masyarakat berupaya untuk meningkatkan prasarana infrastuktur jalan dari 1.288,84 Km jalan beraspal pada tahun 2000 menjadi 1.351.440 Km pada tahun
2001. Pada masa otonomi daerah, pembangunan prasarana ini terkesan lambat karena peningkatan panjang jalan terkesan lambat dan bila dilihat ke lapangan,
masih banyak terdapat jalan rusak yang membutuhkan penanganan serius. Tabel 28. Perkembangan Jalan Kabupaten di Kabupaten Bogor Tahun 1999-2006
Km
Jenis Permukaan Kelas Jalan
Tahun Aspal
Kerikil Tanah
Lainnya Kelas I
Kelas II Kelas III
Sebelum Otonomi Daerah 1999 1.247,25
278,07 2000 1.288,84
272,52 Setelah Otonomi Daerah
2001 1.351.440 92.450
14.210 50.300
1.407.800 2002 1.351.295
136.865 12.210
6.200 50.300
1.456.270 2003 1.351.295
136.865 12.210
6.200 50.300
1.456.270 2004 1.359.145
136.895 6.530
4.000 50.300
1.456.270 2005 1.352.245
136.865 12.210
6.200 51.250
1.456.270 2006 1.352.245
136.865 12.210
6.200 51.250
1.456.270 Sumber: Bogor dalam angka, diolah.
8.2 Analisis Indeks Pembangunan Manusia IPM
Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor adalah dengan IPM. IPM yang semakin tinggi akan
menunjukkan semakin baiknya kualitas SDM penduduk Kabupaten Bogor. Tabel 29 menunjukkan perkembangan IPM kabupaten Bogor sebelum dan sesudah
otonomi daerah. Angka IPM Kabupaten Bogor pada tahun 2000 adalah 63,32 sebelumnya
pada pada tahun 1999 adalah 66,6. Pada Tahun 2000, IPM Kabupaten Bogor adalah 63,32 dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan mencapai
69,79. Bila dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat, maka pada tahun 1999 dan tahun 2002, IPM kabupaten Bogor lebih tinggi daripada IPM Jawa Barat
sedangkan tahun 2003 sampai tahun 2006, IPM Kabupaten Bogor justru berada di
bawah IPM Jawa Barat. Pada tahun 1999, Kabupaten Bogor menempati ranking 7 tetapi pada tahun 2004 mengalami penurunaan posisi dan mencapai peringkat ke
17 di Provinsi Jawa Barat. Peringkat Kabupaten Bogor ini kemudian mengalami peningkatan dan berada pada ranking 15 dari 25 Kabupaten di Jawa Barat.
Tabel 29. IPM Kabupaten Bogor 1999-2006
KOMPONEN 1999
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
1. Angka Harapan Hidup tahun
65,2 65,4 66,38 66,8 66,82 66,94 67,1 67,2 2. Angka Melek Huruf
persen 93,7 89,5 90,78 92,8 92,8 93,22 93,91 94,28
3. Rata-rata Lama Sekolahtahun
8 5,9 5,9 6,1 6,18 6,26 6,69 6,9 4.
Daya Beli
000 Rp 587,52 515,3 549,18 550,4 551,52 552,45 556,75 558,87
Kabupaten Bogor
66,6 63,32 66,7 67,7 67,81 68,1 68,99 69,79 Jawa
Barat 64,6
- -
65,8 67,87 68,36 69,35 70,28 Peringkat
di provinsi 7 - - - 14 17 16 15
Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor dan Bappeda Jawa Barat, diolah.
Bila dibandingkan antara kondisi sebelum dan sesudah otonomi daerah maka kualitas SDM masyarakat Kabupaten Bogor yang dilihat dari angka IPM
memang lebih baik pada saat otonomi daerah. Peningkatan IPM tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Bogor cukup peduli terhadap
pembangunan manusia. Program-program yang dapat meningkatkan IPM terus menerus digulirkan sesuai Renstra Kabupaten Bogor.
Peningkatan IPM juga dapat dilihat dari peningkatan komponen-
komponennya. Pada tahun 2006, IPM Kabupaten Bogor mencapai sekitar 69,45 atau naik 0,46 poin dibanding tahun 2005. Peningkatan komponen angka harapan
hidup cukup signifikan. Pada periode 2005 -2006 IPM tersebut mengalami peningkatan yang cukup kecil, yaitu dari 66,8 pada tahun 2002 menjadi hanya
67,20 pada tahun 2006. Kondisi tersebut kemungkinan berkait erat dengan sikapperilaku hidup sehat di masyarakat yang belum begitu baik, utamanya pada
masyarakat di pedesaan seperti di wilayah barat Kabupaten Bogor. Hal ini
mengakibatkan laju peningkatan kualitas derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bogor relatif stagnan, yaitu dari 0,02 poin pada periode tahun 2002 - 2003
meningkat hanya 0,16 poin, dan 0,10 poin selama periode 2005 – 2006. Bila disesuaikan dengan kriteria yang dibuat oleh UNDP maka Kabupaten Bogor
termasuk dalam kategori mengengah ke atas.
8.3 Analisis Pendapatan per Kapita