wilayah lainnya. Sektor yang berada pada kuadran ini adalah sektor pertambangan, sektor perdagangan dan sektor listrik, gas dan air.
6.3 Pergeseran Sektor Perekonomian Kabupaten Bogor
Berdasarkan analisis
shift share yang telah dilakukan, terjadi pergeseran
beberapa sektor perekonomian di Kabupaten Bogor dari masa sebelum otonomi daerah ke masa otonomi daerah. Sektor-sektor yang mengalami pergeseran adalah
sektor pertambangan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor pengangkutan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa.
Pada masa sebelum otonomi daerah, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan berada di air bersih berada di kuadran II. Sektor ini
memiliki pertumbuhan yang baik tetapi kurang berdaya saing. Pada masa otonomi daerah, kedua sektor tersebut menjadi sektor yang lambat pertumbuhannya tetapi
daya saingnya tinggi. Penyebabnya adalah karena laju pertumbuhan Jawa Barat lebih tinggi daripada laju pertumbuhan sektor pertambangan dan sektor listrik, gas
dan air bersih Kabupaten Bogor. Sektor pengangkutan dan keuangan yang pada masa sebelum otonomi
daerah berada pada kuadran ke IV bergeser menjadi sektor yang berdaya saing tinggi dan pertumbuhannya cepat sektor yang maju. Sektor jasa-jasa, sektor
bangunan dan sektor perdagangan yang sebelumnya berada pada kuadran III juga mengalami pergeseran. Sektor jasa dan sektor bangunan bergeser menjadi sektor-
sektor yang pertumbuhannya cepat tetapi berdaya saing rendah kuadran II. Namun untuk sektor perdagangan bergeser menjadi sektor yang pertumbuhannya
lambat tetapi daya saingnya tinggi kuadran IV.
Sektor-sektor yang tidak mengalami pergeseran selama dua periode adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian tetap
menjadi sektor yang berdaya saing rendah dan lambat pertumbuhannya. Sektor industri pengolahan tetap berada pada kuadran II yaitu yang berdaya saing rendah
tetapi pertumbuhannya cepat. Berdasarkan analisis secara agregat, sebelum otonomi daerah dan pada
masa diberlakukannya otonomi daerah Kabupaten Bogor termasuk dalam kuadran II, karena nilai total PP adalah positif sedangkan nilai PPW total bernilai negatif.
Secara agregat digambarkan bahwa sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bogor kurang berdaya saing tetapi pertumbuhannya cepat.
VII. KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
7.1 Kinerja Keuangan Kabupaten Bogor
Upaya untuk melakukan peningkatan pelayanan publik di Kabupaten Bogor dicerminkan dari realisasi pengeluaran pembangunannya. Tabel 20 berikut
ini mencerminkan realisasi pengeluaran Kabupaten Bogor pada masa sebelum desentralisasi fiskal yang masih didominasi oleh pengeluaran rutin. Sebagian
besar pengeluaran rutin digunakan untuk membayar belanja pegawai. Bila dilihat persentase pengeluaran pemerintah Kabupaten Bogor untuk pengeluaran
pembangunan terlihat semakin menurun setiap tahunnya namun untuk pengeluaran rutin cenderung terjadi peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan
pengeluaran rutin yang sangat tinggi pada tahun 2000 menuju tahun 2001 karena terjadinya peningkatan jumlah pegawai negeri sipil PNS karena pelimpahan
pegawai negeri dari pusat ke daerah sehingga pengeluaran rutin pada pos belanja pegawai meningkat pesat. Transfer personal PNS tersebut menyebabkan
penggajiannya menjadi tanggung jawab daerah. DAU yang menjadi sumber utama PAD pada umumnya sebagian besar akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin, sehingga anggaran untuk pembangunan menjadi kecil. Tabel 19. Realisasi Pengeluaran Kabupaten Bogor dalam ribuan rupiah
Keterangan 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Pengeluaran Rutin
53.167.202 66.333.992 89.936.520 160.860.383 244.978.006 250.698.219 Pengeluaran
Rutin 39,96 45,05 51,26 68,71 73,18 76,77
Pengeluaran Pemb.
79.877.221 80.922.001 85.511.556 73.269.364 89.776.111 75.877.872 Pengeluaran
Pemb. 60,04 54,95 48,74 31,29 26,82 23,23
Sumber: Statistik Keuangan Pemda Tk I Propinsi Jawa Barat dan Pemda Tk II Kabkotamadya, diolah.
Bila dibandingkan dengan kondisi sesudah desentralisasi fiskal akan terlihat bahwa persentase pengeluaran rutin terhadap total pengeluaran mengalami