Hasil analisis Porter’s Diamond menunjukkan bahwa kopi Indonesia memiliki keunggulan kompetitif.
Penelitian mengenai analisis daya saing industri furniture kayu Indonesia di Pasar Internasional Fajri, 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis daya saing keunggulan kompetitif industri furniture kayu Indonesia. Selain itu, dianalisis pula daya saing keunggulan komparatif dan
faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor industri furniture kayu Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode Porter’s
Diamond Theory dan Revealed Comparative Advantage RCA. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor furniture kayu Indonesia menggunakan metode regresi linier berganda Ordinary Least Square
OLS.
2.5. Kerangka Pemikiran Operasional
Indonesia merupakan produsen karet terbesar di dunia setelah Thailand. Areal perkebunan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 3,4 juta hektar. Karet
yang umum dipasarkan adalah karet alam dan karet sintesis. Karet alam dan karet sintesis pada dasarnya bersaing dalam hal sifat dan mutunya di pasar baik dalam
negeri maupun internasional. Karet sintesis dengan segala kelebihannya mencoba menggantikan posisi karet alam untuk memroduksi barang-barang yang
memerlukan karet untuk proses produksinya. Namun demikian, karet sintesis belum dapat menyaingi karet alam karena sifat dan mutunya masih kurang baik.
Karet remah crumb rubber merupakan salah satu jenis karet yang banyak
diproduksi Indonesia dan dalam hal mutu karet remah bersaing dengan karet sinrtesis.
Sebagian besar karet yang dijual Indonesia berupa karet alam atau mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat sedikit. Proses pengolahan karet
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah atau guna dari karet tersebut. Salah satu bentuk olahan karet alam lateks kebun adalah karet remah
crumb rubber . Karet remah merupakan karet alam yang diproduksi secara
khusus sehingga mutu teknisnya terjamin. Permintaan karet meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan
industri otomotif. Jika dilihat dari luas areal perkebunan karet maka Indonesia berpotensi untuk mengembangkan industri karet alam dalam hal ini adalah karet
remah. Namun, realita yang terjadi industri karet remah Indonesia masih kurang berkembang dengan baik, salah satu faktornya adalah produktivitas yang masih
rendah, lahan karet yang dimiliki Indonesia kurang optimal dalam
pemanfaatannya, standar mutu karet remah Indonesia masih di bawah standar mutu negara produsen karet remah lainnya dan nilai tukar rupiah yang
berfluktuatif. Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam perkembangan industri karet remah tersebut akan dianalisis menggunakan metode Porter’s Diamond.
Daya saing Industri karet remah Indonesia diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel Gambar 2.1 antara lain kuantitas produksi karet remah
Indonesia, produktivitas, harga ekspor riil karet remah, nilai tukar rill dan krisis. Luas lahan perkebunan karet di Indonesia terbagi menjadi tiga yaitu perkebunan
rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Perkebunan karet