dikawini. Pada saat penelitian berlangsung ditemukan perilaku agonestik dan satu kali perjumpaan banteng berkelahi pada malam hari yang menyebabkan salah satu
banteng terluka dan mati. Dari data di lapangan sebelum terjadi kontak tubuh, kedua banteng jantan dewasa yang akan melakukan perkelahian tersebut
mengeluarkan dengusan lalu mulai menandukkan tanduk ke arah musuhnya. Terjadinya perkelahian antara banteng jantan dewasa di Sukamade pada
tanggal 28 juni ini mengakibatkan salah satu banteng dewasa mati, hal ini diduga dikarenakan perebutan betina karena akan memasuki musim kawin. Menurut
penduduk yang menyaksikan, perkelahian antara kedua banteng tersebut berlangsung kurang lebih selama satu jam di kebun Sukamade. Hasil perkelahian
tersebut adalah terlukanya salah satu banteng dengan robeknya perut seperti terlihat di Gambar 16. Banteng yang kalah dan terluka tersebut akhirnya menjauh
dari kelompoknya dan menjadi banteng soliter lalu seminggu kemudian banteng tersebut ditemukan oleh petugas dalam keadaan telah mati.
Selain berkelahi, perilaku agonestik ini meliputi sikap mengancam antar individu seperti ketika saat penelitian ditemukan perilaku saling mendengus yang
menandakan mengancam antara banteng jantan dewasa dengan banteng jantan dewasa lainnya karena memperebutkan tempat makan.
Gambar 16 Banteng yang kalah setelah berkelahi foto: TNMB. Apabila terjadi perubahan di dalam hirarki sosial dalam suatu kelompok
satwa, sering terjadi perkelahian terutama yang jantan Suratmo 1979. Timbulnya perkelahian bisa disebabkan oleh banteng yang ingin menunjukkan kekuatan dan
superioritas dalam kelompoknya, hal ini dilakukan untuk mempertahankan
kekuasaannya. Setiawati 1986 mengatakan adanya sikap menantang dari seekor banteng akan menimbulkan respon dari banteng lainnya. Respon yang diberikan
bermacam-macam, antara lain: diam, menghindar dan menanggapai. banteng yang menanggapi tantangan dari banteng lain maka perkelahian akan terjadi.
5.3.9 Hubungan intraspesifik dan interspesifik
Satwa hidup berkelompok disebabkan oleh beberapa hal yaitu adanya hubungan kekerabatan, kesamaan kepentingan dalam menggunakan sumberdaya
dan anti predator. Banteng di Taman Nasional Meru Betiri hidup secara berkelompok. Dalam kelompok terjadi suatu hirarki sosial dimana terdapat pola
pemimpin dan yang dipimpin. Kelompok dipimpin oleh banteng betina dimana banteng betina lebih
sensitif jika terdapat gangguan dibandingkan dengan banteng jantan. Banteng betina yang paling tua memberi peringatan jika ada bahaya. Kelompok banteng
pergi untuk makan atau lari ke dalam hutan maka banteng yang berada paling depan adalah banteng betina. Banteng betina akan lebih dahulu menunjukkan
sikap waspada dengan mendongakkan kepala menghadap ke sumber gangguan dan jika dirasa membahayakan Gambar 17, banteng betina tersebut memimpin
kelompoknya masuk ke dalam hutan.
Gambar 17 Sikap waspada banteng betina. Banteng jantan dewasa dalam kelompok juga sangat mengambil peran
ketika adanya bahaya yang mengancam kelompoknya. Jika terdesak masuk hutan maka banteng jantan dewasa berada yang paling terakhir, hal ini bertujuan untuk
melindungi kelompoknya. Banteng jantan dewasa ini biasanya membentuk formasi menghadap sumber datangnya bahaya seperti pada Gambar 18, yang
bertujuan untuk melindungi kelompoknya. Banteng jantan dewasa yang memenangkan pertarungan ketika musim kawin akan memperoleh kekuasaan
untuk kawin dan memilih betina yang akan dikawininnya. Banteng remaja dalam kelompok bersifat kodominan karena belum memiliki peran dalam kelompok.
Banteng remaja ini cenderung mengikuti banteng dewasa dalam hal berpindah untuk makan dan banteng remaja ini ketika dewasa akan mengambil alih
kekuasaan dalam kelompoknya.
Gambar 18 Formasi banteng jantan ketika ada bahaya.
Menurut Suratmo 1979 hirarki sosial di dalam suatu masyarakat binatang sering disebut “Peck Order” yaitu terdapat banteng yang lebih berkuasa dan
dihormati dalam kelompoknya terbentuk atau berkembang karena beberapa faktor di antaranya adalah pengalaman suatu satwa, umur, keadaan tubuhnya atau ukuran
tubuhnya. Banteng cenderung bergabung dengan banteng yang relatif seumur dalam
kelompoknya. Beberapa contoh adalah hubungan antara induk dan anak yang akrab tetapi pada saat musim kawin maka hubungan keduanya menjadi renggang,
hal ini tampak pada pengusiran anak oleh induknya. Banteng jantan dewasa memang tidak memimpin suatu kelompok namun
pada musim tertentu terutama pada musim kawin banteng jantan dewasa biasanya melakukan perkelahian untuk mendapatkan kekuasaan terutama dalam memilih
betina yang akan dikawini.