu berlari kembali ke kelompoknya. Aktivitas
bermain anak ini ada juga seperti menanduk banteng yang lebih dewasa namun reaksi banteng dewasa kadang diam saja kadang mengusirnya. Aktivitas bermain
seperti berlari-larian, lompat-lompatan kesana kemari dan mengganggu banteng dewasa ini merupakan proses belajar untuk melatih tubuh dan mengenal
lingkungan sekitarnya. Setiawati 1986 menyatakan bahwa anak banteng cenderung lebih banyak melakukan gerakan berupa berlari-lari, meloncat-loncat,
dan mengganggu banteng lainnya, hal ini timbul oleh adanya rangsangan ingin tahu dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Pendapat tersebut dikuatkan
oleh Suratmo 1979 dan Wallace 1938 menyatakan bahwa tingkah laku bermain mempunyai manfaat besar karena tingkah laku ini merupakan latihan
dalam berkelahi untuk membela diri, melatih cara menangkap dan membunuh mangsanya, meningkatkan kelincahan badannya untuk dapat survival di alam.
5.3.7 Perilaku mengasuh anak
Mengasuh anak dilakukan oleh banteng betina dewasa. Anak banteng mulai bisa merumput pada umur kurang lebih 14 hari, tetapi selama sebulan pertama
masih tetap menyusu pada induknya Setiawati 1986. Anak banteng yang baru