Struktur populasi Populasi Banteng
tubuhnya ke daerah yang rapat dan aman. Untuk itu, banteng membentuk ukuran kelompok yang lebih kecil pada daerah yang rapat sebagai strategi pertahanan diri
dari pemangsa.
a b
c d
e Gambar 7 Kelas umur banteng. Keterangan: a jantan dewasa; b betina dewasa;
c jantan muda; d betina muda; e anak. Kolompok banteng terdiri dari betina sebagai ketua kelompok lalu oleh
jantan dan anak seperti pada Gambar 8. Jantan dan betina dibedakan dengan warna tubuhnya, dimana banteng betina berwarna coklat dan banteng jantan
berwarna hitam. Banteng yang masih anak tidak bisa dibedakan jenis kelaminnya berdasarkan warnanya, karena anak banteng jantan maupun betina berwarna
coklat muda. Banteng akan berubah warna menurut kelaminnya ketika remaja lalu semakin pekat warna tubuh dan tanduk yang semakin tumbuh ke dalam maka
menandakan umur Banteng tersebut semakin tua. Terdapat beberapa kelompok banteng yang dijumpai selama penelitian yaitu
4 kelompok di Bandealit tepatnya 1 kelompok di Blok Banyuputih, 1 kelompok di Blok pringtali, 2 kelompok di Blok Balsa dan Kedungwatu serta 1 kelompok di
Sukamade. Sex rasio banteng di Resort Sukamade adalah 1 : 4 dan Resort Bandealit
adalah 1 : 2. Sex rasio pada Resort Sukamade merupakan sex rasio yang ideal, hal ini sesuai dengan penelitian Hoogerwerf 1970 diacu dalam Alikodra 1983
yang menyatakan bahwa sex rasio yang ideal pada banteng adalah 1 : 3 sampai 1 : 4.
Sex rasio pada Resort Bandealit yang lebih kecil atau digambarkan banyaknya jantan dari jumlah yang ideal menurut Alikodra 1983. Tahun 2006
pihak Taman Nasional memindahkan kawanan banteng translokasi yang keluar dari area Taman Nasional. Kawanan banteng yang keluar kawasan itu masuk ke
dalam perkebunan Malangsari yang letaknya bersebelahan kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Hal ini yang menyebabkan sex rasio banteng di Bandealit
tidak ideal Nugroho 9 Februari 2011, komunikasi pribadi. Kawanan banteng yang masuk perkebunan Malangsari ini yang betina dibawa ke Taman Safari
Prigen dan banteng jantan dengan jumlah kurang lebih 18 ekor dibawa ke Bandealit. Pemindahan banteng jantan ini yang kemudian membuat sex rasio
banteng di Bandealit berubah lebih kecil dari sex rasio ideal menurut Hoogerwerf 1970. Akibat dari jumlah betina yang lebih kecil dibanding jumlah ideal ini
menyebabkan meningkatnya persaingan yang terjadi antara individu jantan dewasa, seperti perebutan kekuasaan atau perebutan betina untuk dikawini.
Memperbaiki sex rasio dapat dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu penambahan betina potensial atau pengurangan jantan potensial Alikodra 1983.
5.3 Perilaku 5.3.1 Perilaku makan
Hasil pengamatan perilaku banteng di lapangan dilakukan pada tiga tempat yaitu Sukamade, Gunung Betiri dan Bandealit antara lain perilaku makan, minum,
beristirahat, merawat tubuh, kawin, mengasuh anak, berkelahi dan hubungan antara sesama banteng dan satwa yang menggunakan habitat yang sama.
Banteng melakukan aktivitas makannya hampir setiap sore sekitar jam 16.00 hingga pagi hari jam 09.00 ketika matahari tidak terlalu terik, karena jika
matahari sudah terik banteng akan masuk ke hutan. Hogerwerf 1970 mengatakan banteng menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merumput
dan memamah biak. Dibandingkan dengan kerabat dekatnya Bos gaurus seperti dikemukakan Leekagul dan McNeely 1977 bahwa banteng pada habitatnya lebih
suka pada area terbuka dari pada Bos gaurus.
Gambar 8 Aktifitas makan. Aktivitas makan banteng dilakukan secara bergerombol pada sore hingga
pagi hari karena meminimalisasi perjumpaan dengan manusia. Pada saat aktivitas merumput biasanya banteng betina lebih sensitif jika ada gangguan. Banteng
betina akan mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah terjadinya gangguan. Kawanan banteng biasanya merumput selama 20-25 menit lalu berjalan mencari
tempat lain untuk merumput dengan dipimpin oleh banteng betina. Frekuensi perjumpaan aktivitas makan banteng selama penelitian adalah 16 kali, didapat 4
kali banteng ditemukan melakukan aktivitas makannya di hutan sedangkan 12 kali