Perilaku bermain Perilaku mengasuh anak

lahir tidak bisa merumput atau minum sendiri, sehingga induk banteng akan mengasuh sampai anak bisa bertahan hidup sendiri. Kegiatan mengasuh anak ini akan berakhir ketika datangnya musim kawin karena pada musim ini betina dewasa lebih memilih fokus pada jantan dewasa. Suratmo 1979 mengatakan bahwa setiap mamalia, aktivitas mengasuh anaknya berhenti pada musim kawin walaupun kadang-kadang anaknya masih kecil. Induk dan anak banteng merupakan suatu unit sosial terkecil, sering terlihat duduk bersama dan berdekatan Setiawati 1986. Aktivitas mengasuh anak ini biasanya dilakukan oleh banteng betina. Induk banteng tidak akan membiarkan anaknya yang masih kecil bermain atau mencari makan terlalu jauh dari induknya. Gambar 15 Aktifitas mengasuh anak. Banteng akan mengeluarkan kuakan lemah jika anak bermain atau merumput sudah terlalu jauh dari induknnya. Hal ini seperti yang dikemukakan Hogerwerf 1970 banteng betina bila akan memanggil anaknnya dengan cara mengeluarkan kuakan lemah dan anak-anaknya akan mendekati induknya. Perilaku mengasuh anak lain yang ditemukan salama pengamatan adalah sang induk yang menjilat-jilat tubuh anaknya yang masih kecil, biasanya kegiatan ini berlangsung selama lima menit selain itu hal ini merupakan komunikasi antara anak dan induk selain itu aktivitas ini bermaksud untuk membersihkan kulit sang anak. Perilaku mengasuh anak yang lain adalah perilaku induk menyusui.

5.3.8 Perilaku agonistik

Pada musim-musim tertentu banteng dewasa melakukan perkelahian yang tidak jarang menyebabkan kematian. Penyebab perkelahian antar banteng jantan bisa karena perebutan kekuasaan atau memperebutkan banteng betina yang akan dikawini. Pada saat penelitian berlangsung ditemukan perilaku agonestik dan satu kali perjumpaan banteng berkelahi pada malam hari yang menyebabkan salah satu banteng terluka dan mati. Dari data di lapangan sebelum terjadi kontak tubuh, kedua banteng jantan dewasa yang akan melakukan perkelahian tersebut mengeluarkan dengusan lalu mulai menandukkan tanduk ke arah musuhnya. Terjadinya perkelahian antara banteng jantan dewasa di Sukamade pada tanggal 28 juni ini mengakibatkan salah satu banteng dewasa mati, hal ini diduga dikarenakan perebutan betina karena akan memasuki musim kawin. Menurut penduduk yang menyaksikan, perkelahian antara kedua banteng tersebut berlangsung kurang lebih selama satu jam di kebun Sukamade. Hasil perkelahian tersebut adalah terlukanya salah satu banteng dengan robeknya perut seperti terlihat di Gambar 16. Banteng yang kalah dan terluka tersebut akhirnya menjauh dari kelompoknya dan menjadi banteng soliter lalu seminggu kemudian banteng tersebut ditemukan oleh petugas dalam keadaan telah mati. Selain berkelahi, perilaku agonestik ini meliputi sikap mengancam antar individu seperti ketika saat penelitian ditemukan perilaku saling mendengus yang menandakan mengancam antara banteng jantan dewasa dengan banteng jantan dewasa lainnya karena memperebutkan tempat makan. Gambar 16 Banteng yang kalah setelah berkelahi foto: TNMB. Apabila terjadi perubahan di dalam hirarki sosial dalam suatu kelompok satwa, sering terjadi perkelahian terutama yang jantan Suratmo 1979. Timbulnya perkelahian bisa disebabkan oleh banteng yang ingin menunjukkan kekuatan dan superioritas dalam kelompoknya, hal ini dilakukan untuk mempertahankan