serba kekurangan dan tidak memuaskan menuju kepada kondisi kehidupan yang jauh lebuh baik baik material maupun spiritual.
Menurut Anwar 2001, pembangunan wilayah dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah yang mencakup aspek- aspek pertumbuhan
efficiency, pemerataan equity dan keberlanjutan sustainability yang berdimensi lokal dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi
wilayah. Semua keputusan kebijakan yang menyangkut kebijakan desentralisasi
fiskal harus berhubungan dengan empat isu secara simultan, yaitu: 1 efisiensi ekonomi, 2 ketidakmerataan antar wilayah-wilayah, 3 ketidakstabilan makro
ekonomi akibat pelaksanaan desentralisasi fiskal, dan 4 kompetisi regional. Adanya otonomi daerah menyebabkan konsep-konsep pembangunan
daerah dengan pusat harus berjalan seiring dan harmonis. Otonomi daerah akan menempatkan pemerintah daerah sebagai partner pemerintah pusat dalam
melaksanakan pembangunan untuk mencapai tujuan nasional. Kebijakan desentralisasi fiskal harus didukung oleh sumber-sumber keuangan yang memadai
baik yang berasal dari PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman maupun subsidibantuan dari pemerintah pusat.
3.1.2 Konsep Desentralisasi
Menurut UU No 32 Tahun 2004, Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah
kepada daerah danatau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupatenkota danatau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu. Desentralisasi meletakkan alokasi keputusan lebih dekat kepada
masyarakat. Perkembangan tanggung jawab yang lebih besar dari pemerintah dan akuntabilitas yang lebih besar kepada penduduk. Hal ini karena kita
mengharapkan pembuat kebijakan lokal daerah lebih memahami tentang permasalahan dan kebutuhan daerah mereka sendiri daripada pembuat kebijakan
yang tersentralisasi. Sidik, 2007 Desentralisasi merupakan suatu sistem pemerintahan dimana urusan-
urusan pemerintah pusat diserahkan penyelenggaraannya kepada satuan-satuan organisasi pemerintahan di daerah-daerah yang disebut daerah otonom.
Desentralisasi dimaksudkan sebagai deregulasi pemerintah untuk mencapai demokratisasi dalam pemerintahan dan upaya pengambilan keputusan yang tidak
terpusat untuk persoalan tingkat lokal. Sentralisasi pengambilan keputusan di daerah akan menyebabkan rendahnya kemampuan aparatur pemerintah daerah
untuk mengambil inisiatif sekaligus kreatif dalam penanganan dan pengelolaan sumber daya daerah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Tipe Desentralisasi ada 4 yaitu politik, administratif, fiskal, dan desentralisasi ekonomi atau pasar. Setiap tipe berbeda karakteristik, implikasi
kebijakan, dan keadaan keberhasilannya. Desentralisasi fiskal merupakan pengembangan kontrol pemerintah lokal melalui sumberdaya finansial.
Desentralisasi fiskal terfokus pada bentuk transfer antar pemerintah dan pada perbedaan kapasitas penerimaan melalui yurisdiksi tingkat pendapatan yang
berbeda. Tanggung jawab finansial adalah komponen inti dari desentralisasi. Desentralisasi fiskal berarti menentukan batas untuk pembuatan keputusan pada
tingkat sub-nasional melalui penguatan kekuatan dan tanggungjawab dari tingkatan yang lebih rendah pada administrasi publik dalam menyediakan dan
membiayai barang-barang publik dan jasa-jasa Sidik, 2007 Salam 2004 menyimpulkan otonomi daerah adalah urusan-urusan
pemerintahan yang diserahkan kepada daerah untuk diselenggarakan menjadi urusan rumah tangga daerah. Tujuan yang hendak dicapai dalam pemberian
otonomi kepada daerah adalah meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan di mana pelimpahan kewenangan oleh pemerintah
pusat kepada daerah mengandung konsekuensi yang berupa hak, wewenang dan kewajiban bagi rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3.1.3 Teori Barang Publik