III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Berlakunya UU Otonomi Daerah No.22 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan maka pemerintah daerah
memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatannya dan menjalankan pembangunan serta kewenangan yang lebih luas dalam mendapatkan sumber-
sumber pembiayaan.
3.1.1 Defenisi dan Konsep Pembangunan Daerah
Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan yang
lebih baik. Teori pembangunan pada awalnya adalah teori pembangunan ekonomi yang merupakan suatu rangkaian usaha dan kegiatan untuk meningkatkan
kesejahteraan suatu bangsa. Teori Pembangunan ekonomi tersebut berkembang ke arah pendekatan politik, sosial budaya dan pendekatan menyeluruh pada setiap
aspek kehidupan holistik. Menurut Todaro 1983, pembangunan haruslah diartikan sebagai suatu
proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga
nasional termasuk pula percepatanakselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut. Pembangunan itu pada
hakekatnya haruslah menyuarakan seluruh nada dasar perubahan yang dengan itu pula seluruh sistem sosial seirama atau senada dengan berbagai dasar kebutuhan
dan keinginan masing-masing individual dan kelompok-kelompok masyarakat yang bernaung di dalam sistem itu, bergerak maju dari kondisi kehidupan yang
serba kekurangan dan tidak memuaskan menuju kepada kondisi kehidupan yang jauh lebuh baik baik material maupun spiritual.
Menurut Anwar 2001, pembangunan wilayah dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah yang mencakup aspek- aspek pertumbuhan
efficiency, pemerataan equity dan keberlanjutan sustainability yang berdimensi lokal dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi
wilayah. Semua keputusan kebijakan yang menyangkut kebijakan desentralisasi
fiskal harus berhubungan dengan empat isu secara simultan, yaitu: 1 efisiensi ekonomi, 2 ketidakmerataan antar wilayah-wilayah, 3 ketidakstabilan makro
ekonomi akibat pelaksanaan desentralisasi fiskal, dan 4 kompetisi regional. Adanya otonomi daerah menyebabkan konsep-konsep pembangunan
daerah dengan pusat harus berjalan seiring dan harmonis. Otonomi daerah akan menempatkan pemerintah daerah sebagai partner pemerintah pusat dalam
melaksanakan pembangunan untuk mencapai tujuan nasional. Kebijakan desentralisasi fiskal harus didukung oleh sumber-sumber keuangan yang memadai
baik yang berasal dari PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman maupun subsidibantuan dari pemerintah pusat.
3.1.2 Konsep Desentralisasi