Uji Kesesuaian Model Metode Ordinary Least Square OLS

c. Multikolinearitas Multikolinearitas diartikan sebagai adanya hubungan yang “sempurna” atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolnearitas dapat dilakukan dengan melihat correlation matrix. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat koefisien korelasi antarvariabel bebas. Jika korelasinya kurang dari 0,8 rule of thumbs 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas. Tetapi jika nilai koefisien korelasinya lebih dari 0,8 rule of thumbs 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat multikolinearitas dalam model tersebut. Multikolinearitas menyebabkan koefisien-koefisien regresi dugaan memiliki ragan yang sangat besar, implikasinya statistik t yang didefinisikan sebagai rasio antara koefisien regresi dan simpangan bakunya menjadi lebih kecil yang berakibat pada pengujian koefisien akan cenderung untuk menerima H sehingga koefisien-koefisien regresi tidak nyata, yang akhirnya seringkali persamaan regresi yang dihasilkan menjadi missleading Wetherill, 1986. Cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan melihat nilai faktor inflasi ragam Variance Inflation Factor atau VIF, yaitu pengukuran multikolinearitas untuk peubah bebas ke-i. Nilai VIF akan semakin besar jika terdapat korelasi yang semakin tinggi antarvariabel bebas. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 bisa digunakan sebagai petunjuk adanya kolinearitas Neter et al., 1990. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas antara lain: 1 membuang peubah bebas yang mempunyai multikolinearitas tinggi dengan peubah bebas lainnya, 2 menambah data pengamatan atau contoh, dan 3 melakukan transformasi terhadap peubah-peubah bebas yang mempunyai kolinieritas atau menggabungkan menjadi peubah-peubah bebas baru yang mempunyai arti. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas adlah dengan menggunakan regresi gulud ridge regression, regresi kuadrat terkecil parsial partial least square dan regresi komponen utama principal component regression. 2. Kriteria Statistika Secara statistika terdapat beberapa uji yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian model yaitu : a. Uji F Uji F digunakan untuk menguji bagaimanakah pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis: H : β 1 = β 2 = … = β t = 0 tidak ada variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. H 1 : minimal ada satu β 1 yang tidak sama dengan nol paling tidak ada satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. t : 1,2,3….n Jika probability t-statistic taraf nyata α, maka tolak H dan dapat disimpulkan bahwa minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. Jika probability t-statistic taraf nyata α, maka terima H dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu pun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. b. Uji t Uji t disebut juga uji signifikansi variabel secara parsial karena melihat signifikansi masing-masing varabel yang terdapat di dalam model. Besaran yang digunakan dalam uji ini adalah statistik t. Langkah pertama untuk melaksanakan uji t adalah dengan menuliskan hipotesis pengujian. H : β t = 0 H 1 : β t ≠ 0 Selanjutnya dilakukan perhitungan t-statistic dengan menggunakan rumus: = β Dimana : = parameter dugaan = parameter hipotesis Se β = standard error parameter β Jika nilai t-statistik yang didapat pada taraf nyata sebesar α lebih dari t- tabel t stat t tabel maka tolak H 0. Dapat diambil kesimpulan bahwa koefisien dugaan β tidak sama dengan nol β ≠0 dan variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya, jika nilai t- statistik kurang dari t-tabel t stat t tabel maka terima H 0, dapat diambil kesimpulan bahwa koefisien dugaan β sama dengan nol β=0 dan variabel yang diuji berpengaruh tidak nyata terhadap variabel tidak bebas. Model yang digunakan diduga akan semakin baik jika semakin banyak variabel bebas yang signifikan atau bepengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya. 3. Kriteria Ekonomi Dalam kriteria ekonomi akan diuji tanda dan besaran dari setiap variabel bebas yang diperoleh. Kriteria ekonomi menyaratkan bahwa tanda dan besaran yang terdapat pada setiap koefisien variabel bebas sesuai dengan teori ekonomi. Apabila model tersebut sesuai dengan teori ekonomi, maka model tersebut dapat dikatidakan baik secara ekonomi.

3.2.3.5. Definisi Operasional Variabel dalam Model

1. Daya Saing Daya saing karet remah Indonesia yang menjadi variabel tidak bebas dalam model di atas merupakan hasil olahan dari nilai ekspor karet remah Indonesia dalam penelitian ini adalah jenis karet SIR 5, SIR 10, SIR 20 terhadap total ekspor Indonesia ke pasar internasional yang selanjutnya dibandingkan dengan nilai ekspor karet remah dunia terhadap total nilai ekspor dunia. 2. Produktivitas Produktivitas merupakan perbandingan antara jumlah komoditi karet yang dihasilkan dengan input luas lahan. Produktivitas dikatidakan tinggi jika kegiatan dalam menghasilkan produk lebih banyak atau tinggi. Produktivitas yang tinggi berpengaruh positif terhadap daya saing. 3. Kuantitas Produksi Kuantitas produksi dalam hal ini adalah jumlah keseluruhan produksi karet remah crumb rubber meliputi SIR 5, SIR 10 dan SIR 20. Besarnya jumlah produksi karet remah Indonesia dihitung dalam Ton. 4. Harga Ekspor Karet Remah Indonesia Harga ekspor karet remah Indonesia di pasar internasional diperoleh dari hasil pembagian antara nilai ekspor karet remah Indonesia dengan volume ekspor karet remah Indonesia pada periode yang sama. Variabel ini menggambarkan harga karet remah Indonesia yang diterima oleh konsumen pada harga dunia di tingkat tertentu. 5. Dummy Krisis Dummy krisis merupakan variabel pembeda antara periode sebelum terjadinya krisis yaitu sebelum tahun 1997 dan periode pada saat krisis mulai mulai dan sedang terjadi pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2008.

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH CRUMB RUBBER INDONESIA

4.1. Gambaran Umum Karet

Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk dari emulsi kesusuan yang dikenal sebagai lateks. Berdasarkan cara memperolehnya karet dapat digolongkan menjadi dua yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam diperoleh dengan cara penyadapan pohon karet Hevea brasiliensis. Sedangkan karet sintesis dibuat dari secara polimerisasi fraksi-fraksi minyak bumi. Jumlah produksi karet alam saat ini masih di bawah produksi karet sintesis. Namun demikian, karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintesis karena keunggulan yang dimiliki karet alam belum dapat ditandingi oleh karet sintesis. Keunggulan karet alam jika dibandingkan dengan karet sintesis antara lain: 1. Karet alam memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna 2. Karet alam memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah 3. Karet alam memiliki daya aus yang tinggi 4. Karet alam tidak mudah panas low heat build up, dan 5. Karet alam memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan groove cracking resistance Keunggulan yang dimiliki oleh karet sintesis antara lain karet sintesis tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Karet alam dan karet sintesis sudah mempunyai pangsa pasarnya masing-masing dan tidak saling mematikan atau bersaing penuh. Keduanya mempunyai sifat saling melengkapi atau komplementer.

4.1.1. Karet Alam

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal secara luas, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan karet dapat berupa bahan setengah jadi atau pun bahan jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet alam yang dikenal secara luas dan diperdagangkan antara lain: 1. Bahan olah karet Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Hevea brasiliensis. Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi empat macam yaitu lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar. 2. Karet alam konvensional Menurut buku Green Book yang dikeluarkan oleh International Rubber Quality and Packing Conference IRQPC, karet alam konvensional dimasukkan ke dalam beberapa golongan mutu. Karet alam konvensional menurut standar mutu pada Green Book terbagi menjadi ribbed smoked sheet RSS, white crepes dan pale crepe, estate brown crepe, compo crepe, thin brown crepe remills, thick blanket crepes ambers, flat bark crepe, pure smoke blanket crepe, dan off crepe.