di dalam negeri sekitar 120.639 ton sedangkan karet remah yang diekspor keluar negeri sekitar 2.148.439 ton. Jadi, sekitar 90 karet remah Indonesia dipasarkan
ke luar negeri. Karena karet remah lebih banyak di pasarkan di luar negeri maka kualitas dan harga serta volume penjualan harus dijaga agar dapat bersaing dengan
produsen karet remah negara lain. Pada tahun 2003 sampai dengan 2007 terjadi peningkatan volume dan
harga ekspor karet remah Indonesia karena permintaan yang tinggi dari negara Amerika Serikat, China, India dan Jepang. Konsumsi karet alam dunia pada tahun
2005 sebesar 8,74 ton tumbuh 5,1 dari tahun 2004, sementara produksi dunia sebesar 8,68 juta ton. Pada tahun 2007 total konsumsi karet alam mencapai 9,735
juta ton sedangkan produksi hanya 9,685 juta ton sehingga ada selisih 30 juta ton kebutuhan pasar yang tidak dapat terpenuhi IRSG,2008.
4.2.5. Harga Ekspor Karet Remah Indonesia
Harga ekspor komoditi diartikan sebagai suatu kesepakatan harga yang timbul dari proses perdagangan suatu komoditi antara kedua belah pihak
eksportir dan importir. Harga ekspor merupakan perbandingan antara nilai ekspor dan volume ekspor, sehingga kenaikkan harga ekspor akan equivalent
dengan kenaikan nilai ekspor yang secara tidak langsung juga berpengaruh positif terhadap daya saing suatu komoditi. Namun demikian, karet remah merupakan
komoditi yang bersifat inelastis, kinerja ekspor karet remah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap daya saing industri karet remah Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Harga Ekspor Karet Remah Indonesia 1993-2008
Karet remah akan tetap dibutuhkan dan dikonsumsi oleh konsumen perusahaan untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Karet remah biasanya
digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi ban. Harga ekspor karet remah Indonesia meningkat dari tahun 1993 dari level harga 897,5 ton sampai dengan
1995 mencapai nilai 1954,78 ton dan menurun secara signifikan sampai tahun 1999 hingga mencapai harga 711,145 ton. Harga karet remah Indonesia
berfluktuatif dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar, jumlah permintaan konsumen dan kuantitas ekspor karet remah setiap tahunnya.
4.2.6. Pemasaran Karet Remah Indonesia
Bahan baku industri karet remah berasal dari hasil produksi perkebunan rakyat, swasta dan pemerintah yang tersebar di seluruh wilayah indonesia.
Perkebunan karet di Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat dengan hasil produksi yang didominasi dengan slab, sheet angin dan beberapa bentuk karet
beku lainnya. Alur pemasaran bahan baku karet remah dari petani sampai dengan konsumen tingkat akhir karet remah disebut dengan saluran tata niaga.
500 1000
1500 2000
2500 3000
19 9
3 19
9 4
19 9
5 19
9 6
19 9
7 19
9 8
19 9
9 20
20 1
20 2
20 3
20 4
20 5
20 6
20 7
20 8
Tahun ton
Alur perjalanan kare pengolahan sampai dengan
pedagang dan lain-lain Ga tata niaga yang beragam u
remah Indonesia. Saluran ta akan berpengaruh terhadap
jalur tata niaga maka pemasa
Gambar 4.2 S
Tata niaga karet mer petani dan perkebunan-perk
karet remah. Pihak-pihak ya lain petani, pengumpul, kop
eksportir. Sebagian besar b yang diperoleh dari hasil pet
aret remah dari pemilihan dan pembelian bahan b n produk akhir melewati berbagai pihak seperti pe
Gambar 4.2. Keadaan tersebut menyebabkan jari untuk menampung dan menyalurkan produksi
tata niaga dari petani karet sampai ke konsumen ap besarnya harga jual karet tersebut, semakin pe
asaran produk tersebut akan lebih efektif.
.2 Saluran Tata niaga Karet Indonesia
erupakan mata rantai kegiatan yang panjang dari ju erkebunan karet serta perusahaan-perusahaan eksp
yang terlibat dalam saluran tata niaga karet remah a operasi KUD, pedagang besar, pabrik sampai de
bahan baku karet remah seperti slab dan sheet a petani karet rakyat memiliki kualitas yang rendah.
n baku, i petani,
jaringan si karet
n akhir pendek
i jutaan ksportir
h antara dengan
t angin .